107AB | Kurayu Bidadari (18+)

Start from the beginning
                                    

Mulut Kana sontak terbuka melihat suaminya dari sejak kecil saja sudah mempesona. Kalau keadaan baik-baik saja mungkin Kana akan memekik dan menjerit girang menerimanya, tapi karena dirinya sudah merasa banyak luka yang ditorehkan oleh Gatra, reaksi Kana hanya tersenyum tipis melihat hadiah kecil dari suaminya itu.

"Disimpan ya, Adek," tutur Gatra pada istrinya. "Dari dulu cita-cita Abang jadi tentara, makanya seneng kali pake baju ini, kalo nggak salah ini study tour ke mana ya..."

Kana benar-benar memandangi Gatra kecil dengan hati menghangatnya. Saat itu dirinya belum mengenal Gatra dan tentu keluarganya masih utuh penuh kebahagiaan.

"Abang lupa," Ucap Gatra kala dirinya menyerah untuk mengingat kenangannya. Kana yang menatap fotonya tanpa kedip membuat tangan Gatra terulur ke arah dagunya. "Nanti kalau Adek rindu, tataplah foto itu. Adek nggak akan benci Abang karna di umur segitu Abang masih polos, masih belum paham hal-hal yang seharusnya Abang lakuin."

Kana benar-benar mendongak, "Di umur segini, Kana udah ketemu jodoh, eh Abang masih main-main nggak jelas."

Rentetan indah gigi Gatra tampak di sela-sela kekehannya, "Nggak papa nunggunya agak lama kalo dapetnya kaya Kanalura."

Lagi, semburat merah tampak di pipi Kana yang selalu merasa melayang dengan rayuan suaminya. Darimana pria ini belajar merayu wanita yang tengah merajuk? Gatra benar-benar aktif di dalam hubungannya sekarang, berbeda dengan dirinya dulu.

"Jadi... malam ini, Adek mau posisi gimana?" Tanyanya. "Mau di atas lagi?"

Kana menggeleng, "Mau nyoba yang lain," Tambahnya. "Abang ada ide?"

"Abang nggak pernah kehabisan ide kalo sama Adek," Rayunya lagi pada Kana. Pria itu mengubah posisinya hingga kini berada di atas tubuh Kana. Perlahan, tangannya menyingkirkan anak-anak rambut sang istri sebelum membelai wajah putih segar yang bawah matanya menghitam dan sedikit sembab tanda Kana sering menangis.

Gatra mengecup kedua kelopak mata istrinya dengan lembut, seakan tak ingin mereka mengeluarkan air mata lagi. Sebelum bibirnya berpaut dengan bibir manis Kana yang ranum dan lembab itu. Dikecupnya mesra sebelum mulai bergerak melumat dengan segala perasaan tersalur di sana.

"Gaya apa?" Tanya Kana saat Gatra mulai mengecup lehernya dan memberi tanda kepemilikan di sana. "Eughh, Abang..." Desisnya menahan rasa geli di sana.

"Sstt," Gumam Gatra menyuruh istrinya fokus pada permainan sebelum melucuti seluruh pakaian istrinya. "Adek tunggu dan terima aja enaknya."

"Ssshh, Bang gelii...." Desah Kana saat Gatra bermain di puncak dadanya yang terasa bergitu sensitif sejak kehamilannya. "Oummmh... Kana nggak bisa nahan des... ahh..."

"Nggak papa, tugas bidadari malam ini cuma desah," Timpal Gatra tak menghentikan aktivitasnya.

Kana menggeleng dengan tubuhnya yang terangkat ke atas karena rangsangan dari suaminya. "Kana bukan bidadar... Ab—hanggg ahh..."

"Begitu?" Goda Gatra. "Tapi dulu ada gadis namanya Kanalura yang punya segalanya, anak satu-satunya pula, dan selama 4 tahun Abang dinas, sedetikpun nggak pernah Abang lihat dia semena-mena sama orang lain, mau ajudan atau ART nya."

Gatra berbicara sembari tangannya bergerak menjelajahi setiap inchi tubuh istrinya. Gila kalau Gatra menolak tubuh seindah Kana. Kulitnya yang bersinar sekalipun Gatra menyentuhnya di bawah keremangan malam selalu menariknya untuk mendekat dan membelai mesra.

Tangan kanan Kana bergerak mencengkram erat lengan berotot suaminya yang berada di sisi kiri tubuhnya. Sementara tangan Gatra yang lain masih menelusuri setiap liuk tubuh indahnya. "Ahhh.... Mmmhhh..." Desah Kana sembari memejamkan mata.

Dara AjudanWhere stories live. Discover now