CHAPTER 04

1.3K 19 0
                                    

Carl menjauhkan ponsel tatkala suara berat terdengar dari seberang panggilan. Mengumpat keras sampai Jessica yang tidak berniat tahu pun lantas menoleh melihat Carl yang mengerjap dengan samar-samar umpatan kasar masih terdengar.

“APA YANG KAMU LAKUKAN LAGI SIALAN, HUH?! SEKARANG MASALAH APA LAGI YANG KAMU PERBUAT?!!”

Pria dewasa di seberang sana terus meninggikan intonasi nada bicara tanpa berniat menurunkannya.

“M-maaf ....”

“Maaf, Maaf dan Maaf! Maaf saja terus yang kamu bisa lakukan!” jawabnya. “Daddy lelah Carlos! Lelah! Jika kamu melakukan kesalahan di kantor, Daddy yang dapat marah dari Granddad kamu, sialan!”

Penerus Van Der Enterprise itu hanya dapat terdiam. Ini bukan sekali atau dua kali, tapi sudah berkali-kali. Masih tetap sama penyebab utamanya, Clarissa. Carl terlalu mementingkan Clarissa daripada pekerjaan kantornya.

“Granddad kamu memberitahu Daddy lagi barusan! Katanya dia dapat laporan dari para investor jika mereka kecewa untuk menjalin hubungan kerja bersama Van Der Enterprise hanya karena sikap kamu yang tidak profesional!”

“Aku janji ini yang terakhir kalinya Dad. Untuk kedepannya aku tidak akan mengulangi kesalahan ini lagi,” ucap Carl sungguh-sungguh. Dirinya juga lelah jika harus mendapatkan omelan dari Papanya secara terus menerus.

“Omong kosong Carlos! Yang sudah-sudah pun kamu bilang seperti itu! Janji ini yang terakhir, tapi setelahnya kamu kembali mengulangi kesalahan yang sama!”

“Aku janji. Benar-benar berjanji. Ini yang terakhir Dad ....”

“Halah! Pasti kedelapannya kamu kembali seperti ini lagi! Tidak akan jauh pasti hanya karena kamu mementingkan istri kamu itu bukan? Sialan! Daddy bilang jangan dinikahi, kamu tidak mau dengar! Sekarang apa? Kamu selalu mendapatkan masalah setelah menikah dengannya!”

“Secara tidak langsung Daddy bilang jika Clarissa pembawa sial untukku begitu?” tanya Carl dengan dahi yang sedikit mengernyit.

“Tentu saja! Ingat Carlos, istri kamu itu anak dari orang yang Daddy benci! Sampai kapan pun Daddy akan tetap tidak suka kepadanya! Jika kamu masih mau menganggap Daddy orang tua kamu, ceraikan dia! Daddy tidak mau punya cucu dari orang yang Daddy benci!”

“Tapi Dad ak—”

Panggilan pun terputus begitu saja dari seberang sana. Carl menatap layar ponsel yang menunjukkan jika panggilan sudah berakhir. Carl menghela napas lelah. Benar-benar lelah. Berusaha untuk terus menguatkan diri tekanan Papanya.

Sudah lelah menghadapi sikap dan kelakuan Clarissa, Carl pun harus menghadapi Papanya yang terus mengomel dan selalu menekannya dengan menyuruh menceraikan Clarissa. Ia tidak tahu pasti kenapa Papanya sangat tidak menyukai Clarissa.

Carl mengembalikan ponsel yang dipegangnya kepada Jessica. “Terima kasih Jessica, maaf sudah merepotkan. Bilang saja kepada Daddy saya jika saya akan menghubunginya setelah baterai ponsel saya terisi.”

Jessica mengangguk. “Baik, Pak.”
Setelahnya pria muda itu kembali duduk di meja kerja. Mengecek berkas-berkas yang sudah dikerjakan sebelumnya oleh Jessica.

Menandatangani beberapa kontrak tanpa banyak bicara. Tanpa disadari jika Jessica sudah mencuri-curi pandang sedari tadi.

Sementara itu di waktu bersamaan, akan tetapi di tempat yang berbeda tampak seorang perempuan muda yang baru saja menguap; terbangun dari tidurnya dalam keadaan kepala yang sedikit terasa sakit dan pusing.

Clarissa meraba samping tempat tidur. “Carl?” panggilnya. Ia mengerjap. Berusaha mengubah posisi menjadi duduk bersandar pada sandaran ranjang. Mengucek mata lalu menoleh ke atas nakas. Melihat ponselnya sudah tergeletak di sana dengan beberapa cemilan ringan.

𝐏𝐎𝐒𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐕𝐄 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now