Chaper 44: Lost

1.3K 222 11
                                    

Memang segala sesuatunya memiliki takdir yang telah di tentukan. Apapun yang kita pikirkan untuk masa depan, atau rencana apapun yang kita tata, pasti takdir adalah jalan akhirnya. Dan hal yang tidak bisa dihindari selamanya adalah kematian. Semua manusia tidak bisa luput dari kematian. Sehebat apapun orang itu, sepintar apapun orang itu, jahat ataupun baik, semua akan meninggalkan dunia ini pada akhirnya.

Takdir itu juga yang sudah di gariskan pada Jungnam. Ternyata Tuhan hanya mengijinkan pria itu sadar hanya untuk berpamitan. Malam ini Jungnam menghembuskan napas terakhirnya. Dokter pun sudah mengatakan jika kesadaran Jungnam kemarin merupakan keajaiban. Kini mereka sudah angkat tangan setelah berjuang mencoba memperpanjang hidup pria itu. Jika takdir sudah menghendaki, tidak akan ada yang bisa merubah.

Di rumah duka, Irene dan ibunya menunggu di depan foto kematian yang sudah banyak sekali bunga dan dupa yang menyertainya. Keduanya tidak bisa menyembunyikan raut sedih. Mata mereka merah bahkan Taehee masih saja meneteskan air matanya. Namun sekali lagi, dia adalah wanita yang tegar. Tidak baik menahan seseorang yang sudah sangat menderita dengan kehidupannya yang sulit. Jungnam bukanlah orang yang memiliki raga sehat seperti dulu, pria itu menahan rasa sakitnya demi senyuman pada keluarganya yang akan ia tinggalkan selama-lamanya.

Acara itu juga di hadiri oleh Seulgi, dia sebenarnya sudah mengikuti keluarga Bae sejak Irene menelponnya di rumah sakit, namun kini dia datang lagi bersama kedua orang tuanya dan juga Yeri untuk memberikan do'a dan penghormatan terakhir.

Keluarga Kang itu dengan tenang dan tulus memberikan do'a untuk mendiang Jungnam. Seulgi sedikit lebih lama menatap foto pria itu. Dia hanya berdiri diam bahkan masih berdiri disana meskipun keluarganya sudah menghampiri Irene dan Taehee.

Setelah keluarga Kang pergi ke perjamuan, barulah Seulgi selesai merenungi foto itu lalu mengirimkan do'a. Dia menghampiri Taehee dan menunduk menatap sepatunya.

"Aku turut berduka cita eomonim. Maaf aku tidak bisa berbuat banyak."

Taehee mengangguk dan menyeka air matanya. Dia menepuk pundak Seulgi beberapa kali. "Tidak apa-apa. Terimakasih atas semua yang kau berikan untuk Joohyun appa.."

Seulgi mengangkat kepalanya menatap Taehee. "Aku berharap bisa berbicara dengannya lebih banyak lagi."

Taehee sudah hendak kembali menangis, jadi dia hanya menepuk pundak Seulgi saja sambil tersenyum getir.

Setelah itu Seulgi beralih kehadapan Irene yang memperhatikannya sejak tadi. Tangan Seulgi terangkat untuk mengusap kepala gadis itu. "Ayahmu pasti bangga memilikimu. Jangan bersedih lagi."

Irene menarik ingusnya. "Aku baru saja merasakan kehangatan dengannya." gadis itu menangis lalu memeluk Seulgi.

Seulgi mendesis menenangkan, "Tidak apa-apa, ayahmu pergi dengan tenang." ucapnya melepaskan pelukan dan menatap Irene.

Irene dengan isakan kecilnya itu menatap setiap inci wajah Seulgi. Tanpa sadar dia baru saja menganalisa wajah itu. Irene menggelengkan kepalanya untuk menghapus semua prasangka yang terlintas.

"Aku akan bertemu dengan appa di tempat lain."

Seulgi tersenyum, "Beliau akan sangat senang jika memiliki gadis yang baik. Kau harus menjadi lebih kuat untuknya."

Irene mengangguk dan Seulgi mengusap kepalanya lagi.

Sementara itu di meja perjamuan, Yeri bertemu dengan Jennie yang memang sejak tadi sudah berada disana.

"Kau tidak memberitahu Lisa?" tanya Jennie sambil berbisik.

"Sudah."

"Lalu apa dia tidak akan datang?"

[18+] Loftily [Money, Lust, and Love] || SEULRENE [COMPLETE] ✔✔Where stories live. Discover now