Bab 3; Musim Tempat Luka Itu Tumbuh Kembali

2K 415 241
                                    

Bab 3;Musim Tempat Luka Itu Tumbuh Kembali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bab 3;
Musim Tempat Luka Itu Tumbuh Kembali

_________________________________

Kala pikir, setibanya di Jakarta, ia akan menjumpai malam yang lebih tenang. Malam yang lebih singkat, juga malam yang lebih hangat. Ia kira, di bawah langit Jakarta yang setengah mati dia rindukan itu, semua akan terasa jauh lebih mudah.

Namun, ternyata malam-malamnya yang panjang dan dingin selama lima tahun masih terus berlanjut. Ternyata langit Jakarta yang dia pikir hangat itu sudah tidak lagi sehangat dulu. Ternyata dinding-dinding rumah yang dia pikir mampu meredam seluruh rasa kesepiannya selama bertahun-tahun juga masih belum mampu mengantarkannya tidur dengan nyenyak, tanpa mengkhawatirkan apa pun. Ternyata, meski sudah di Jakarta, di rumahnya, dan bahkan di kamarnya, Kala masih harus merasakan dinginnya malam yang panjang sendirian.

Ia tidak tahu kapan tepatnya dirinya jatuh tertidur. Yang ia tahu, itu sudah lewat tengah malam. Sebab, ia ingat saat itu suara detikan jarum jam terdengar lebih lantang daripada gemerisik angin di luar. Hawa dingin yang datang menusuk lebih tajam daripada saat beberapa jam sebelumnya Kala berdiri di sisi jendela, sambil memandangi tanaman-tanaman Mama yang basah, juga pohon di halaman samping rumah yang daunnya kian rindang. Hal-hal sederhana yang menandakan bahwa malam sudah sepenuhnya berganti, dan Kala sudah hafal sekali.

"Ada banyak hal terjadi dalam lima tahun dan lo nggak tau itu. Termasuk gimana gue survive di sini tanpa kalian, sampai gue terbiasa, dan bahkan lupa ... kalau gue pernah punya saudara."

Kalimat itu mengusik Kala semalaman. Berganti-gantian dengan kalimat Denta yang lainnya. Dan gara-gara itu juga, Kala tidak tidur di ranjang. Sebagai seseorang yang kembali ke rumah itu layaknya orang asing, Kala cukup tahu diri untuk tidak menempati kasur Denta sembarangan setelah anak itu sempat bilang keberatan. Harapannya, setelah meninggalkan kamar selama berjam-jam, dan setelah perasaannya jauh lebih tenang, malam itu, entah pukul berapa, Denta akan kembali ke kamar. Membersihkan diri, lalu tidur.

Jadi, Kala tidak ingin kembali merusak segalanya dengan membuat Denta tidak nyaman karena harus berbagi ranjang. Maka tempat itu pun sengaja ia biarkan kosong, setidaknya sampai Denta pulang.

Sayangnya, sampai kantuk Kala datang, sampai ia terlelap di atas lantai yang ia beri dua lapis selimut sebagai alas, dan bahkan sampai ia terbangun di pagi harinya, ranjang itu masih tetap dingin. Bantal di atasnya tidak berubah posisi sama sekali sejak Denta tinggal pergi. Dan saat itu Kala sadar, bahwa semalaman, Denta benar-benar tidak pernah kembali. Hingga saat ini.

"Hey ... pagi, Kala!"

Hal pertama yang Kala dengar setibanya ia di ujung paling bawah anak tangga adalah sambutan dari Mama. Wanita itu sepertinya baru kembali dari luar, terlihat dari beratnya dua kantung plastik berisi sayuran segar yang sebagian daun-daunnya mencuat keluar.

Kala sendiri akhirnya turun ke lantai bawah setelah cukup lama tinggal di kamar, memandangi tiap sisi kamar Denta, memeriksa barang-barang di dalamnya, hanya untuk menemukan bahwa memang tidak ada lagi satu pun hal tentangnya tersisa di sana.

Hujan Bulan DesemberWhere stories live. Discover now