Chapter 27. Lantai 4(1)

238 24 26
                                    


"Jadi... Inikah naga dunia ini?" Cengkraman pada sabit ditanganku menjadi semakin tegang seraya meningkat nya adrenalin dalam diriku dihadapan nya.

Naga. Monster tingkat tertinggi dunia fantasy manapun.

-3 hari yang lalu

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

-3 hari yang lalu.

"Sudah kuduga, tombak sepertinya kurang cocok dengan gaya bertarung Mama."

"Eh?"

Ketika aku sedang memoles dan merawat peralatan ku terutama tombak ku sebelum berangkat ke lantai 4 di sarang, Lena tiba-tiba saja mengatakan itu kepadaku.

"Mama memang bisa menggunakan tombak dengan baik karena dapat menyerap ajaranku dengan sangat cepat dan memiliki kekuatan statistik yang tinggi. Namun, secara teknik, Mama masih sangat ketinggalan. Jika saja Mama memiliki statistik yang lemah, Mama pasti hanya akan dapat mencapai titik petualang pemula paling tinggi."

"T-tapi... Mama dapat mengalahkan para Werewolf dengan mudah, lo?"

Itu benar, kembali ke pertarungan kita dengan para Werewolf sebelumnya, aku dapat membolongi tubuh mereka dengan sangat mudah. Aku juga cukup yakin dengan bagaimana aku bergerak dengan sesedikit mungkin meminimalisir pergerakan yang sia-sia hingga sesedikit mungkin.

Apakah mungkin aku masih melakukan kesalahan di sini?

Seolah menyangkal keyakinan ku, Lena menggeleng-gelengkan kepalanya pada jawabanku. "Pergerakan Mama sendiri sudah bagus. Namun, itulah masalah utamanya."

Pergerakan ku sudah bagus, tapi itulah masalahnya? Aku tidak mengerti...

Aku memiringkan kepala ku pada perkataan Lena. Sama sekali tidak dapat melihat apa arti nya.

"Hah~" Mungkin menyadari kebingunganku, Lena menghela napas. "Bagaimana aku harus mengatakan nya... Pergerakan Mama sangat tidak manusiawi. Maksudku, bagaimana Mama bisa menekuk punggung Mama sampai terlihat seolah patah kapan saja?!"

Ah, soal itu, ya...

Jika aku mengingatnya kembali, aku memang sangat mengandalkan kelenturan tubuhku ketika aku harus menghindari serangan musuh.

"Bukankah itu tidak masalah? Dia - I-ibu bukanlah manusia, sih." Sementara kami sedang berbicara, Naira tiba-tiba saja datang.

Hmm. Kurasa itu benar. Jika aku bukan seorang manusia dan aku mampu, bukankah itu tidak apa?

Memikirkan itu di dalam kepalaku, aku menoleh kearah Lena. Bertanya-tanya apa sebenarnya masalah yang dia maksud dari pergerakan ku selama bertarung sambil menggunakan tombak.

"Bukan itu yang ku maksud..." Meskipun dalam bentuk laba-laba, Lena menekan dahinya dengan ekspresi wajah yang sepertinya lelah.

"Lalu apa maksudmu, hah?! Jangan membuat Mama bingung, Lena!"

[Remaked On Another Book]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz