CHAPTER 02

1.7K 28 0
                                    

“Semua berkas yang saya kasih tadi sudah selesai belum?” Carl mendekat ke arah meja milik Jessica yang letaknya tidak jauh dari meja kerja miliknya.

Masih tampak sama seperti dulu. Meja kerja bos dan sekretarisnya berada dalam satu ruangan yang sama. Meja kerja milik Dominic kini menjadi milik Carl. Begitu juga meja kerja milik Eliza sudah berpindah kepemilikan kepada Jessica.

Perempuan muda yang masih satu umur dengan Carl tampak berdiri ketika bosnya itu sudah terdiam di samping meja kerja. Sedikit menggerai rambut ke belakang seraya mengulas senyum hangat. Riasan yang tidak berlebihan tampak menyempurnakan sosoknya.

Tinggi tidak melebihi pundak pria dewasa, berkulit putih bersih, gemulai dan tidak banyak tingkah aneh-aneh. Membawa darah Dutch dari Mama dan American dari Papa-nya membuat Jessica memiliki daya tarik lebih sebagai sekretaris penerus Van Der Enterprise.

“Sudah Pak, Bapak hanya perlu mengeceknya saja. Untuk berkas laporannya pun sudah saya selesaikan,” jawabnya seraya mengambil beberapa tumpukan berkas yang sudah tersusun rapi di ujung meja.

Carl mengambilnya satu. Membuka; menilik serta memperhatikan deretan kata yang termuat di lembar kertas tersebut. Mangut-mangut tatkala dirinya tak menemukan kesalahan sedikit pun di sana. Dirinya menoleh ke arah Jessica yang sudah lebih dulu menatapnya sedari tadi.

“Owh iya hasil saya meeting tadi bersama investor sudah kamu catat?” tanyanya begitu teringat. “Saya lupa bilang jika saya membutuhkannya segera.”

Terlihat raut keterkejutan dari wajah perempuan muda tersebut. “Eh? Iya ya Bapak meminta catatan hasil dari meeting tadi pagi? Astaga maaf Pak saya lupa. Belum saya catat. Saya terlalu fokus kepada berkas-berkas yang Bapak suruh kerjakan.”

“Iya tidak apa-apa, saya juga lupa bilang jika saya membutuhkannya segera.” Carl menjawab dengan senyuman ramah. Memaklumi karena dirinya juga salah. “Tolong kerjakan ya nanti simpan saja di meja kerja saya jika sudah selesai.”

Jessica mengangguk patuh. “Baik, Pak. Setelah ini saya kerjakan.”

Carl hanya mengulas senyum lalu membawa beberapa tumpukan berkas di ujung meja Jessica ke meja kerjanya. Melirik arloji yang melingkar di tangan kanan sudah menunjukkan waktu jam makan siang.

Penerus Van Der Enterprise itu melenggang pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Menghubungi George tatkala dirinya melangkah memasuki lift. Satu panggilan tidak terjawab. Panggilan kedua terjawab bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.

Beberapa orang terlihat terpana melihat rupa Carl yang masih muda, tampan, tegap tinggi melenggang di hadapan. Benar-benar definisi visual karakter di dalam film yang hidup di dunia nyata. Mungkin itu penggambaran untuk Carl di mata orang-orang yang menatap kagum.

“Bagaimana keadaan Clarissa?” tanyanya seraya menyusuri lantai marmer di sepanjang koridor lobi gedung menuju pintu keluar.

“Still the same,” jawab George dari seberang sana dengan sayup-sayup dentuman musik terdengar.

“She’s drunk again?” Carl terdiam di samping mobil hitamnya dengan dahi yang mengernyit kasar.

“Yeah she’s drank too much of it.”

“With the guy?”

“Nah but she’s acting weird.”

“Send me a picture of her.”

“Sure.”

Panggilan pun terputus lalu tidak lama kemudian Carl mendapatkan kiriman foto Clarissa. Dirinya hanya bisa memijat pangkal hidung tatkala melihat kelakuan istrinya ketika sedang mabuk.

𝐏𝐎𝐒𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐕𝐄 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now