SALAH KIRIM

3.2K 50 1
                                    

Sudah tiga jam Aliyah berada di depan laptop. Tetapi, tidak ada satupun kata yang Aliyah berhasil tulis. Aliyah benar-benar tidak bisa bepikir saat ini. Pikirannya terus melayang pada perkataan Dewa tadi pagi. Aliyah menjadi semakin kurang percaya diri. Awalnya, Aliyah tidak mau peduli dengan ucapan Dewa. Namun sebagai seorang wanita, Aliyah merasa sedih saat Dewa terang-terangan mengungkapkan tidak menyukainya. Walaupun itu termasuk hal yang wajar, karena Aliyah dan Dewa memang bukan sepasang kekasih. Tetapi, entah kenapa Aliyah rasanya kesal sekali.

"Oke, fokus Aliyah. Lupain yang Dewa omongin," gumam Aliyah pada dirinya sendiri.

Aliyah hendak mengetik kembali, tapi tiba-tiba terdengar bunyi getaran di ponselnya, tanda ada telpon masuk. Sebelum mengangkatnya, Aliyah melihat nama yang tertera di benda persegi panjang itu. Ternyata bundanya yang menelpon. Ini benar-benar tambahan semangat yang Aliyah tunggu-tunggu. Jauh dari sang ibunda, Aliyah sudah pasti rindu.

"Assalamualaikum sayang," terdengar suara bundanya yang selalu berhasil membuat hati Aliyah tenang.

"Waalaikumsalam, bun," sapa Aliyah. "Bunda lagi ngapain?"

"Bunda lagi bikin kue, sambil liat tutorialnya di televisi. Kamu sendiri lagi ngapain?"

"Lagi nulis, bun."

"Maaf Al, bunda enggak tahu. Bunda ganggu kamu ya?" jawab bundanya yang nampak tak enak hati.

"Mana ada sejarahnya bunda gangguin aku? Yang ada aku gangguin bunda mulu. Tapi sedih, sekarang udah enggak bisa. Jauh banget buat ketemu bunda. Al padahal kangen berat," ucap Aliyah dengan nada manja membuat bundanya tertawa.

"Udah kayak Dilan aja kamu," tawa bundanya yang masih saja suka meledek.

"Bunda..."

"Iya, bunda juga kangen, Al. Tapi, mau gimana lagi? Peluknya diwakilin ke Dewa dulu aja ya. Nanti kalau udah pulang ke sini lagi, peluk bunda sepuasnya."

"Lama bun, Dewa belum ada libur," jawab pasrah Aliyah sembari menghela napas.

"Sabar sayang, orang sabar disayang-" ucap bundanya yang dipotong cepat oleh Aliyah.

"Orang sabar disayang Tuhan. Ada di dalam Al-Qur'an, tepatnya dalam surah Al Baqarah ayat 153," ucap Aliyah.

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

"Aliyah tahu bunda mau ngomong itu," lanjut Aliyah yang senang karena hafalannya semakin hari semakin bertambah banyak.

"Bunda enggak nyangka, kata-kata yang biasa bunda ucapin, kamu udah hafal aja. Ilmu kamu makin banyak Al, bunda senang banget dengarnya. Ternyata emang benar ya, kalau bersama dengan orang yang tepat, insyaallah sama-sama berjalan menuju kebaikan," puji bundanya yang malah membuat raut wajah Aliyah menjadi murung kembali.

Aliyah langsung terdiam. Pandangannya menatap kosong ke depan. Aliyah lagi-lagi tidak bisa fokus. Mendengar ucapan bundanya, membuat Aliyah berpikir bahwa Dewa apakah benar orang yang tepat? Pasalnya, Dewa saja tidak pernah bisa menghargai Aliyah.

"Aliyah kamu masih di sana? Kenapa diam aja?" ucap bundanya yang menyadarkan lamunan sesaat Aliyah.

"Masih bun, tadi sedikit kurang jelas," Aliyah tertawa kecil.

"Kamu ini bunda kirain ada apa-apa. Oh iya, sejauh ini gimana kamu sama Dewa? Kapan kamu kasih bunda cucu?"

"Ih, bunda ngomongnya! Mana ada cucu? Aku sama Dewa baru juga nikah."

SUJUD CINTA MANHATTAN [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now