CHAPTER 06

1.1K 17 0
                                    

“APA?!” Clarissa berseru sampai membuat Carl dan juga George memejamkan mata dengan dahi yang sedikit mengernyit tatkala mendengar suara perempuan tersebut yang cukup menusuk indera pendengaran.

“Tidak-tidak, TIDAK! Aku tidak mau punya bodyguard! Untuk apa juga aku punya bodyguard?! Lihat, tubuhnya saja kurus dan tampangnya pun biasa saja tidak ada gahar-gaharnya! Tidak cocok sekali dia jadi bodyguard-ku!”

“Sialan!” George mengumpat dalam hati dengan pandangan tajam ke arah Clarissa. “Belum tahu saja selama ini siapa yang menjaganya dari para pria yang mau memperkosanya di bar saat mabuk!”

Carl menatap George sekilas sebelum ia mengalihkan kembali tatapannya kepada Clarissa. Perempuan itu masih berkacak pinggang; tak mau menerima keputusan suaminya yang mempekerjakan seseorang untuk menjadi bodyguard-nya.

“Carl, ayo lah! Aku pun dapat menjaga diriku sendiri. Tidak perlu kamu menyuruh George untuk menjadi bodyguard-ku. Aku pun tidak melakukan aneh-aneh selain bersenang-senang di bar.”

“Maka dari itu aku menyuruh George menjadi bodyguard-mu agar kamu tetap dapat bersenang-senang di bar tanpa gangguan para pria.”

Bohong. Carl tidak akan mengizinkan Clarissa kembali ke bar. Kemarin yang terakhir. Mulai hari ini ia akan melarang keras dan bersikap tegas kepada istrinya tersebut.

“Aku tetap tidak mau Carl. Aku malu oleh Victoria dan Laurence. Mereka pasti akan mentertawakanku ketika melihatku punya bodyguard,” tolak Clarissa lagi.

“Kamu lebih mementingkan rasa malu kamu terhadap teman-teman kamu daripada mematuhi suami kamu, huh?”

“Iya bukan begitu maksudnya, tapi ... ishh! Jadi suami jangan posesif kenapa. Jangan membatasi kehidupanku. Aku memang istrimu tapi aku juga punya kehidupan Carl.”

“Aku tahu tapi sekarang kehidupanmu sudah berubah Clarissa. Kamu sudah menikah. Ada aku yang harus kamu urusi dan layani. Bukan bermabuk-mabukan yang kamu lakukan. Menyiapkan aku sarapan atau makan malam pun kamu tidak pernah.”

Clarissa menghela napas kasar. Benar-benar kesal. Baginya Carl itu selalu tidak dapat mengerti apa yang dirinya maksud. Entah Clarissa yang kukuh dengan pilihannya sendiri atau Carl yang memang tidak dapat memahami bagaimana Clarissa.

“Aku lelah membahas ini Carl jujur saja. Jika kamu mau sarapan atau makan malam kamu hanya perlu membelinya. Kamu tidak akan jatuh miskin hanya karena selalu membeli makanan dari luar. Aku memang istrimu tapi aku bukan pembantumu yang akan melayanimu setiap hari.”

“Clarissa aku belum selesai bicara,” sahutnya ketika perempuan itu melenggang pergi menuju kamar.

“Clarisa. Aku bilang aku belum selesai bicara denganmu.”

Dengan tanpa bersalahnya Clarissa menutup pintu kamar cukup kencang yang membuat Carl dan juga George terlonjak. Carl menghela napas lelah. Ia memejamkan mata berusaha meredam semua kekesalannya selagi ia mampu.

“Ceraikan saja tidak si?” George tiba-tiba berujar yang membuat Carl menoleh. “Perempuan cantik masih banyak. Perempuan yang menghargaimu juga pasti banyak. Kamu menceraikan Clarissa pun hidupmu tidak akan buruk seperti di neraka.”

“Jika memang cantiknya yang aku cari sudah dari lama aku memacari dan menikahi para perempuan di Las Vegas,” jawab Carl seraya melenggang menuju halaman depan rumah yang sudah ada mobil hitamnya terparkir.

“Ini bukan perihal cantik atau tidaknya, tapi ini perihal hati. Memang aku mau Clarissa menghargaiku tapi jika aku menceraikannya aku pun belum tentu akan mendapatkan perempuan yang aku cintai seperti aku mencintai Clarissa.” Carl kembali berujar sebelum dirinya menarik kenop pintu mobil.

𝐏𝐎𝐒𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐕𝐄 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now