Chapter 2: She Is Mine

2.8K 294 15
                                    

Irene pulang dalam keadaan menangis dan itu langsung menarik atensi Taehee karena anaknya itu sangat jarang sekali menangis. Dia bahkan lupa kapan terakhir kali Irene menangis.

"Hei sayang ada apa? Kenapa kau menangis?" Taehee mencoba menenangkan Irene dengan memeluk dan mengelus belakang kepalanya.

Irene mengeratkan pelukannya pada sang ibu. "Appa jahat, Appa sudah menjualku." ucap Irene sesegukan.

Taehee membulatkan matanya lalu melepaskan pelukan Irene untuk menatapnya, "Apa yang kau bicarakan?"

"Appa menjualku kepada seorang wanita, Eomma." Irene menangis lagi dan kali ini lebih kencang.

Saat itu Jungnam datang dengan menenteng sebuah koper di salah satu tangannya, Taehee langsung berjalan mendekat pada suaminya itu dengan tatapan tajam. "Jelaskan apa yang baru saja Joohyun katakan."

Jungnam menghela napasnya. "Aku hanya membuatnya menjadi berguna untuk keluarga kita."

"Appa jahat! Tega sekali menjadikan ku pelayan beruang kutub menyeramkan itu!" kesal Irene di sela tangisannya.

"Siapa bilang kau akan menjadi pelayannya? Buktinya kau masih bisa menginjakan kaki disini."

Taehee melotot, "Jadi benar kau sudah menjual Joohyun?!!"

"Ini agar kalian tidak menjadi gelandangan. Aku harus melunasi hutangku dan sisanya bisa kita gunakan untuk menanam saham yang nantinya akan berguna untuk masa depan Joohyun."

"Masa depanku sudah hancur Appa!" Irene menjerit.

"Yha! Dia seorang wanita kaya, kau tidak akan rusak jika bersamanya."

"Aku benci Appa!" teriak Irene lalu berlari ke kamarnya dan langsung menguncinya. Ia menghempaskan tubuhnya ke ranjang dan menarik gaun yang ia pakai sampai sobek di bagian dadanya.

"Menyebalkan! Brengsek! Aku bukan boneka yang bisa kau gerakan sesuka hati!" Irene yakin kedua orang tuanya bisa mendengar jeritannya.

Gadis itu menatap langit-langit dan banyangan wanita itu terlintas dipikirannya. Bukan terlintas, tapi lebih tepatnya menetap karena bayangan itu belum pergi sejak tadi.

"Deal. Dia milikku mulai sekarang."

Melihat jabat tangan penuh kesakralan itu membuat Irene lupa caranya bernapas. Sedangkan ayahnya terlihat senang dengan senyum sumbringahnya.

"Terimakasih, terimakasih banyak." Jungnam bersyukur dan menangkup tangan Seulgi dengan telapak tangan yang lain namun Seulgi dengan cepat menarik tangannya. Jungnam jadi tersenyum canggung namun tetap menunduk beberapa kali.

"Appa tega melakukan ini?" lirih Irene dengan manik berkaca-kaca.

"Diam. Ini juga untuk kebahagiaanmu." bisik Jungnam tegas.

"Tapi aku tidak bahagia!"

Seulgi seperti tidak peduli dengan teriakan itu, dia menepuk tangannya beberapa kali lalu tiba-tiba seorang wanita datang sambil membawa sebuah koper dan meletakannya di atas meja.

"Isi sesuai dengan kesepakatan. Kau bisa menghitung ulang jika masih ragu."

Jungnam menggeleng lalu dengan cepat memeluk koper tersebut. Nominal yang sangat besar ditambah itu adalah tumpukan uang dolar tentunya membuat siapa saja menjadi posesif dan merasa takut jika ada orang lain yang mengetahuinya.

"Saya percaya, anda tidak perlu diragukan lagi." ucap Jungnam dengan yakin.

Seulgi mengangguk lalu bangkit dan membenarkan jasnya. Ia melayangkan tatapan pada Irene dengan wajah datarnya dan saat itu ia melihat satu air mata lolos dari pipi Irene.

[18+] Loftily [Money, Lust, and Love] || SEULRENE [COMPLETE] ✔✔Where stories live. Discover now