"Ooh jadi maunya gimana? Apa harus ada proposal romantis?"

"Put, jangan mentang-mentang kita abis one night stand terus lo bisa ngajakin gw pacaran seenaknya ya!" Kali ini wajah Dinda terlihat cukup serius. Putera yang melihat perubahan itu langsung merasa tidak enak, sepertinya dia sudah salah bicara.

"Sorry Din, gw gak maksud kayak gitu sama sekali."

"It's ok, yaudah gw balik ya. Makasih!" Dinda berusaha membuka pintu mobil Putera tapi laki-laki itu dengan langkah tergesa-gesa segera berlari keluar dari mobil nya dengan maksud membukakan pintu untuk Dinda. Sayangnya, wanita itu lebih cepat. Dia berjalan cepat menjauhi mobil Putera dengan si lekaki yang mengikuti dibelakangnya.

"Din, gw gak maksud kayak gitu sama sekali!"

"Iya, gw tahu kok! Udah sana pulang."

"Sorry Din kalo lo tersinggung."

"Gak, gw baik-baik aja. Udah sana lo pulang. Dan inget, apa yang terjadi kemaren malem dan hari ini hanya jadi rahasia kita berdua aja. Dan lo juga harus segera lupain semuanya! Eh tapi buat apa juga lo inget-inget kan? Emang apa spesialnya gw dibanding perempuan-perempuan seksi lo yang lain!" Dinda tersenyum getir.

"Din…"

"Oh iya, baju lo ini nanti gw balikin!"

"Gak usah, itu memang buat lo."

"Gak, gw gak mau jadi salah satu perempuan itu Put!"

"Maksudnya?"

"Gw gak mau jadi Perempuan-perempuan yang suka keluar masuk penthouse lo, yang sengaja lo sediakan baju-baju mahal dan pelayanan kelas satu yang lo berikan! Gw gak mau seolah-olah gw telah menukar apa yang kita lakukan semalam dengan itu semua!"

"Gw gak maksud begitu sama sekali Din! Sumpah!"

"Gak! Gw gak mau kesannya kayak gw abis dipake sama lo! Kita setara! Gw bukan objek, tapi semalem gw juga sebagai subjek! Ngerti kan maksud gw?"

Mendengar itu, Putera jadi sadar kalau sepertinya dia sudah salah bertindak dan berbicara sehingga perempuan ini benar-benar tersinggung.

"Gw gak sama sekali berfikir lo sebagai objek Din! Sumpah!"

"Pokoknya, gw akan ganti baju ini! Dan baju gw yang kemaren tolong balikin!"

"Sorry, tapi baju lo udah robek." Putera berkata dengan takut-takut.

Wajah Dinda berubah memerah malu mendengarnya. Suasana berubah menjadi sangat awkward. Putera teringat betapa panasnya malam mereka kemarin hingga baju Dinda robek? Wah sayang sekali Dinda sama sekali tak ingat bagian itu! Shit! Sekasar apa Putera semalam? Wanita itu terus bertanya-tanya dalam hati.

"Tapi gw ganti Din, kasih tau gw beli bajunya dimana? Nanti gw beliin!"

"Gak usah!" Dinda menampik tangan Putera dan segera berlari pergi meninggalkan lelaki itu. Putera hanya bisa pasrah dan merasa bersalah dengan wanita yang sekarang semakin berlari menjauh darinya itu.

Daripada marah, sebenarnya wanita itu lebih merasa malu! Bagaimana bisa dia melakukan one night stand dengan cinta pertamanya? Harusnya dia senang dong? Tapi malah rasanya sangat kacau. Masalahnya dia tidak ingat sama sekali bagaimana proses detailnya semalam. Tapi Putera terus menggodanya dan mengatakan kalau semalam mereka melakukan semuanya dengan begitu panas dan liar! Bekas keunguan di sekujur tubuhnya dan bajunya yang robek! Itu semua sudah cukup menjadi bukti akan claim yang diucapkan oleh Putera.

Dinda bertanya-tanya apakah perubahan sikap Putera kepadanya itu karena tingkah liarnya semalam? Apakah lelaki itu jadi berani berbuat seenaknya dan merayunya habis-habisan karena tingkahnya semalam yang terpengaruh alkohol? Dinda yang kalau hanya melihat Putera dari jauh saja jantungnya bisa berdisko, semalam malah melakukan hubungan yang sangat intim dengannya? Kalau dalam keadaan sadar, pasti Dinda tak akan seberani itu. Ya Tuhan! Niat hati ingin melupakan beban sejenak kenapa malah ketiban beban berkali-kali lipat? Dinda merutuki nasibnya sambil merasakan guyuran air hangat di dari shower di tubuhnya.

AURORAWhere stories live. Discover now