11. | Tamparan tak kasat mata |

1.4K 128 10
                                    

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...



Happy reading🦋

⎯ Halilintar Argantara⎯

Dering alarm dari ponsel membuat Halilintar terganggu. Halilintar melenguh pelan karena merasa terganggu dengan hal itu. Dengan segala upaya dia harus meraba nakas samping tempat tidurnya untuk memastikan alarm berisik itu. Walau dengan mata yang masih tertutup.

"Ck! cepat amat udah pagi lagi!" gerutunya kesal saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Rasanya mata Halilintar masih berat. Udara dingin di pagi hari ini membuat Halilintar semakin malas untuk beranjak dari ranjangnya. Terlebih hari ini masuk sekolah. Rasanya dia tidak ingin pergi ke sekolah.

Tetap itu hanya sebuah angan yang tidak pernah bisa terjadi. Bagaimana pun juga dia harus bersiap sholat, mengerjakan tugas Gempa dan pergi ke sekolah. Alhasil dengan berat hati dia bangun dari singgasananya.

Setelah itu ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Selesai membersihkan diri, Halilintar bersiap untuk ke sekolah lalu turun ke lantai bawah menuju ruang makan untuk makan sarapan seperti biasanya.

"Apa Gempa pulang semalam?" monolog Halilintar saat melihat sepatu Gempa tertata rapi di rak sepatu di ruang tamu.

"Tapi maid Sinta bilang kalau Gempa tidak pulang semalam." sambungnya bermonolog.

"Sabodolah, mungkin bocah ingusan pulang tadi pagi sebelum gue bangun." ucapnya berusaha berpikir positif.

Halilintar pun melanjutkan aktivitasnya yaitu menuju ruang makan dan makan sarapan yang sudah disiapkan maid Dina. Suasana meja makan keluarga Halilintar sangat sepi, karena sekarang hanya ada Halilintar sendiri di sana.

"Ah jam berapa sekarang?" tanya Halilintar pada dirinya sendiri.

"Wahh sudah jam 6 rupanya. Gue harus berangkat sekarang."

Halilintar pun bangkit dari duduknya mengambil tas sekolah di kamar. Karena jarak rumah dan sekolah cukup jauh, jadilah Halilintar harus berangkat lebih awal.

"Papa, mama! Aku berangkat ke sekolah dulu! Bye!" pamit Halilintar sedikit berteriak, walaupun tak mendapat balasan ia akan selalu melakukan itu setiap pagi.

Setelah itu Halilintar pun pergi meninggalkan apartment menuju sekolahnya.

.....

"Pagi Hali." sapa seseorang yang tak asing ditelinga Halilintar. Siapa lagi kalau bukan, Taufan.

Pemuda itu tak pernah absen menyapa sahabatnya kala Halilintar tiba di sekolah.

Halilintar berjalan tanpa kata pun dan menelonyong masuk kelas tanpa melirik Taufan yang berjalan disampingnya. "tunggu, Hali." ucap Taufan kemudian menyusul Halilintar yang sudah jalan lebih dulu.

Halilintar A̶r̶g̶a̶n̶t̶a̶r̶a̶ [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now