First Trial

114 9 0
                                    

Putera masih terduduk diam di bangku panjang berwarna coklat dengan model raw furnished yang berada di restauran miliknya

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Putera masih terduduk diam di bangku panjang berwarna coklat dengan model raw furnished yang berada di restauran miliknya. Di pikirannya berkeliaran kata-kata yang diucapkan oleh Gisel satu jam yang lalu. Wanita itu datang ke restaurannya dengan wajah yang begitu sedih dan panik. Jelas kedatangannya adalah untuk meminta dirinya menjauhi Dinda atau setidaknya memikirkan ulang  tentang hubungan mereka. Tidak ada kata paksaan dari Gisel, karena gadis itu sadar dia tidak punya hak sebesar itu di hubungan antara Putera dan Dinda. Kebetulan tadi juga ada Arga dan Rangga di restauran itu saat Gisel datang. Walau tak lama Rangga dan Gisel pergi duluan dari restauran itu.

Kini tinggal lah Arga yang masih duduk di sebelah Putera. Kedua pria ini sama-sama diam, dengan rokok yang menyala di selipan jari masing-masing. Logika Putera mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Gisel dan Arga tentang hubungannya dengan Dinda adalah benar. Dia paham kalau pada akhirnya semuanya pasti akan terluka kalau hubungan ini tetap diteruskan. Tapi Putera tak bisa begitu saja melepaskan Dinda. Hatinya terus menginginkan gadis itu. Baru saja beberapa bulan mereka bersama, tapi perasaan Putera sudah begitu dalam pada Dinda. Bagaimana nanti kalau sudah bertahun-tahun? Pasti perasaan keduanya akan semakin dalam dan tak bisa dipisahkan.

"Put, apa yang dikatakan Gisel itu sepenuhnya benar. Ibaratnya, lo dan Dinda itu sekarang lagi merakit bom atom yang semakin lama semakin besar dan nanti pada saat waktunya tiba bom itu akan meledak dan menghancurkan semuanya. Menghancurkan lo, Dinda dan mungkin juga keluarga kalian masing-masing." Arga mengatakannya dengan wajah yang sangat serius.

"Apa ini juga yang sekarang sedang lo hadapi dengan Cecil?" Tanya Putera dengan hati-hati.

Dengan senyuman getir, Arga menganggukkan kepalanya. "Kurang lebih begitu. Dan sialnya, Gisel adalah saksi hidup bagaimana kondisi gw, keluarga gw dan Cecil sekarang. Jadi wajar kalau dia takut banget hal itu terjadi pada Dinda, sahabatnya."

"Memang gimana keadaan lo, Cecil dan keluarga lo sekarang?"

"Ya kayak gini, lo pasti udah liat kan kalau gw kacau banget?" Arga mulai menghidupkan rokoknya dan menyesapnya dengan kuat. Ini sudah batang yang kedua sejak mereka duduk di ruangan khusus perokok ini.

"Gw gak tau masa depan gw gimana dan bahkan gw sekarang gak yakin bisa membahagiakan Cecil dengan kondisi gw yang sekarang. Gw yakin, cepat atau lambat keluarga gw pasti akan berbuat sesuatu sama Cecil. Tapi, itupun kalau mereka masih menginginkan gw kembali ke keluarga Winata."

Putera terdiam, mencoba menyimak dan bersimpati pada keadaan sahabatnya ini.

"Kalau nanti keluarga Winata udah mulai berbuat sesuatu ke Cecil, gw gak yakin kalau gw masih bisa ngelindungin Cecil. Apa gw bom aja ya rumah kakek gw?" Arga bertanya diselingi seringai yang menggambarkan kegelian.

"Sinting!" Jawab Putera sambil geleng-geleng kepala.

"Gw ngerasa bersalah banget sama Cecil Put. Harusnya gw gak pernah mulai hubungan gw dengan dia dari awal."

AURORAजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें