04 - Orientasi

154 103 50
                                    

Ternyata begitu keseharian sebagai 'NAKES'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ternyata begitu keseharian sebagai 'NAKES'. Sibuk untuk memberikan pelayanan terbaik. Tapi, bagaimana untuk diri sendiri?

Ada sekitar 7-8 kendaraan motor ter-parkir di halaman sekolah saat ini, itu semua adalah kendaraan para siswi yang akan melakukan perjalanan ke rumah sakit Bakti Unggul. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, dan kebetulan kami semua kedapatan untuk orientasi di jam siang. Kali ini kami semua bersama Ibu Apria sebagai perwakilan guru dari sekolah yang mengantarkan anak PKL kesana.

Sungguh, hari ini begitu panas sekali dan bisa membuat kulit menjadi coklat dalam waktu singkat. Belum juga siang bolong, tapi udara terasa begitu menyengat.

Sesekali Anggana berdecak kesal karena lupa membawa sunscreen hari ini. Tumben sekali, karena tadi pagi-pagi buta saja ia sudah gelagapan mencari seragam putih-putih. Lupakan soal semalam, Yolan sudah menelepon gadis itu berkali-kali namun tidak ada jawaban. Ya, Anggana tertidur lebih dulu. Alhasil tadi pagi ia kerepotan dan tidak sempat melihat kembali isi tas-nya.

"Anggana." Gadis itu menengok ke-asal suara yang memanggilnya barusan. Terlihat jarak 2 meter, ternyata Bu Apria melambaikan tangan ke arah gadis itu.

"Iya, Ibu. Kenapa panggil saya?" tanya Anggana yang kini sudah berada di depan guru yang membawa 3 bingkisan kantung plastik dan 2 tumpukan map besar.

"Ibu boleh minta tolong nggak, bantu bawain ini." Bu Apria menyerahkan 3 bingkisan kantung plastik itu kepada Anggana, dengan cepat gadis itu mengambil dan memberikan hormat. "Siap, bu."

Bu Apria terkekeh sekaligus tersenyum, "Kalau kamu nggak bisa bawa semuanya, minta tolong yang lain aja ya, Gan." Gadis itu memberikan reaksi dengan mengangkat ibu jarinya.

"Oh iya Bu, kita jadinya berangkat jam berapa ya?" gadis itu mulai bertanya, membuat guru yang berada di depannya ini langsung memeriksa jam di ponsel yang sedang ia genggam, "Ya ayo jalan sekarang aja, kasih tau yang lain." Gadis itu bergegas menghampiri kumpulan anak-anak yang sudah siap menunggu sedari tadi.

Lalu, dengan siapa Anggana pergi? Tentu saja dia membonceng Yolan. Gadis itu tidak pernah membawa motor sendiri karena setiap harinya di antar jemput oleh Papa-nya.

Jarak antara rumah sakit dan sekolah ternyata tidak sejauh yang gadis itu kira. Hanya membutukan waktu sekitar 7-10 menit saja sudah sampai. Ya, syukurlah. Paling tidak juga jalanannya gampang untuk di hafal, jadinya Anggana tidak perlu bingung dan khawatir lagi sekarang. Mungkin jika teman Anggana yang tinggal di daerah sekitar sekolah akan menganggap rumah sakit itu tidak jauh, tapi jika jaraknya disatukan dari rumah Anggana ke sana, ya jelas jauh.

***

Bangunan rumah sakit itu cukup besar, terdapat 2 gedung yang menyatu dari gedung utama, yang sebelah kanan IGD dan yang sebelah kirinya gedung rawat inap. Awal memasuki pintu utama, aroma khas rumah sakit sudah menyambut indera penciuman. Bau obat-obatan dan juga desinfektan rumah sakit yang lumayan menyengat rasanya membuat kepala sedikit pusing.

GENGGAMAN LUKAWhere stories live. Discover now