MOOD BOOSTER

22 1 0
                                    

Apartemen sudah sepi saat Aliyah terbangun. Ternyata sekarang jam sebelas siang. Aliyah sepertinya ketiduran setelah salat Subuh. Sampai tidak tahu, Dewa sekarang pergi kemana. Padahal hari ini libur bekerja, tetapi Dewa tidak ada di apartemen. Biasanya Dewa yang tidur hingga siang seperti ini, tetapi sekarang justru berkebalikan. Entah mengapa, Subuh tadi kepala Aliyah terasa pusing sekali. Akhirnya, Aliyah memaksakan untuk tidur. Mungkin ia kurang tidur, karena semalaman bergadang menulis.

Menulis memang tidak semudah yang orang lain pikirkan. Aliyah harus membuat karakter tokoh yang kuat, agar pembacanya bisa mendalami peran tokoh dalam novelnya. Belum lagi, Aliyah juga harus melakukan berbagai riset dan banyak-banyak membaca buku. Sampai Aliyah membeli banyak buku, tetapi belum satupun terbaca. Aliyah masih pusing memikirkan alur cerita di novel terbarunya. Ia ingin sesuatu yang unik, tetapi tidak keluar dari zona nyamannya. Aliyah belum berani membuat cerita yang aneh-aneh. Saat ini Aliyah saja baru mencoba membuat cerita romansa islami.

Tetapi dari pada pusing memikirkan novel terbarunya yang belum juga selesai, Aliyah memilih mandi. Selesai mandi, Aliyah menuju ke dapur. Aliyah belum memasak untuk makan siang. Khawatir jika Dewa pulang, belum ada makanan sama sekali. Namun, saat Aliyah hendak memasak, ia justru melihat ada pizza di meja makan. Pizza itu masih utuh, belum tersentuh sedikitpun.

Aliyah berpikir sebentar. Tidak mungkin pizza itu jalan sendiri ke apartemennya, pasti ada yang memesan. Akhirnya, Aliyah mengambil ponselnya. Aliyah bagaikan gadis remaja. Sejak semalam ia merajuk pada Dewa, hingga menyibukkan diri dengan menulis. Ia tidak mau melihat wajah menyebalkan Dewa. Tapi, Aliyah sekarang harus melakukannya. Dengan terpaksa, Aliyah menghubungi Dewa lebih dulu.

"Halo?" sapa Dewa yang ternyata langsung menjawab panggilannya.

"Waalaikumsalam," jawab Aliyah yang menyindir Dewa. Suaminya itu lupa mengucap salam.

"Iya... maaf Al."

Aliyah hanya bisa geleng-geleng kepala. Beberapa saat Aliyah terdiam. Sampai Aliyah mendengar tawa teman-teman Dewa, sepertinya mereka semua sedang berkumpul. Tetapi, lama-kelamaan suara itu terdengar sayup-sayup. Mungkin Dewa sudah menjauh dari teman-temannya.

"Kamu beli pizza?" tanya Aliyah.

"Iya, buat lo makan siang. Lo enggak suka?"

Aliyah menarik napas dalam, berusaha untuk tidak marah. Rencananya Aliyah mau memakan salad, setelah kemarin Dewa mengatakan pipinya bertambah besar. "Suka, tapi aku tadinya mau makan salad."

"Udah, enggak usah pakai diet segala. Omongan gue kemarin, lo cuma salah paham, Al. Gue juga udah minta maaf. Lo sendiri yang enggak mau maafin gue."

"Karena kamu nyebelin! Semua cewek juga marah kalau dikatain gendut sama suami sendiri," kesal Aliyah.

"Gue tapi enggak bilang gendut," protes Dewa.

"Chubby sama gendut itu enggak ada bedanya."

"Ya udah, iya, gue ngaku salah. Gue minta maaf. Lo enggak usah diet-dietan, ntar yang ada malah sakit."

Setelah mendengar pengakuan Dewa, Aliyah terdiam. Aliyah masih kesal, tetapi ada benarnya juga yang Dewa bilang. Dulu saat berat badan Aliyah bertambah, ketika pertama kali mendapat datang bulan, Aliyah berusaha diet mati-matian. Namun yang ada bukannya turun berat badan, Aliyah malah masuk rumah sakit. Aliyah terlalu gila pada waktu itu, hanya makan dua butir telur dalam sehari dan minum dua liter air putih.

"Al? Lo masih di situ? Kenapa diem aja? Marahan sama suami itu enggak baik kalau lama-lama," ucap Dewa, menyadarkan Aliyah yang sibuk pada pemikirannya sendiri.

"Kata siapa?"

"Ada dalam ayat Al-Qur'an. Ya, masa gue cuma ngarang aja. Semuanya udah dijelasin di dalam surat Ali 'Imran ayat 133-134."

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan," lanjut Dewa.

"Aku maafin deh," Aliyah tersenyum kecil, meski Dewa tidak bisa melihat senyumannya.

"Nah, gitu dimaafin." Dewa tertawa kecil. "Ya udah, gue mau ngobrol lagi sama yang lain. Sorean dikit, gue langsung pulang. Jangan lupa makan siang. Makan yang banyak. Gue suka lo yang kayak sekarang, enggak usah coba-coba diet. Assalamualaikum," Dewa memutus panggilan itu.

"Waalaikumsalam."

Aliyah meletakkan ponselnya di meja. Sekarang. Aliyah bagaikan patung yang hanya bisa terdiam. Pipinya langsung bersemu merah, mendengar ucapan Dewa di telpon. Ternyata bahagia sesederhana ini. Aliyah yang selalu merasa kesal dengan Dewa, ternyata lama-kelamaan mulai menyadari ada sesuatu aneh di dadanya ketika Dewa bersikap manis begitu. Padahal Aliyah pikir pernikahan ini akan membuat frustasi. Apalagi sejak sebelum menikah hingga sekarang, Aliyah dan Dewa selalu berdebat. Meledek dan menggoda Aliyah sampai marah, sudah menjadi kebiasaan Dewa. Sementara, mengomeli Dewa setiap saat menjadi kebiasaan Aliyah.

Walaupun katanya seorang istri tidak boleh terlalu sering mengomel pada suami itu bisa menghilangkan pahala, namun tetap saja Aliyah melakukannya. Aliyah masih terus berusaha sabar. Untungnya Aliyah mempelajari banyak ayat Al-Qur'an. Sedikit demi sedikit, Aliyah berusaha menghilangkan sifat buruknya. Aliyah bukan hanya ingin menjadi wanita yang dirindukan surga, tetapi juga wanita yang mendapatkan surga dari telapak kaki suaminya.

Saat wanita sudah menikah, surganya berpindah pada telapak kaki suaminya. Bukan hanya memuliakan bundanya, tetapi juga memuliakan suaminya. Aliyah kerap membaca itu, tetapi memang rintangan yang paling susah adalah menahan emosi pada Dewa. Berusaha sabar untuk Aliyah yang mudah terpancing emosi itu perlu kekuatan besar saat melakukannya. Makanya, semalam Aliyah lebih banyak diam dari pada berdebat dengan Dewa.

"Sekarang, aku enaknya ngapain? Nonton TV deh," gumam Aliyah yang mengambil kotak pizza itu lalu menuju ruang tengah.

Rasanya sepi sekali, tidak ada Dewa di sini. Biasanya hari libur, Dewa sudah menghabiskan waktu seharian di depan TV. Sampai Aliyah harus berteriak, karena Dewa tidak mau mandi. Suaminya hanya sibuk menonton channel bola. Terkadang menonton channel anime kesukaan Dewa. Dan, jika sudah mulai bosan, Dewa akan bermain game. Tapi, Dewa sekarang sedang ada kumpul dengan teman-temannya. Aliyah tidak mau melarang. Apalagi sekarang Aliyah sudah melihat perubahan Dewa yang mulai mengurangi pesta-pesta tidak jelas saat malam. Memang itu tidak ada gunanya. Beruntungnya Dewa tidak pernah pulang dalam keadaan mabuk, atau lebih parahnya menggunakan narkoba. Aliyah benar-benar tidak akan memaafkan jika itu terjadi. Sejauh ini Dewa memang menyebalkan, suka tidak jelas, tetapi Aliyah yakin Dewa masih taat dengan perintah agamanya.

Kini Aliyah yang mulai bosan sendirian, memutar channel drama. Aliyah fokus menonton sambil makan. Sampai tidak sadar sudah melahap tiga potong pizza. Lama-kelamaan pizza itu juga akan masuk semua ke dalam perut Aliyah.

Selama Dewa bilang tidak perlu diet, Aliyah tidak akan melakukannya. Kata-kata suka yang Dewa ucapkan tadi, menaikkan mood Aliyah hari ini. Mungkin ini awal mula yang baik, sampai kesucian Aliyah benar-benar terenggut oleh suaminya. Aliyah yakin itu akan terjadi. Tidak disentuh untuk saat ini, bukan berarti tidak disukai, tetapi sedang tahap menuju saling menyukai.

SUJUD CINTA MANHATTAN [SUDAH TERBIT]Место, где живут истории. Откройте их для себя