Chapter 24. Alter

230 29 1
                                    

"A-apa-apaan ini...?!" Anyla terkisap. Dia tak kuasa menyaksikan apa yang saat ini ada di hadapannya.

"Mama... Ada apa?" Anak itu datang ke sisi Anyla yang menutupi mulutnya dengan kedua tangannya. Memeluk tubuh Anyla dari belakang. Tersenyum dengan tenangnya.

Tubuh Anyla bergetar. Detak jantung berdebar kencang, membuat dadanya terasa menyempit. "K-kamu... Apa yang sebenarnya telah terjadi disini?!"

Anak itu mengalihkan pandangannya kearah Anyla menunjuk. Disana terdapat saudara-saudari nya yang lain. Termasuk Lena dan Naira. Terbalut dalam kepompong jaring laba-laba. Tak bergerak sama sekali.

"Ah... Itu aku yang melakukannya, Mama. Bagaimana? Hebat, kan?"

"Kamu... Yang melakukannya?"

"Ya!"

Anyla tidak mengerti apa yang sebenarnya gadis itu bicarakan lagi sekarang. Gadis itu memeluk nya dari belakang, tersenyum dengan riangnya. Apa kau bercanda? Anyla tidak mengerti. Dia benar-benar tidak dapat mengerti apa yang bahkan membuat anak itu melakukan ini semua.

"Kh...!"

"Mama!"

Anyla menepis tangan anak itu. Anyla bergegas merobek kepompong yang melilit Lena. Membaringkan nya di lantai.

"Lena! Lena!" Anyla mengguncang-guncang tubuh Lena. Berusaha untuk membuat anaknya itu untuk sedikit saja membuka kelopak matanya itu.

Namun tidak. Tubuh Lena terkulai lemas di lantai. Semakin Anyla mengguncang tubuh nya, semakin dia menyadari kenyataan itu.

Kematian.

Lagi. Lagi-lagi anaknya di renggut dari nya.

Anyla bahkan tidak perlu memeriksa anak-anak nya yang lain. Dia sudah tau. Anak-anak nya yang lain juga bernasib sama.

"Haa... Haa..." Anyla jatuh terduduk, kehilangan kekuatan pada kakinya. Nafasnya tidak beratur. Wajahnya pun pucat.

"Kena... Pa...?" Bola mata Anyla tidak fokus. Bergetar dan berkeliaran ke sekitar. Perlahan air mata mulai mengalir keluar dari sisi kelopak mata Anyla. 

Meskipun kemarin mereka masih disana. Tersenyum dan tertawa bersama nya. Meminta kasih sayangnya. Memanggil dirinya 'Mama' dengan penuh kepolosan dan cinta yang murni. "KENAPA?!"

"KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA? KENAPA!!!??" Wajah Anyla berantakan. Air mata memenuhi wajah cantiknya.

Kenapa...?

Anyla menutup telinganya dengan kedua tangannya. Dia tidak ingin mendengar apa-apa lagi. Anyla sekarang mengerti kenapa ANYLA lebih memilih untuk menutup hatinya dan lari dari kenyataan.

Karena kenyataan itu... Sangatlah tidak masuk akal.

"Kenapa Mama menangis?"

"... Hah?"

... Apa?

Anak itu datang ke sisi Anyla. Masih tersenyum tanpa menunjukkan rasa bersalah sedikitpun.

Anak itu berjonggok di depan Anyla. Dia memegang kedua sisi pipi pucat Anyla dengan kedua telapak tangan nya.

"Mereka tidak terbunuh, Mama."

Eh...? Itu berarti-

"Mereka hanya tertidur. Untuk selamannya."

... H-hah?

Anak itu menatap Anyla dengan wajah meronanya. Dia bahagia. Dia merasa bahagia karena dengan ini dia akan memiliki Ibu nya yang tercinta ini hanya untuk dirinya sendiri. Suhu tubuhnya meningkat pesat membayangkan apa yang akan dapat dia lakukan bersama ibunya ini setelah ini.

"Karena itu, bukankah ini tidak apa? Biarkan saja mereka. Lihat, Mama punya aku, bukan? Aku sudah menjadi nomor 1 Mama! Mama tidak butuh anak lagi selain aku! Benar, kan?"

"Jadi-" Telapak tangan Anyla menghantam wajah anak itu sebelum dia bahkan dapat menyelesaikan kalimatnya. Pipi kirinya memar menerima tamparan Anyla.

"... Eh?"

Anak itu syok. Dia tidak ingin mempercayai ibunya sendiri telah menamparnya. Menyakiti dirinya yang adalah anaknya yang tercinta.

Anak itu mengangkat kembali wajahnya. Menatap wajah ibunya yang kusut tertutup akan rambut putih nya yang panjang. Anak itu bertanya-tanya mengapa ibunya yang biasanya selalu tersenyum penuh kasih sayang dan memberi mereka pelukan hangat itu sekarang memberinya tatapan itu.

Anak itu mulai membuka bibirnya, berniat untuk bertanya kepada Anyla. Namun sayangnya, dia tidak memiliki kesempatan untuk itu.

Sebelum dia menyadarinya, anak itu telah terlontar keluar sarang mereka. Pipi kanannya dan dinding sarang yang dia tabrak hancur. Tubuhnya melesat jauh. Menabrak bebatuan.

Anak itu tidak mengerti apa yang baru saja terjadi padanya. Tiba-tiba saja tubuhnya terlempar dan terluka di mana-mana. Darah ungu mengalir dari bagian kanan wajahnya yang hancur. Menodai bebatuan dan tubuh nya.

Karena dia tau itu akan segera sembuh, anak itu tidak terlalu mengkhawatirkan hal itu. Tapi luka yang jauh lebih menyakitkan dari itu telah menyesakkan hati anak itu.

Ibunya, Anyla, telah memukul nya. Tanpa belas kasihan sedikitpun. Sebuah pukulan dengan niat membunuh.

"M-mama..." Ucap anak itu. Menatap sedih sosok Anyla yang sedang berjalan dengan goyah kearah nya.

"Matilah." Anyla mengangkat tinju nya, menyelimutinya dengan sihir api. Dengan ini, Anyla akan membunuh anak itu.

Setelah itu... Setelah itu Anyla tidak memikirkan apapun. Lagipula anak-anak nya telah terbunuh. Apakah ada arti bagi ku untuk bahkan hidup lagi? Anyla tertawa pada dirinya kemarin yang berpikir bahwa kebahagiaannya akan terus berlanjut.

Nyatanya, itu hancur secara sangat instan. Ketika dia membuka matanya, kebahagiaan itu telah sirna. Bagaikan mimpi indah yang akan selalu dilupakan setelah terbangun.

Haruskah aku mati juga setelah ini...?

Tawa keputusasaan keluar dari bibir Anyla ketika dia mendorong tinjunya ke bawah. Menembus tubuh anaknya yang terakhir dan tampaknya adalah yang membunuh anak-anak nya yang lain juga.

"Ha... Jadi bahkan hidupku di dunia ini juga akan berakhir dengan sangat tidak masuk akal, ya."

Dengan kesadarannya yang akan menghilang, anak itu menyaksikan dengan sedih ketika Anyla tertawa kosong dan mengarahkan ujung cakarnya kearah jantung nya sendiri.

"Mama..." Dengan tenggorokan penuh darah, anak itu berusaha keras untuk tersenyum ketika air mata mengalir di wajahnya.

"Aku tidak membunuh Lena dan yang lainnya..."

... Hah?

Tangan Anyla terhenti mendengar perkataan anak itu.

"Seperti yang kukatakan sebelumnya... mereka hanya tertidur... Mama."

"M-maksudmu..."

Anak itu terbatuk-batuk berdarah ketika dia berusaha untuk mengatakan apa yang dia ingin katakan kepada ibunya ini.

"Aku... H-hanya... Memberi mereka racun khusus yang dapat membuat mereka tertidur dalam keadaan mendekati kematian untuk waktu yang lama. Tapi... Mereka sama saja dengan mati jika aku terbunuh dan tidak ada yang dapat memberi mereka penawarnya, sih."

-!!

"Maaf, Mama."

Cahaya dari mata anak itu akhirnya menghilang sepenuhnya. Dia juga telah... terbunuh.

"A-ah... AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!"

***

"-!!" Anyla membuka matanya. Keringat membasahi tubuhnya.

... Eh?

Seperti sebuah kaset yang rusak yang selalu mengulangi adegan yang sama, Anyla kembali lagi ke situasi yang sama seperti yang dia lihat atau alami di (mimpi?) nya. Gadis itu ada disana, memeluk nya dengan sangat erat ketika Anyla berbaring di sebuah ruangan seperti kepompong raksasa.

Apa yang... Sebenarnya sedang terjadi?

[Remaked On Another Book]Where stories live. Discover now