1. | Sahabat Hali |

3.7K 240 76
                                    

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...

Happy reading🦋

⎯ Halilintar Argantara⎯

Bunyi alarm di handphone membuat Halilintar terbangun. Cowok itu mengumpulkan nyawa untuk mandi, Halilintar meregangkan otot-ototnya sebelum beranjak dari kasur. Setelah sepuluh menit dia memasuki kamar mandi. Lima belas menit berlalu, Halilintar keluar dari kamar mandi.

Baju seragam SMA Bintang Nusantara telah melekat di tubuhnya. Hari pertama masuk di sekolah baru harus tampil rapih dan tampan. Seperti menyisir rambut, memakai dasi sekolah , dan sedikit pomed tidak lupa menyemprotkan parfum.

Halilintar melihat dirinya di cermin. "Anjay, ganteng juga ya gue."

Halilintar turun ke lantai bawah untuk sarapan pagi bersama keluarga. Dari atas tangga dia sudah melihat ibunya sudah menunggu. Dengan kepercayaan dirinya, Halilintar meletakkan tas yang ia bawa di kursi kosong sebelahnya. "Siapa yang mengizinkanmu makan di sini?" tanya Mara mendesis tajam.

Belum sempat Halilintar menjawab tetapi suara seorang pria paruh baya sudah menyambar. "Sudah ku bilang kan, jangan pernah tunjukkan wajah sial mu lagi . Tapi kenapa kau masih melakukannya, hmm?" Amato berjalan menuju meja makan. Baru saja tiba di hadapan meja makan. Amato langsung melempar tas putranya. "Pergi kamu lalat! Jangan tunjukkan wajah mu lagi." hardiknya lalu ikut duduk.

Halilintar mengambil tas ransel dengan kasar. Keluar rumah⎯ tanpa sarapan dan langsung pergi ke sekolah dengan jalan kaki. Iyah. Halilintar berangkat seorang diri tanpa ditemani ataupun di antar supir.

Tak berselang lama, Gempa pun turun menemui kedua orangtuanya.

"Selamat pagi, ayah." sapa remaja laki laki sembari mengecup pipi kedua orangtuanya.

"Pagi juga, sayang." balas keduanya.

"Gimana tidur mu nyenyak?" tanya, Amato.

Gempa mendudukan dirinya dibangku meja makan yang kosong. "Yah begitulah." jawab Gempa seadanya.

"Kenapa nak? Sepertinya kamu tidak bersemangat hari ini?" Gempa sekilas melirik sang ayah lantas menggeleng.

"Akh tidak. Siapa yang bilang? Aku hanya lelah saja ayah." ujar Gempa.

"Apa tugas sekolah membebankan mu?" tanya Amato.

"Ya sedikit." ujar Gempa.

"Oh iya, Yah. Kemana kak Hali? Dari tadi aku tidak melihatnya?" tanya Gempa.

"Nggak tahu," jawab Amato singkat.

"Apa kak Hali belum pulang dari semalam?" tanya Gempa.

"Ayah tidak tau dan ayah juga tidak peduli. Terserah dia saja mau pulang malam atau tidak." ucap Amato acuh tak acuh.

Halilintar A̶r̶g̶a̶n̶t̶a̶r̶a̶ [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now