Chapter 36. Keegoisan

174 19 1
                                    

"... Benar-benar ada."

Aku... Um, menggali lagi kuburan pria itu.

Aku melakukannya demi memastikan keberadaan Cincin penyimpanan yang tercantum didalam buku harian itu. Dan itu benar-benar ada disana. Jujur, aku kagum melihat cincin perak polos dengan permata kedunguan itu.

Di dalam ingatan Anyla, aku pernah mendengar tentang kegunaan Cincin yang sangat langka dan mahal ini. Dikatakan, Cincin ini adalah sebuah Cincin yang dapat menciptakan sebuah dimensi saku yang dapat menampung berbagai jenis barang dengan maksimal kapasitas dari 15 Kilogram - 100 an Ton tergantung dari kualitas si Cincin.

Untuk Cincin yang satu ini, kurasa itu setidaknya akan memiliki kapasitas yang lebih dari 50 Kilogram mengingat dekorasi yang minimal namun tidak jelek ini.

Untuk saat ini, kurasa aku akan mengambil nya.

"Terima kasih, pak tua Beck. Untuk Cincin... Dan dengan apa yang telah kau lakukan untuk menyelamatkan Flarrea."

Aku sedikit meluangkan waktu ku untuk duduk dan mendoakan pria itu.

Setelah itu, aku kembali berlari masuk kedalam pondok itu. Menyimpan semua yang ada dikamar. Kasur, contohnya. Aku akan menggunakan kain dasar dari kasur itu sebagai standar target dari hasil rajutan ku mulai saat ini. Aku masih belum bisa, tetapi aku akan berusaha dan melatihnya nanti.

"Untuk saat ini, kurasa aku akan berpamitan kepada Flarrea sebelum melanjutkan ke lantai 6."

Di bagian ujung buku harian pak tua itu, terdapat sebuah kertas yang mencantumkan tentang lokasi pintu masuk menuju lantai 6. Sepertinya pintu masuk menuju lantai 6 adalah menara batu ini sendiri.

Di tengah pulau ini, seharusnya terdapat sebuah lubang yang menembus hingga ke kedalaman lautan yang ada di bawah sana menurut apa yang tercantum di buku harian pria itu.

Aku sudah memeriksanya, tentunya. Disana, setidaknya aku menemukan sebuah lubang.

Aku tidak melompat kesana karena aku pikir itu akan lebih baik untuk berpamitan dengan Flarrea terlebih dahulu sebelum itu.

Dengan itu didalam pikiranku, aku pun menempelkan jaring laba-laba ku di puncak menara itu. Menjatuhkan diriku selagi aku mengulur jaring laba-laba ku.

Tindakan ini sedikit ekstrim, tetapi aku berniat untuk segera naik kembali setelah berpamitan dengan Flarrea. Jadi, aku akan dapat naik kembali dengan cepat dengan cara ini karena aku tidak perlu lagi mengkhawatirkan tentang pijakan yang rapuh.

Sementara angin yang tajam bersiul di telingaku, aku memikirkan bagaimana Flarrea di deskripsikan di dalam buku harian itu.

Monster dungeon. Monster yang terlahir dari tumpukan mana yang memadat di suatu tempat atau dengan campur tangan 'Dungeon'. Secara kasar, kurasa Flarrea sama dengan Salamander.

Meskipun aku menyebutnya Peri, kurasa aku bahkan belum pernah melihat bagaimana statusnya terlihat. Aku tidak tahu dengan pasti Ras apa sebenarnya Flarrea itu.

Yah, setidaknya aku dapat mengatakan bahwa Flarrea tidaklah sama dengan monster Dungeon yang lain yang pernah ku temui.

"Woah!" Tepat sebelum tubuhku menghantam permukaan air, aku segera mencengkram utas ku. Membuat tubuhku melambung ke atas dan kebawah selama beberapa kali karena ke elastisan utas itu, sebelum akhirnya berhenti dan aku pun dapat turun dengan cukup aman.

Aku menjatuhkan tubuh ku ke air. Berenang kembali kearah pulau dimana aku dan Flarrea sebelumnya berkemah.

"Flarrea~ Dimana kau~!"

Sambil terus menggunakan sihir api pada tubuhku sendiri untuk mengeringkan tubuhku yang basah, aku mulai berjalan kesekitar untuk mencari Flarrea.

Setelah berjalan kesekitar selama beberapa menit, aku tanpa sadar kembali ke ketempat aku dan Flarrea berkemah sebelumnya.

[Remaked On Another Book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang