Bab 32

4.8K 124 0
                                    

"Aulia maharani!.. " teriak humaira, masih mengejar perempuan itu, namun seolah tak mendengar Aulia makin mempercepat langkahnya itu.

Humaira semakin mempercepat langkahnya itu, lalu dirinya berhasil meraih tangan Aulia. Dan Aulia pun berhenti.

"Aul itu gak seperti yang kamu lihat! Dan dengar aul Ak_" ucapan humaira, terpotong. Matanya sudah berkaca-kaca bersiap untuk menangis detik itu juga.

"Lo pikir gue bodoh?! Gue lihat.. Gue dengar semuanya humaira! Lo jahat! Lo egois!.. Pembohong!" teriak Aulia, dengan air mata yang terus mengalir deras dari pipinya itu.

Humaira terdiam. Apakah dirinya jahat? Egois? Seperti apa yang di katakan oleh Aulia?. Tapi, itu salah humaira belum meneruskan ucapannya. Ini semua salah faham.

"Gak aul.. Itu semua salah faham!.. " jelas humaira, di sela isakan tangisnya, namun Aulia malah menghempaskan tangan humaira, dengan kencan hingga sangat empu sedikit terhuyung ke belakang.

"Emang paling baik gue gak sahabatan sama orang kek lo.. Pembohong da egois munafik lo!.. "

Plakk

Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Aulia, hingga wajahnya mengarah ke samping. Mahen laki-laki itu berdiri di depan Aulia, dan di belakang nya ada humaira, yang sedari tadi menangis.

Aulia memegang pipinya yang terasa panas itu, dan mulai mencerna kejadian yang baru saja dirinya alami.

"Jangan lo hina dia lagi! Atau gue jamin hidup lo gak akan tenang! Seharusnya punya otak tuh pake buat mikir!.. " ucap mahen dengan tegas, serta wajahnya yang datar. Lalu dirinya menarik tangan humaira dan pergi dari tempat itu.

Aulia mengepalkan tangannya, ia tak terima di perlakukan seperti ini! Sama sekali tidak adil! Humaira harus merasakan apa yang dirinya rasakan.

'Awas lo liat apa yang akan gue lakukan! Kepada lo humaira! Karena telah berani kepada seorang Aulia maharani!.. ' batin Aulia, dengan seringai di wajahnya. Kemudian ia pergi meninggalkan tempat itu.

🐰

Mahen menyodorkan helm kepada humaira, tanpa sepatah kata pun yang terucap dari mulutnya,setelah kejadian tadi. Tidak biasanya suaminya ini bersikap demikian. Biasanya mahen membantunya untuk memasang helm, namun ini tidak.

Humaira mensiki motor tersebut, dengan perasaan berkecamuk sekaligus canggung. Dia bingung dengan keadaannya sekarang. Sebenarnya apa yang terjadi kenapa seperti ini.

Terlalu lenyap dalam lamunannya, humaira tak sadar bahwa mereka sudah sampai di depan rumah, humaira pun turun dari motornya. Dan mahen yang lebih dulu turun lalu masuk kedalam tanpa menoleh sedikit pun pada dirinya.

Humaira masuk kedalam kamar, terlihat mahen yang sedang berbaring di ranjang mereka, dengan memainkan handphone nya.

"Kak?.. " panggil humaira, namun mahen hanya diam tak menanggapi, fokus dengan handphone nya.

Humaira menghela nafasnya, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri nya.

Setelah selesai humaira langsungnya pergi ke dapur, untuk membantu bi narsih memasak. Seperti yang biasa dirinya lakukan.

"Eh non ini masakan nya udah siap! Bibi udah masak kesukaan enon.. " ucap bi narsih, dengan senyuman di bibirnya. Mengingatkan dirinya kepada umma. Tanpa sadar air matanya turun kembali.

Bi narsih yang bingung langsung menyuruh duduk humaira.

"Aduh non kenapa?.. " ucap bi narsih, merasa kasihan dengan majikannya ini.

Namun humaira hanya diam, dan masih menangis.

"Hikss.. Humaira baik kok bi.. Cuman hari ini rasanya lelah banget.. " ucap humaira, dengan isakan tangis yang menyayat hati.

Bi narsih tersenyum, ia tahu keadaan majikannya ini sekarang. Dan dia juga mengerti perasaan humaira.

"Maaf sebelum nya non... Coba non ara cerita sama bibi.. Mungkin bibi bisa kasih saran.. " ucap bi narsih, setelah beberapa menit menangis akhirnya humaira berhenti.

"Ini non minum dulu.. " ucap bi narsih menyodorkan segelas air putih, dan humaira meneguk nya hingga tandas.

"Makasih bi.." Ucap humaira, bi narsih hanya tersenyum dan mengangguk.

"Yaudah kalo neng ara gak mau dulu cerita.. Bibi siapin makan buat non ara sama den mahen.. Bibi ijin panggil den mahen.."ucap bi narsih hendak pergi, namun humaira menahannya.

" biar humaira aja bi.. "Ucap humaira lalu melangkahkan kakinya pergi menuju kamar, meninggalkan bi narsih sendirian.

🐰

Aulia menutup pintu kamarnya dengan kencang, hingga menimbulkan suara yang nyaring. Tubuhnya melorot kebawa, dengan menyandar pada pintu tersebut.

Ia menangis sejadinya, menumpahkan rasa kesal dan sedihnya, ia mengacak rambutnya frustasi. Lalu berdiri dan menghampiri meja rias nya.

Aulia mengacak make-up nya secara acak, hingga terjatuh ke lantai, lalu ia memecahkan cermin dan mengambilnya, lalu menggoreskan nya kepada tangannya sendiri.

Tak cukup sampai di situ, Aulia merobek gorden kamarnya, mengacak tempat tidurnya. Dan membanting semua barang yang ada di kamar itu, termasuk foto dirinya bersama humaira.

Kini kamarnya benar-benar seperti kapal pecah.

" kenapa ra?! Kenapa?! Kenapa harus lo orang yang dia cintai.. Padahal gue ada buat dia dan memberikan apa pun yang ia inginkan termasuk diri gue?! Arrghtt.." Teriak Aulia. Ia memukul dadanya yang terasa sakit, dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

" lo jahat ra.. Liat aja apa yang akan gue lakuin.. "Ucap Aulia, disertai seringai di wajahnya yang penuh goresan itu.

🐰

Dengan perasaan yang campur aduk, dan mata yang sembab akibat menangis, dengan tangan yang bergetar, humaira membuka pintu kamar tersebut. Terlihat mahen yang masih memainkan handphone nya itu.

Humaira pun mendekat ke arah suaminya. Ia menghela nafas berat, sebelum mengucapkan katanya.

" kak ayok makan.. Kakak pasti belum makan kan? .."ucap humaira, namun mahen hanya melirik nya, dengan tatapan tak suka lalu kembali menatap handphone nya.

"Kak?! Kakak kenapa sih?! Humaira itu bicara sama kakak loh?.. " ucap humaira sedikit meninggikan suaranya, mahen pun membanting handphone nya ke lantai, lalu berdiri di depan humaira.

"Kenapa lo ngomong sama gue?.. Mendingan lo ngomong sama orang yang lo cinta itu!.. " ucap mahen, dengan muka datar dan nada sinis nya.

membuat humaira terdiam. Ia tahu pasti suaminya ini marah, karena tadi dirinya berbicara dengan rehan. Dan itu tentang perasaan mereka berdua. Dalam artian mungkin mahen ini sedang cemburu.

"Kok kakak bicara gitu sih? Kakak salah faham.. " ucap humaira dengan mendongakkan kepala nya, menatap suaminya itu.

"Iya gue salah faham.. Gue kira lo udah cinta sama gue dan gak mikirin dia lagi..Tapi Ternyata gue salah.. Itu malah sebaliknya.. " ucap mahen dengan menatap datar ke arah istrinya, lalu berlalu pergi.

Sementara humaira hanya terdiam, menatap punggung laki-laki itu yang menjauh dari jangkauan nya. Dengan air mata yang turun deras.

'Seandainya lo tau.. Sekarang gue udah cinta dak tertarik sama lo!.. Tapi lo nya gak.." batin mahen, kemudian ia pergi dari rumah itu, dengan melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.




Se you next part..
~Sekian Terima takdir💆‍♀️🍒

Maaf ya mulai sekarang
author upnya seminggu sekali.. 🌚

"Bayi Sang Ketua Geng Motor" (Tahap Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang