Hai, Selesai. [24]

381 35 7
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

HAPPY READING!

Malam ini rasanya terlalu kalut, pikiran gadis itu berkelana entah ke mana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Malam ini rasanya terlalu kalut, pikiran gadis itu berkelana entah ke mana. Kepalanya rasanya terlalu berisik, suara hati yang tak bisa senyap, menjadikan gadis itu sibuk mencari tenang dalam diri.

Nuansa rumah yang sepi, sambil menunggu sosok yang selalu ia nantikan. Di sana, Sang mama datang dengan sepedanya seperti biasa. Menuju malam yang larut, sosok wanita hebat itu baru kembali ke rumah usai seharian berkeliling menjualkan dagangannya.

Peluhnya tak lagi dihiraukan, meski sesekali helaan napas lelah itu terdengar. Namun, dirinya tak pernah memperlihatkan keluh pada seorang gadis yang menjadi alasannya tetap bertahan sejauh ini.

Menjadi ibu rumah tangga sekaligus kepala keluarga bukanlah suatu hal yang mudah. Hanya orang-orang hebat saja yang bisa melakukannya, dan Disyaa bangga, memiliki Sang mama yang sungguh menjadi teladan utama di kehidupannya. Wanita hebat itu, ibuku.

"Duduk, Ma," titah Disyaa. Tangannya menarik perlahan Sang mama sampai wanita itu terduduk pada sofa ruang tamu.

"Disyaa ambilin minum dulu." Disyaa berlalu menuju dapur.

Kemudian, gadis itu kembali dengan segelas air dingin yang dibawanya. Memberikan air itu pada Sang mama yang langsung dileguk tanpa jeda oleh mama.

"Hari ini malem banget pulangnya," kata Disyaa, sambil melirik pada jam dinding yang menunjuk pada pukul tujuh.

Sambil mengusap keringatnya yang sedari tadi mengalir karena lelah, mama Disyaa tersenyum, seolah tidak sama sekali menampakkan penatnya di depan gadis itu.

"Iya, tadinya mau pulang awal, tapi, sayang jualannya masih banyak," jawab mama.

"Mama capek, ya?" Disyaa menatap tak tega, gadis itu tau betul bagaimana lelahnya Sang mama saat ini.

Setiap harinya, bargalut dengan jualannya. Tanpa peduli terik mentari yang siang hari menusuk pada kulit, hembusan angin sore yang kadang membuatnya tak seimbang saat bersepeda, juga dinginnya malam yang menelisik sampai mengigil. Semua tak pernah dihiraukan oleh Sang mama, hanya demi sesuap nasi di esok hari, juga bekal Sang anak gadisnya untuk sekolah esok pagi.

Sungguh, perjuangan seorang ibu semenakjubkan itu, bukan?

"Enggak, kok," alibi mama. Mama kemudian berdiri, beralih menuju kamarnya.

"Mama mandi dulu," sambungnya.

"Disyaa mau bicara sama Mama," ucap Disyaa, membuat mama berhenti sejenak sambil meliriknya.

"Tentang apa?" tanya mama.

"Ada, setelah mama rehat, nanti Disyaa bicara," balas Disyaa.

Mama hanya mengangguk, kemudian benar-benar pergi untuk membersihkan diri. Melepas segala penat dengan mandi, selalu dijadikan jalan keluar dari segala lelahnya.

Hai, Selesai.Where stories live. Discover now