12. Kebenarannya

Comincia dall'inizio
                                    

Thalitha mengerutkan dahinya dengan jijik, mengambil langkah mundur untuk menjaga jarak dengan Dillian. "Mengapa kau berjalan-jalan di kediaman ini seolah marmer yang kau injak adalah milikmu? Seorang monster menjijikkan yang menjual rupa!"

"Nona ...?"

Dillian sedikit mengerjapkan mata, tetapi tak lagi kebingungan atas celaan Thalitha setelah empat tahun membiasakan diri. Dalam memori Dillian selama dia tinggal di kediaman Archer, Thalitha memang kerap kali menyebut Dillian sebagai seorang monster dengan rupa manusia, monster perenggut nyawa, dan banyak lagi. Segalanya harus berkaitan dengan "monster", dan Dillian tak tahu mengapa Thalitha, yang berusia sepuluh tahun saat ini, terobsesi memasangkan Dillian dengan gelar monster.

Dillian telah dibuat terbiasa dengan sikap buruk Thalitha, tetapi terbiasa bukan berarti menyukainya. Dillian merasa kecewa pada dirinya sendiri. Dia tidak bisa melawan Thalitha karena kasta anak itu berada jauh di atas Dillian. Dillian juga kecewa karena dia sangat lemah, dia terlalu lemah—bukan dalam konteks fisik dan kekuatan—bahkan untuk mengalahkan anak berusia sepuluh.

Dillian awalnya heran mengapa dia bisa bersimpangan dengan Thalitha, tetapi mengingat jarum jam yang menunjuk angka sebelas, pasti kelas privatnya sudah selesai. Ruang belajar dan perpustakaan memiliki arah yang sama sehingga besar kemungkinan peluang pertemuan mereka.

Julian, adik laki-laki Thalitha yang berusia sembilan tahun, mulai maju dari punggung kakaknya dan membuka suara, "Kak Litha benar. Kau memuakkan, Dillian. Aku bahkan dibuat penasaran, mengapa Paman mulai kembali menyukaimu. Apa yang kau lakukan pada Paman hingga dia berubah seperti itu, hah?!"

Dillian mengembuskan napasnya, dia harus menghadapi dua emosi kekanakan ini dengan tenang, tak boleh turut tersulut amarah atau semuanya akan tamat.

"Nona Muda, Tuan Muda, tidak ada yang saya lakukan selain menaruh harapan seraya berdoa. Mungkin Tuhan sudah letih mendengar permohonan saya yang tidak pernah berubah, sehingga harapanku diwujudkan oleh-Nya." Dillian mengucapkan kalimatnya dengan nada selembut mungkin, halus, serta senyuman kecil di bibir, berupaya untuk menenangkan emosi kekanakan dari dua bocah di hadapannya.

"Itu pasti sepenuhnya bohong! Dengar, dari yang kubaca dalam buku Monster dan Sejarahnya, ada banyak monster yang memiliki kekuatan sihir gelap! Kamu yang seorang monster pasti sudah melakukan semacam sihir untuk mengendalikan pikiran Paman, bukan?!" Thalitha memuntahkan omong kosong dengan nada tinggi.

Julian menambahkan, "Sebab, jika tidak, bagaimana bisa Paman yang telah membencimu selama empat tahun terakhir ini, malah berakhir menyayangimu?! Itu pasti sebuah trik dari seorang monster! Ada banyak monster dengan rupa manusia di dunia ini!"

Dillian dibuat bingung. Bahkan Julian mulai mengikuti jejak kakaknya untuk mencela Dillian dengan panggilan serupa. Apa yang Dillian tak dapat pahami adalah dari mana ide tersebut berasal?

Dillian menelan keluhannya, "Saya berani bersumpah pada Dewa bahwa saya tidak akan mungkin melakukan sihir pengontrol pada Ayah—lagipula saya tidak memiliki kekuatan sihir. Sama halnya dengan Ayah yang menyayangi saya dan enggan melukai saya, saya pun merasa demikian, Nona dan Tuan Muda."

Thalitha maju. Walaupun dia hanya memiliki tubuh setinggi pinggang Dillian, entah dari mana datangnya kepercayaan diri Thalitha yang melambung tinggi. Dia melipat kedua tangan di dada, lantas menaikkan dagunya secara angkuh.

"Bahkan jika kau tidak melakukan sihir terlarang, maka apa yang kau berikan pada Paman sebagai gantinya?! Mana mungkin seseorang yang kemarin membencimu tiba-tiba berubah 180 derajat menjadi menyayangimu esoknya! Itu tidak masuk akal!"

"Paman yang bodoh! Dia sangat bodoh! Bahkan empat tahun berlalu, tapi dia tetap saja bodoh!" sambung Julian, membuat Dillian mengerutkan dahi atas cercaan Julian terhadap Kelith. Dillian tak senang mendengarnya. Bahkan apabila ribuan hinaan jatuh atas namanya, Dillian tak peduli, tetapi Dillian langsung merasa kesal jika nama Kelith disandingkan dengan frasa buruk.

Suddenly, I Became the Hero's FatherDove le storie prendono vita. Scoprilo ora