09-Cemburu

14 4 1
                                    


Follow, vote dan komen nya ya jangan lupa

Okeh:)


R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R

A

F

A

E

L

__________________


Kedua remaja itu sudah tiba di kediaman sang ibu sejak beberapa menit lalu, namun Rafansya terus saja menghalangi Zalina untuk memencet bel karena khawatir bunda akan marah jika tau bahwa dirinya sudah berbohong pagi ini.

Karena tak sabar lagi, Zalina pun memencet bel tanpa peduli pada larangan dari Rafansya. Hingga akhir nya pintu pun terbuka dan menampakkan Citra dengan senyuman yang tak pernah memudar dari bibir nya.

''Na, El, kok cepat banget pulang nya? bunda aja baru mau pergi ke butik nih'' ujar Citra.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Citra, Rafansya malah langsung memeluk tubuh ibu nya itu. Tentu saja hal itu membuat Citra tersontak kaget. Pasal nya, sangat jarang Rafael memeluk nya se erat itu seakan takut kehilangan.

''Kenapa El?'' tanya Citra lembut dengan mengusap belakang kepala putra nya.

Rafansya menggeleng kecil ''Ini bukan El Bun, ini Ansya'' lirih nya di dalam dekapan Citra. 

''Kamu kenapa sih? kamu sendiri yang bilang, jangan sedih lagi dan ngingat Ansya terus karena dia udah tenang disana?'' ucap Citra sedih mendengar nya.

''Tapi ini beneran Ansya bun, Danish Rafansya Dinata putra sulung bunda'' ucap Rafansya tanpa berniat melepas pelukan nya. sudah sangat lama ia ingin kembali memeluk tubuh ini, ia ingin berjalan dengan menggandeng lengan ibu nya kemana pun ia pergi seperti dulu dan hari ini ia bisa mencapai nya.

Rafansya melepas pelukan nya lalu menunjukan tanda lahir yang ada di leher nya kepada Citra. Tidak tau dengan kata apa ia harus mendeskripsikan perasaan nya saat ini. Wanita paruh baya itu memegang kedua pipi Rafansya dengan air mata yang sudah tidak bisa terbendung lagi.

''Ini beneran Ansya putra sulung bunda?'' tanya Citra untuk memastikan apakah yang di hadapan nya ini benar benar adalah Rafansya ataukah tidak.

Rafansya mengangguk '' Maaf karena baru temui bunda, maaf juga karena tadi pagi sempat bohong dan gak langsung bilang yang sebenar nya'' ucap Rafansya dengan tertunduk.

sementara Zalina masih setia berdiri di belakang Rafansya dengan air mata yang entah sejak kapan sudah membasahi pipi nya. Andai Zavier juga bisa kembali seperti Rafansya yang bisa kembali berkumpul bersama keluarga nya. Zalina merindukan Zavier, sangat rindu hingga membuat nya sering memimpikan seseorang yang sudah pergi jauh dan tak bisa kembali.

Dear RafaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang