"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaraka wa Ta'ala mengatakan, 'Lihatlah apakah pada hamba tersebut terdapat amalan shalat sunnah?' Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.

"Dalam riwayat lain, "Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula." (HR. Abu Daud, Ahmad, Hakim, Al-Baihaqi. Al-Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).

"Imam Ahmad rahimahullah juga berkata, "Setiap orang yang meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar shalat dalam hatimu." (Lihat Ash Sholah, hal. 12)

"Duh ... ini kenapa semua orang pada ngingetin shalat sih? Kayak pengingat khusus buat gue." Afra heran sendiri.

***

Afra baru pulang setelah mendekati pukul tiga sore. Rumah tampak sepi dan mobil yang biasa digunakan untuk mengantar Adam pun tetap di garasi.

"Berarti dia gak ke sekolah," batin Afra.

Baru masuk, dia sudah dicegat oleh Bunga di pintu masuk.

"Astaga Afra ... saya paham kamu kuliah, tapi kenapa susah sekali dihubungi?"

Afra baru ingat, dia mematikan ponselnya sejak pagi. "Maaf, Bu. Dosen saya menyuruh mematikan ponsel. Jadi saya lupa hidupkan kembali setelah kuliah. Maaf, ya, Bu."

"Ya sudah, kamu ke kamarnya tuanmu sekarang, ya. Dia tidak ingin makan dari pagi. Kita sudah panggil dokter untuk mengecek keadaannya, tapi saya paksa untuk makan juga tidak mau. Susah. Dia cari kamu terus. Setiap saya ke kamarnya untuk bujuk agar dia mau makan, dia malah bertanya terus soal keberadaan kamu."

"Baik, Bu." Afra menaiki tangga dengan langkah gontai.

Belum sampai di lantai dua, Bunga memanggilnya lagi.

"Makanannya ada di dapur. Kamu bawa sekalian saja, ya."

"Baik, Bu." Afra turun lagi ke dapur dan membawa nampan berisi makanan untuk Adam sebelum menuju kamar pria itu dengan tenaganya yang masih tersisa.

Begitu masuk ke kamar pria itu, Adam tengah tertidur. Perlahan dia menaruh nampan di atas meja sebelum mendekat ke arah ranjang Adam.

"Adam?" panggilnya dengan pelan dari samping ranjang. Panggilannya sangat sopan. Tak lagi setan, iblis, dan sejenisnya.

Tak disangka pria itu bangun dan meliriknya, tapi hanya sekilas sebelum kembali membelakanginya untuk tidur membuat Afra cengo.

"Waduh ... dia ngambek atau gimana? Perasaan setiap hari hidupnya dipenuhi ngambek terus."

"Adam? Ayo makan. Katanya kamu gak mau makan dari pagi."

Adam tak mau berbalik.

"Adam? Gimana mau sembuh kalau gak makan?"

Adam tetap diam saja.

Afra menghela napas jengah. Terpaksa dia naik ke ranjang dan duduk di sebelah pria yang masih berbaring membelakanginya itu.

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Where stories live. Discover now