03 - Persiapan Semua Untuk PKL

156 105 37
                                    

Jalanin dulu, gausah gampang ngeluh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jalanin dulu, gausah gampang ngeluh.

Sampai hari ini Anggana masih terus berpikir mengenai perjalanan ke rumah sakit itu, padahal besok ia akan menjalani orientasi terlebih dahulu sebelum PKL. Perkiraan-nya dia akan menempati sebuah rumah sakit yang dekat dari rumahnya, ternyata tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Setiap hari perjalanan ke sekolah saja membutuhkan waktu 30 menit lebih, apa lagi jika gadis itu harus memprediksi perjalanan ke rumah sakit itu? Mungkin bisa menjadi lebih lama atau akan selalu terjebak macet?

Pikiran-pikiran aneh sudah mulai memenuhi otak gadis itu, mendengar cerita dari beberapa teman yang pernah PKL disana kalau sering sekali menemukan hal mistis di luar nalar dan ada juga beberapa orang rumah sakit-nya yang lumayan galak. Sungguh, Anggana tidak bisa berpikir jernih atau bahkan memikirkan ke positifan tentang hal itu.

"Rumah sakit yang tempat kamu PKL tuh dimana, Ka?" tanya Papa yang sedang bersantai di depan TV sambil meminum teh hangat buatan Mama.

"Pa, kayaknya beneran jauh deh. Kata temen aku dari sekolah aku masih kesanaan lagi," gadis itu hanya bisa menghela napasnya pelan seraya mengecek ponselnya membuka google maps.

"Mama malah berpikirnya kamu di tempatin di Medical Hospital loh, Ka. Padahal kan rumah kita deket dari situ." Sambung mama yang baru saja selesai masak dari dapur.

Entahlah. Tetapi ada banyak juga teman Anggana yang memang di tempatkan di tempat yang jauh dari rumahnya. Tapi jika di pikir-pikir rasanya tidak adil mengapa harus mendapat rumah sakit itu.

Apakah bisa ia meminta kepada pihak sekolah untuk bertukar tempat PKL? Tapi juga pasti nanti urusannya menjadi ribet dan akan mendapatkan interogasi dari guru sana sini. Namun, jika di pikir ke positif nya lagi tidak ada salahnya juga jika memang tempatnya jauh, toh gadis itu akan belajar hal baru juga nantinya.

"Calm down Gana, calm down." Gumamnya pada diri sendiri.

Sudah. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana ia harus menyiapkan diri dan mentalnya untuk terjun lagi PKL. Masalah tempat itu akan menjadi nomor dua, yang utamanya adalah ia bisa melewati semuanya sampai akhir dan mendapatkan target untuk laporan PKL-nya nanti.

***

Matematika di jam terakhir adalah suatu hal yang buruk. Iya, buruk untuk penglihatan dan otak kita. Karena seolah semua semangat tubuh dan otak sudah menurun, dan pasti yang di pikirkan hanya kasur, kasur dan kasur, tidak lebih.

Tes tes tes!!! Pengumuman-pengumuman

Oh ayolah bu guru, come on.

Baru saja rasanya seluruh anak kelas melepas lega sehabis jam matematika berakhir dan meregangkan otot secara perlahan. Kini ada pengumuman dari Ketua Jurusan yang begitu mendadak, tanpa ada pemberitahuan sebelumnya bahwa sepulang sekolah harus kumpul bersama terlebih dahulu. Tentu saja hal ini membuat semua anak berdecak kesal dan kelas kembali gaduh.

Anggana yang melihat semua itu sedari tadi hanya bisa menutup kedua telinganya menggunakan tangan. Tanpa bisa berpikir lagi karena sekarang otak dan matanya hanya tersisa sekitar 5% energi saja.

"SSSSTTTT!! Diem dulu kenapa sih kalian, dengerin dulu itu pengumuman apaan." Timpal Biman, sang ketua kelas yang sudah muak menyaksikan ini semua.

Sekali lagi, pemberitahuan kepada seluruh siswa/siswi kelas 11 Jurusan Keperawatan, Farmasi, dan Analis. Mohon untuk tidak meninggalkan sekolah terlebih dahulu karena akan dibagikan barang untuk PKL. Terimakasih.

"Duh, ada lagi aja," gadis itu bergumam kecil dan mulai membereskan buku-bukunya dan bersiap untuk turun ke lapangan.

Sekarang semua siswa/siswi sudah berbaris rapih sesuai dengan barisan kelas masing masing. Ibu ketua dari masing-masing jurusan mengarahkan untuk pembagian barang yang tersedia. Ada masker, handscoon, name tag peserta PKL, dan juga obat tablet tambah darah yang selalu dibagikan 1 bulan sekali.

"Barisan depan mulai ambil barangnya ya, nanti di bagikan urut ke belakang." Bu Uti namanya, beliau lah ketua jurusan keperawatan. Semua hal yang berkaitan dengan anak perawat pasti beliau yang memegang tanggung jawabnya.

"Ya Allah, tablet tambah darah bulan kemaren aja nggak gue minum sama sekali, ini dikasih lagi." Ucap gadis dari kelas lain yang berdiri di sebelah Anggana itu dengan spontan-nya. Anggana jadi teringat kalau obat bulan lalu malah ia buang tanpa di minum sama sekali, dasar.

Setelah hampir 20 menit akhirnya semua barang terbagikan kepada anak-anak. Syukurlah sekarang saatnya untuk pulang. Bergegas Anggana memasukkan barang-barang itu ke dalam tas dan segera berjalan ke arah luar pintu gerbang.

Baru sampai lima langkah, tas bagian belakang Anggana di tepuk seseorang. "Gana!" panggilnya membuat Anggana berbalik badan dan melihat siapa orang itu.

"Eh, iya. Kenapa?" ternyata Yolan lah yang memanggil gadis itu.

"Nanti malem kabar-kabar ya, buat besok."

Anggana hanya melayangkan kedua jempol-nya ke udara seraya menganggukkan kepala menandakan, iya. Dan berlenggang pergi keluar dari sekolah.

Seperti tahun sebelumnya PKL, tentunya tahun ini juga sama. Yang paling utama untuk dipersiapkan adalah seragam yang akan dikenakan untuk orientasi. Agar serempak biasanya semua murid diharuskan memakai seragam putih-putih produktif yang biasa di pakai di sekolah. Dan, tentunya besok akan ada sedikit pengarahan untuk perjalanan menuju rumah sakit.

__________


YEY! Sudah mencapai chapter 3 akhirnyaa!!!

Spam, kalian dari daerah mana ajaa nini bacanya, terus jam berapa baca cerita ini??

Tetap stay dan setia disini ya!

Cinta kalian banyak-banyakk💝💝💝

FOLLOW INSTAGRAM:💌

@ dinaanggoro_
@ palangmerah.medika

🔜🔜🔜
⬇️⬇️⬇️

GENGGAMAN LUKAWhere stories live. Discover now