Lantas Lucian mengalihkan pandangannya ke arah kuda yang ditunjuk oleh Kaelen. Lalu berjalan mendekatinya. Seraya mengelus kepala kuda tersebut dengan pelan begitu sampai di hadapan kuda tersebut.

Kemudian Lucian mengalihkan pandangannya pada Sera yang berdiri tak jauh dari mereka. "Kemari."

Refleks Sera mengangkat sebelah alisnya dengan heran. Seraya melangkahkan kakinya mendekati Lucian.

Jose yang melihat itu seketika mengerutkan keningnya. "Apa Lady Ravenscorft akan ikut ke sana?" Bisik Jose pada Kaelen.

"Sepertinya." Sahut Kaelen.

Begitu Sera mendekat ke arah mereka. Seketika kuda yang berada di dekat Lucian. Mengeluarkan desisannya. Hal itu sontak membuat Sera sedikit terkejut.

Lucian yang melihat itu tanpa sadar sedikit menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Dengan cepat Lucian mengelus pelan kudanya.

"Kau tak boleh seperti itu." Gumam Lucian pelan sambil terus mengelus pelan kudanya.

"Kau yakin dia jinak?" Tanya Sera dengan sedikit ragu.

"Dia jinak." Jawab Lucian seraya mengulurkan salah satu tangannya pada Sera. "Kemari."

Sesaat Sera menatap uluran tangan tersebut. Ini kedua kalinya Lucian mengulurkan tangannya pada dirinya. Menghela nafasnya sejenak. Sebelum akhirnya Sera menerima uluran tangan tersebut. Ia bisa merasakan sentuhan hangat dan kuat dari jari-jari pria itu.

Lantas begitu Sera berdiri di dekat kuda tersebut. Sera memandang ke arah hewan besar itu. Namun, Sera sedang fokus memandang hewan itu. Seketika ia merasa tubuhnya terangkat. Saat tiba-tiba kedua tangan Lucian mengangkat tubuhnya dengan gesit. 

Lalu dengan hati-hati menempatkannya ke atas punggung kuda tersebut. Karena hal itu refleks  tubuhnya sedikit menegang. Dengan kedua mata yang terbelak sempurna. Saat dengan tanpa aba-aba Lucian mengangkatnya.

Namun, keterkejutannya semakin bertambah. Saat Lucian langsung mendudukkan dirinya di belakangnya. Dengan kedua tangannya yang memegang tali kendali kuda tersebut. Seolah terlihat pria itu mendekapnya. Hingga tanpa sadar ia menahan nafasnya. 

"Kita pergi sekarang." Ucap Lucian pada para bawahannya.

Sontak kesatria yang lain menganggukkan kepala mereka secara serentak. Lalu mulai menunggangi kuda masing-masing. Lantas Lucian langsung memacukan kudanya. Diikuti oleh para kesatria yang lainnya dari belakang.

"Tak perlu tegang seperti itu. Rilekskan tubuhmu. Punggungmu akan sakit jika terus seperti itu." Ucap Lucian di sela dia memacu kudanya.

Sera yang mengengar itu. Sejenak menghela nafasnya. Sebelum akhirnya ia mencoba merileksnya tubuhnya. Namun, seketika Lucian mengernyitkan dahinya.

Saat hidungnya tak sengaja mencium aroma mawar yang halus dari gadis di depan. Lantas kedua matanya melirik sekilas pada Sera. Sebelum akhirnya dengan cepat mengalihkan pandangannya ke depan.  Memfokusnya kembali pada perjalanan yang ada di hadapannya.

"Kau sudah pernah berkuda sebelumnya?" Ujar Lucian memecahkan keheningan di antara mereka.

"Sudah." Jawab Sera dengan singkat.

"Kuda apa yang biasa kau gunakan?" Tanya Lucian dengan penasaran.

"Percheron. Itu hadiah pertamaku dari kakek saat berumur 10 tahun."

Seketika Lucian mengerutkan keningnya. "Hadiah pertamamu seekor kuda Percheron?"

Sera sontak menganggukkan kepalanya. "Apa aneh?"

Lucian menganggukkan kepalanya pelan. "Ya, biasanya seorang wanita akan meminta hadiah seperti perhiasan atau semacamnya. Tapi ini seekor kuda Percheron."

Sera mendengar itu seketika tersenyum tipis. Dengan kedua mata yang memandang lurus ke depan. 

"Saat itu aku sedang belajar menunggang kuda dengan Kakek. Lalu pada perayaan ulang tahunku yang ke 10. Beliau bertanya apa yang aku inginkan untuk pertama kalinya. Lalu aku mengatakan kalau aku ingin seekor kuda. Kemudian beliau memberikan seekor kuda Percheron" Jelas Sera tanpa sadar.

Lucian menganggukkan kepalanya mengerti. "Pantas saja, tak heran kalau Tuan Viscount memberimu itu seekor kuda Percheron. Karena kuda itu selain cocok untuk seorang pemula. Kuda itu pun yang paling mudah dilatih."

Refleks Sera menganggukkan kepalanya setuju. Seketika Sera memiringkan sedikit kepalanya ke belakang. Melirikkan matanya sekilas. 

"Kau sendiri. Kuda apa yang pertama kali kau gunakan?" Tanya Sera sebelum akhirnya kembali meluruskan pandangannya.

"Mustang." 

Seketika Sera membelakkan kedua matanya tak percaya. "Mustang? Bukankah mereka kuda liar?"

"Tidak, mereka keturunan domestik. Hanya saja mereka dibiarkan hidup lepas di alam liar. Itu sebabnya banyak yang mengatakannya jika kuda Mustang adalah kuda liar."

Sontak Sera membulatkan bibirnya tanpa sadar. "Apa sulit menjinakkan mereka?"

"Ya, perlu kesabaran yang tinggi untuk menjinakkan mereka. Karena mereka tidak terbiasa dengan manusia dan lingkungan domestik." Jelas Lucian.

Seketika Sera kembali menganggukkan kepalanya pelan. Sesaat Lucian mengalihkan pandangannya ke arah Sera. "Kau tidak mengetahuinya?"

Dengan cepat Sera menggelengkan kepalanya. "Tidak."

"Lain kali aku akan memperlihatkannya." 

Sontak Sera mengerjapkan matanya berkali-kali. "Kau memilikinya?"

"Ya, aku punya dua."

Lantas Sera mengerutkan keningnya. Lalu menatap kuda yang mereka tunggangi dengan heran. "Apa kuda ini salah satunya?"

"Bukan, ini Thoroughbred." Jawab Lucian.

"Aku lihat sama saja." Gumam Sera tanpa sadar.

Tanpa sadar Lucian tersenyum geli. "Kuda Mustang memiliki tinggi sekitar 142 hingga 152 cm. Mereka bisa berlari sejauh 32 kilometer. Sedangkan Kuda Thoroughbred lebih tinggi dari Mustang sekitar 157 hingga 173 cm. Mereka biasanya digunakan untuk lomba berkuda. Tapi sayangnya, Thoroughbred ini mudah cedera."

"Aku baru tahu tentang itu." Sahut Sera.

Namun, seketika Sera kembali mengerjapkan matanya. Saat mereka sudah memasuki daerah Delyn. Sontak Lucian menarik tali kendali kudanya. Untuk memberhentikan kuda yang mereka tunggangi. Diikuti para kesatria yang lainnya.

Lantas Lucian turun terlebih dahulu. Lalu menatap Sera yang mengerutkan keningnya. "Kau perlu mempelajari lagi sepertinya."

"Aku tak punya banyak waktu untuk belajar tentang itu. Ayah terlalu sibuk." Ujar Sera.

Refleks meletakkan kedua tangannya di pundak Lucian. Saat Lucian meletakkan kedua tangannya di pinggangnya. Lalu menurunkannya dengan hati-hati dari punggung kuda yang mereka tunggangi.

"Lain kali, aku akan mengajarkannya." Ucap Lucian seraya berjalan mundur beberapa langkah untuk memberi jarak di antara mereka.

Sontak Sera mengerjapkan matanya. "Kau serius?"

"Tergantung kau. Jika kau menginginkannya. Maka aku akan mengajarkannya."

Seketika Sera bergeming. Tunggu sejak kapan mereka sedekat ini. Namun, sebelum ia bisa menyelesaikan pikirannya. 

Sera dan Lucian langsung menolehkan kepalanya. Saat seorang pria paruh baya menghampiri mereka berdua.

"Yang Mulia, suatu kehormatan bagi saya dapat bertemu dengan anda." Ucap pria paruh baya tersebut seraya membungkukkan tubuhnya.

Lucian menganggukkan kepalanya pelan. "Mereka sudah sampai?"

"Sudah, Yang Mulia. Mari saya tunjukkan jalannya." Jawab Pria paruh baya tersebut.

Sontak Lucian melirik sekilas pada Sera. Sebelum akhirnya dia berjalan mengikuti arah yang ditunjukkan pria paruh baya tersebut. Dengan Sera yang ikut berjalan di sampingnya.

*****

Namratsr | Na

The Conqueror of Blades and HeartsWhere stories live. Discover now