Bab 9; Ketika Kita Bicara Tentang Siapa yang Mencintai Lebih Besar

2.3K 351 213
                                    

Bab 9;Ketika Kita Bicara Tentang Siapa yang Mencintai Lebih Besar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bab 9;
Ketika Kita Bicara Tentang Siapa yang Mencintai Lebih Besar

_________________________________________

Di antara semua kenangan yang tergerus seiring bergantinya tahun, Kala masih akan selalu mengingat beberapa hal. Dulu, setiap kali sesuatu terjadi kepadanya, ia akan selalu punya Mama, Papa dan Denta di belakangnya. Ia pernah jatuh sakit setelah pulang hujan-hujanan dari tempat les dan saat itu Mama tinggal di kamarnya sepanjang malam. Menjaganya, mengganti kompresannya, memeluknya. Lalu paginya wanita itu memasak banyak sekali makanan, dengan alasan supaya Kala betah tinggal di rumah seharian selama Denta pergi ke sekolah.

Waktu kelas 4 SD, jari-jari Kala pernah tidak sengaja tergores penggaris besi saat sedang menggambar bangun ruang. Di hari berikutnya, Papa menyingkirkan penggaris tersebut dari tasnya dan mengganti dengan satu lusin penggaris plastik dengan tujuan supaya Kala lebih aman.

Di tahun terakhir Sekolah Dasar, saat satu kelas berkumpul di lapangan untuk diambil penilaian praktik olahraga dan kebetulan Kala dipisahkan dari Denta ke dalam dua kelompok berbeda, entah apa yang terjadi, teman-teman Kala saat itu seperti mencuranginya. Anehnya, tidak ada satu pun yang berusaha membela Kala atau setidaknya bersuara kepada guru atas tindakan mereka. Sampai kemudian Denta maju dan meneriaki teman-teman Kala dengan lantang. Denta yang hampir tidak pernah mau berbicara dengan siapa pun itu tiba-tiba saja berdiri di hadapan semua orang. Mengambil perhatian semua orang. Memarahi semua orang.

Kala juga masih ingat apa yang Denta katakan di hari itu, di hadapan teman-teman, dengan suara yang bahkan tidak bergetar sedikit pun meski Kala tahu betul anak itu sangat benci menjadi pusat perhatian. "Kalian semua tau Kala emang suka bercanda dan dia mungkin nggak keberatan nanggepin semua bercandaan kalian. Tapi bukan berarti semua hal bisa kalian bercandain. Nggak lucu! Kalau di antara kalian semua nggak ada yang bisa main bener, minggir!", katanya waktu itu. Yang kemudian berakhir membuat anak itu dijauhi separuh isi kelas hingga hari kelulusan.

Hidup Kala itu sudah cukup sempurna dibandingkan anak-anak yang lainnya. Setidaknya sampai hari di mana Mama dan Papa memutuskan untuk berpisah. Sebab, di hari-hari setelah itu, segalanya berubah. Papa tidak lagi seperhatian dulu. Lelaki itu tidak lagi peduli apakah ia terluka atau tidak. Jika dulu Papa langsung menukar penggaris besinya dengan penggaris plastik hanya agar jarinya tidak tergores, di hari-hari itu Papa bahkan tidak peduli ketika jarinya teriris pisau saat sedang memasak.

Mama yang dulu selalu menemaninya sepanjang malam saat ia sakit, di hari-hari itu juga tidak bisa ia temukan kehadirannya. Di tahun pertama kepindahannya ke Manado, ia pernah jatuh dari separuh anak tangga sekolah. Kakinya terkilir. Tulang hastanya mengalami cedera. Tidak parah, tetapi cukup membatasi ruang geraknya selama berminggu-minggu minggu. Dan selama itu, tidak ada Mama yang merawatnya. Tidak ada Mama yang setiap malam akan dengan hati-hati meniupi lukanya.

Hujan Bulan DesemberWhere stories live. Discover now