2. JISKARA.

25 1 0
                                    

Lagu Raissa Anggiani yang berjudul 'Itu aku' terdengar di dalam sebuah kamar, mengiringi sang pemilik kamar yang asik mencoret-coret di atas sebuah kertas. Sesekali gadis itu ikut bersenandung kecil mengikuti lirik lagu.

Kriett...

Suara decitan pintu membuat fokus Ana terbagi, gadis dengan rambut yang tergerai bebas itu menatap Ibunya yang berdiri di ambang pintu.

"Baju-bajunya belum kamu setrika?" Ucap Jelita seraya berjalan menghampiri anaknya.

Ana tercengir kecil, gadis itu membalik kertas yang di gunakannya tadi dengan cepat. "Bentar lagi Bu, abis ini aku kerjain kok." Ujarnya.

Jelita melirik kertas putih yang di balik Ana tadi, wanita paruh baya itu kemudian menatap wajah putrinya. "Kamu gambar-gambar gak jelas lagi?" Tanyanya sedikit ketus.

Ana mengangguk pelan. "Cuma iseng hehe."

"Sok-sokan nge-gambar, kamu itu gak bakalan bisa jadi seniman!" Seloroh Jelita sebelum berlalu keluar.

Ana tersenyum kecil, gadis itu menatap pintu kamarnya yang kembali tertutup rapat. "Kayaknya enak kalau punya orang tua yang support anaknya." Ucapnya seraya terkekeh pelan.

Ana meremas kertas gambarnya sebelum melemparnya kedalam keranjang sampah yang tak jauh dari meja belajarnya. Gadis itu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi seraya menatap pulpennya.

"Lu gak akan jadi seniman Na." Ana tertawa culas. "Emang siapa yang mau jadi seniman? Orang gua cuma iseng-iseng, gak ada niatan mau jadi seniman." Lanjutnya lagi.

Suara helaan nafas Ana terdengar kasar. Gadis itu beranjak dari duduknya, lebih baik menyetrika pakaian sebelum Jelita kembali mengomel.

"Itu cuma hobi, impian gua tuh pengen pergi yang jauh." Monolog Ana seraya terkikik pelan.

Ana menatap tumpukan pakaian yang menggunung di atas kursi, gadis itu dengan malas membentangkan selimut yang ia jadikan sebagai alasnya untuk menyetrika.

Ekor mata gadis itu sedikit melirik ke arah depan, di mana Jelita beserta kakak perempuannya asik berbincang seraya menonton TV. "Heran, gua anak kandung apa babu sih? Gua mulu perasaan." Dumel Ana kesal.

Ana bernyanyi lirih, mencoba mengalihkan isi pikirannya seraya menyetrika pakaian. Ana benci isi pikirannya.

"Mau pergi yang jauh..."

🍩🍩🍩

Jihan menyedot susu kotak rasa cokelatnya dengan nikmat, di depan gadis itu satu box donat dengan 6 varian rasa tersedia untuk menemani acara menontonnya kali ini.

"Kok belum pada pulang sih?" Dengus Jihan jengkel.

Jihan cemberut saat sebentar lagi jarum jam berada tepat di nomor sembilan dan belum ada seorang pun yang pulang ke rumah. Jihan suka sendiri tapi kalau siang!

Dengan kesal gadis dengan Hoodie kebesaran itu menggigit donatnya dengan jengkel. "Pada ke mana sih? Masa tega biarin gua sendirian di rumah, kalau ada maling gimana?" Celoteh gadis itu dengan rahang yang tak berhenti mengunyah.

Jihan meluruskan kakinya di atas sofa, gadis itu bersandar malas. "Gua hitung sampe 100 gak ada yang balik, gak gua bukain pagar!"

Jihan mulai berhitung, sesekali menyeruput susu dan menggigit donatnya sebelum lanjut menghitung.

"Tiga pul-"

Tin tin tin...

"Uh!" Jihan tersenyum senang, gadis itu mengacak-acak bukunya yang tersusun rapi di atas meja dengan cepat, kotak susunya yang sudah kosong ia remas sebelum melemparnya ke arah sofa.

JISKARA.Kde žijí příběhy. Začni objevovat