Bab 2; Sudut-sudut Rumah yang Kehilangan Hangatnya

2.5K 420 328
                                    

Bab 2;Sudut-sudut Rumah yang Kehilangan Hangatnya

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Bab 2;
Sudut-sudut Rumah yang Kehilangan Hangatnya

__________________________________


Denta sudah banyak berubah. Seperti yang Kala khawatirkan hingga tidak bisa tidur semalaman, lima tahun yang berlalu telah mengubah banyak hal di masing-masing hidup mereka. Termasuk orang yang paling Kala takuti akan berubah lebih banyak daripada saat terakhir mereka bertemu; Denta.

Sudah puluhan menit berjalan terhitung sejak Papa meninggalkan mereka semua untuk mengejar penerbangan balik ke Manado, tetapi pemuda yang kini sudah menanggalkan jaket basahnya itu masih belum mengatakan apa-apa. Bungkamnya Denta sepanjang pembicaraan di ruang tamu rumah itu seolah menekankan bahwa kedatangan Kala yang tiba-tiba bukanlah hal yang ia harapkan. Sebab, sejak detik di mana tatap keduanya bertemu, Kala sama sekali tidak mendengar sambutan. Tidak ada euforia pertemuan yang tumpah setelah akhirnya mereka kembali berdiri berhadapan.

Dan dari bagaimana mata Denta terus berusaha menghindar, Kala akhirnya paham bahwa di sini, di antara dinding-dinding rumah yang terasa sesak ini, rindunya hanya bergaung sendirian. Sepertinya, lima tahun yang berlalu telah berhasil menghapus jejak-jejak keberadaan Kala di hidup Denta, hingga pemuda itu terbiasa, dan kemudian lupa bahwa dulu mereka bahkan pernah saling berbagi susu dari botol yang sama. Pernah saling berbagi selimut tiap malam, dan berbagi satu pakaian untuk dipakai bergantian.

Keberadaan Papa di rumah itu bahkan seperti tidak berarti apa-apa. Tidak ada pelukan rindu, atau setidaknya pertukaran kabar setelah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Sepanjang Papa duduk di hadapan mereka, yang Kala lihat, Denta tidak melakukan apa-apa selain hanya mendengarkan bagaimana lelaki itu memberi pengertian tentang alasan kedatangan mereka ke Jakarta. Lalu saat Papa pamit pergi, yang bisa Kala lihat hanya bagaimana Denta mengepalkan tangan, dengan decih sinis yang samar-samar terdengar.

Anak itu tidak lagi mengantar Papa sampai ke depan seperti lima tahun lalu. Juga tidak lagi berusaha menahan kepergiannya seperti saat itu. Denta yang Kala lihat sekarang benar-benar bukan lagi Denta yang dulu.

"Aku mau ganti baju." Pemuda itu akhirnya bangkit dari sofa, meraih jaket yang tadi ia tinggalkan dan bergegas meninggalkan ruang tengah begitu saja.

"Denta, sebentar—" Merasa pembicaraan di ruangan itu belum sepenuhnya selesai, Mama mencoba menahan, tetapi sepertinya percuma. Langkah pemuda itu sudah lebih dulu menggema di sepanjang tangga dan bantingan pelan pintu kamar menutup segalanya.

Sisa-sisa gerimis masih membekas di luar, tertinggal di atas daun-daun hijau dan rerumputan, lalu dinginnya udara yang masuk melalui celah-celah pintu saat itu terasa berkali-kali lipat lebih dingin setelah kepergian Denta. Di ruangan itu tersisa Kala dan Mama, tetapi jeda lima tahun dan jarak ratusan kilometer yang memisahkan mereka selama ini sepertinya telah berhasil membuat Kala merasa asing di hadapan ibunya sendiri. Hingga ia tidak berani menatap Mama. Hingga ia takut untuk sekadar melihat mata Mama yang siang itu memerah dengan jejak-jejak basah di sekitarnya.

Hujan Bulan DesemberTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon