IMG_0000_Prologue.jpg

3.6K 212 22
                                    

Ini hari Jumat. Seharusnya, Mary sedang menikmati jatah libur pekanan sekarang dan itu artinya bergelung di kasur seharian. Itu sebabnya, gadis dengan bintik-bintik di hidung itu uring-uringan ketika ponselnya mendadak berdering.

Mar, lu kosong, nggak?”

Nyawa Mary masih belum sempurna terkumpul ketika telepon itu masuk. Demi Tuhan, ini hari liburnya dan ini waktunya tidur!

“Kenapa?” Gadis itu bertanya dengan suara parau. “Awas kalau nggak penting.”

Suara lelaki di seberang begitu memburu. “Urgent, Sis. Dapet info kalau mau ada tawuran gede. Lu bisa join liputan?”

Mas-mas redaktur yang terhormat dan tengah menelponnya … apakah orang itu lupa kalau tidak semua berita bisa diliput? Apalagi oleh media macam tempat Mary bernaung sekarang! Kesambet apa orang ini?

“Mas. Ngapain gitu kita mantengin tawuran?”

Itu yang mau tawuran dua-duanya SMK favorit, Mar. Info A1. Patut diliput!”

Dahi Mary mengernyit. Ia baru bangun, tapi otaknya sudah disuruh berpikir keras. “Kalau tau mau ada tawuran itu dilaporin polisi, anjir, bukan diliput!”

Yaa, telat, Mar. Udah mulai ceunah si tawurannya. Lagian lu suka keributan, kan?” Lawan bicaranya terkekeh. “Yang ini gue ikut turun, kok. Gue tunggu di lokasi, ye. Nanti gue share loc di WA.”

“Sama yang lain aja kenapa sih—”

Percakapan terputus sepihak. Mary berdecak. Kurang ajar, bukannya masih ada jurnalis bagian dokumentasi yang punya sif kerja hari ini? Dengan wajah bersungut-sungut, gadis dengan perawakan mungil itu bangkit dari kasur kesayangan.

Mary Angelica Mulyabakti memang tidak seanggun namanya. Si pemilik nama pun mengakui hal itu. Chaotic sudah jadi nama tengahnya ketika menjadi jurnalis, saking seringnya ia ditugaskan turun dalam keributan—dan Mary menikmati, dalam banyak kesempatan. Meski begitu, tetap saja mood-nya jadi sekusut rambut brunette mode baru-bangun-tidur di kepala kalau dipaksa bangun di hari libur!

Dalam lima belas menit, Mary sudah siap. Gadis itu mengalungkan kamera mirrorless—andalannya ketika terjun dalam liputan yang butuh gerak cepat dokumentasi. Setelah memastikan blus putih dan celana abu-abunya rapi, ia mengambil backpack abu-abu buluk kesayangannya dan meraih kunci motor. Berangkat di tengah cuaca menyengat begini sejujurnya adalah mimpi buruk di Jakarta—tentu ia akan menyalahkan sang redaktur setelah liputan ini selesai.

Yah, Mary Chaotic Angelica sedang menghidupi namanya sekarang. Mau bagaimana lagi?

Yang gadis itu tak tahu, setelah ini hidupnya akan jauh lebih chaos, diobrak-abrik oleh orang yang sama sekali tak terduga.

📸

Dina cuap-cuap:

Hai! Ketemu lagi kita dalam cerita dengan genre yang sama sekali berbeda. Tahun ini saya nulis new adult dengan tema kesehatan mental, magical realism masak-masakan, roleplay genre misteri, dan sekarang ... romcom. Jangan tanya kok bisa, aku pun bingung (⁠〒⁠﹏⁠〒⁠)

Harold dan Mary versi ini lahir dari jeritan hati saya dan Kak Mela ... Nggak ding. Setelah menuntaskan RP, Mary Mitford butuh keadilan atas cintanya yang bertepuk sebelah tangan, dan Harold Wayne membuat petisi karena ia harus jadi red flag paripurna demi tuntutan skenario. Lalu, dinamika dua karakter ini kayak seru aja gitu, sayangnya—lagi-lagi—skenario RP tidak mendukung. Jadilah kami adopsi mereka berdua dengan modifikasi di sana-sini, dan plung! Lahirlah Mary Angelica Mulyabakti dan Harold Tanutama Wijaya. Dua manusia yang tengah mencari rezeki di Jakarta. Alias, IYA JAUH BANGET! WAKAKAK.(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)

Saya pegang POV cewek, Mary. Kak amelaerliana pegang POV cowok, Harold. Nanti bakal ada beberapa scene yang mungkin hanya ada lengkapnya dari sudut kacamata Harold atau lensa Mary, jadi saran aku sih ikutin dua-duanya langsung ya walaupun masih bisa dibaca satuan (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Selamat menikmati roller coaster dan ketawa-ketawa bersama Mary dan Harold! (Ini bukan ironi, sudah dibuktikan oleh kami berdua selama menyusun chemistry dan kejadian-kejadian yang involve dua anak ini ╰⁠(⁠⸝⁠⸝⁠⸝⁠´⁠꒳⁠'⁠⸝⁠⸝⁠⸝⁠)⁠╯)

Masukkan ke library, besok publish chapter 1!

Also, please point out kalau ada yang janggal, karena saya sendiri bukan orang yang tinggal di Jakarta (kebantu pengalaman Kak Mela, sih, wkwk) dan bukan orang yang ngerti-ngerti amat masalah fotografi, tbh ... mari kita lihat kekuatan riset ini ᕙ⁠(⁠ ⁠ ⁠•⁠ ⁠‿⁠ ⁠•⁠ ⁠ ⁠)⁠ᕗ

[END] Heart Shutter - MaryWhere stories live. Discover now