DEORANTA| [2.Pertemuan]

Start from the beginning
                                    

"Anda masuk ke dalam mobil saya." Suara dingin pria itu yang terdengar begitu arogan di telinganya.

Tak ada cara lain, Dara menyetujui perintah pria itu untuk memasuki mobilnya.

Dara berteriak saat pria bringas mencoba mengambil sebilah pisau tajam dari saku celananya, tetapi pria berkacamata tak mengetahui bahwa pria di depannya kini sedang membawa senjata tajam.

Saat pria berkacamata hitam itu menoleh ke arahnya karena teriakannya, saat itu juga pria bringas itu menggerakkan pisaunya hingga mengenai lengannya.

Dara semakin berteriak histeris dan meminta tolong saat melihat darah mengalir di pergelangan tangan pria yang tak di ketahui namanya.

Dan untunglah, pria bringas itu langsung berlari ketakutan setelah mendengar teriakan minta tolong darinya. Dara bergegas keluar dengan terburu-buru karena pikirannya saat ini sangat khawatir dengan keadaan pria itu.

Dengan cepat Dara mencari sesuatu di dalam kopernya. Setelahnya, dara menghampiri pria itu yang terduduk seraya memegangi lengannya yang darahnya semakin banyak.

"Maafin saya, karena bapak menolong saya, bapak menjadi seperti ini." Ucapnya tak enak pada pria itu.

"Sakit! Pelan-pelan saja." Lirih pria itu, saat jemari Dara mengusap darah di lengan itu yang ternyata luka sobekannya cukup panjang dan sedikit kedalam.

"Saya anterin ke rumah sakit ya?" Tawar Dara, yang langsung di balas gelengan oleh pria itu.

"Wajah bapak pucat loh, saya takut terjadi apa-apa sama bapak." Jelasnya khawatir.

"Saya nggak apa!" Jelasnya memberi pengertian, namun di wajahnya masihmenahan rasa nyeri.

Hal itu membuat Dara semakin tak enak. Apalagi, saat pria itu bangkit menuju ke mobilnya dan telinganya mendengar erangan kecil.

Dara mengejarnya berusaha menghampirinya.

"Uhhh."

"Pak, bapak nggak mungkin mengendarai mobil sendirian dengan keadaan seperti ini." Dara menatap pria itu yang sejak tadi mengabaikan keberadaannya."Saya akan tanggung jawab dan membantu bapak untuk mengantar ke rumah bapak, karena bagaimanapun bapak begini juga karena menolong saya." Lanjutnya.

"Baguslah kalau kamu sadar dengan kejadian ini." Tukas pria itu terdengar begitu dingin."Apa bisa mengendarai mobil ini?"

Dara langsung mengangguk dan membuka pintu mobil itu."Saya bisa kok pak! Tapi masih belum terlalu handal." Ungkapnya saat mencari dimana letak kunci mobil ini.

"Itu." Tunjuk pria itu.

Dara tersenyum malu.

"Namamu siapa?" Tanya pria itu setelah sekian lama berdiam diri.

"Dara." Balasnya singkat karena saat ini Dara sudah mulai menjalankan mobilnya.

Dan setelah pertanyaan itu, pria itu terlihat acuh dan semakin dingin dan tak lagi mengatakan sesuatu padanya, kecuali petunjuk arah rumahnya.

Sesampainya di rumah, pria itu langsung pergi begitu saja meninggalkannya. Namun saat ingin menyusul, jemarinya tak sengaja melihat kartu nama yang tergeletak di kursi kemudi. Dara langsung mengambilnya dan melihat nama pria itu.

Deontara Raharja.

"Oh, ternyata seorang pengusaha dan pemimpin perusahaan tambang batu bara di Kalimantan." Dara tersenyum menatap punggung tegap yang berjalan menuju ke dalam rumah besar itu.

"Cepetan kesini?" Teriaknya yang langsung membuat Dara tersadar dari lamunannya.

Dengan cepat, ia berlari ke rumah itu hingga nafasnya terasa ngos-ngosan.

"Apa ada lagi yang bisa saya bantu?" Tanya Dara pada pak Deo yang saat ini sedang berdiri di depan dapur.

"Ada lagi? Seharusnya kamu mikir, karena kamu, aku tak bisa mengambil makan sendiri." Teriaknya menatap tajam Dara yang saat ini sedang ketakutan.

"Lalu apa yang harus saya lakukan pak?" Tanya Dara bergetar.

"Ku harap kamu bersedia menjadi tangan kanan ku selama tangan ini belum sembuh." Tegasnya yang langsung membuat Dara panik dan terkejut."Kalau saja tadi tidak menolong kamu, mungkin saat ini aku masih bekerja di kantor, nggak seperti sekarang."lanjutnya lagi, lalu pergi meninggalkan Dara yang terdiam tak bergeming.

Deo menoleh sejenak di antara anak tangga yang menghubungkan kamar dan ruang kerjanya. Sebenarnya, tadi dia menolong ikhlas, tetapi setelah mendengar nama Dara. Rasa yang dulu datang kembali, dimana keadaan Om Arfan yang semakin hari semakin parah itu hanya karena perbuatan keluarga Dara.

Dan Deo yakin Dara yang di tolongnya ini adalah Teman kecilnya dulu yang sangat di sayanginya itu, namun semua berubah begitu saja setelah kejadian yang membuat hati dan pikirannya  akan membalaskan semua yang terjadi pada om Arfan.

Dan karena itulah dia tak lagi bersikap formal padanya seperti saat pertemuan tadi.

Jangan lupa vote dan komen part ini sebanyak-banyaknya.

Terima kasih

DEORANTAWhere stories live. Discover now