[ Prologue ]

4.4K 278 153
                                    

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...

Happy reading🦋

⎯ Halilintar Argantara⎯

Sepuluh tahun silam.

"Anak tolol!"

"Tidak berguna!"

"Benalu!"

"Beban!"

"Kenapa bukan kau saja yang terluka, hah?"

Oh ayolah... Anak seusianya tidak tau apa yang sudah ia lakukan. Apa harus seperti ini menasehatinya?

Ayahnya benar benar sangat marah perihal kecelakaan yang terjadi pada adiknya hingga melampiaskan emosi dengan cara memukulnya pakai rotan, lalu mencambuknya pakai ikat pinggang yang terbuat dari kumpulan besi. Hal itu terus ia lakukan berulang kali pada putra sulungnya.

Keesokan harinya.

Semenjak kejadian itu. Kehidupan Halilintar berubah seratus delapan puluh derajat bahkan tetangganya pun sampai mengira jika Halilintar adalah anak tiri dari Amato Danian Argantara dan Mara Humaira Amberlee.

Terlihat dari sikap maupun perlakuan mereka yang kini memperlakukan kedua anaknya dengan cara yang berbeda.

Jika Gempa dicurahkan seluruh kasih sayangnya. Maka yang Halilintar dapatkan hanyalah kesialan.

Apapun kesalahan yang adiknya perbuat. Halilintar yang akan dicari dan berakhir dengan cambukan ataupun pukulan dari sang ayah.

Tak cukup puas menghukum putranya. Amato dan sang istri tidak memberikan jatah makanan untuk Halilintar hingga membuat anak kecil itu harus makan secara diam diam.

Halilintar terbangun di tengah malamnya karena merasa sangat kelaparan. Bukan, Halilintar bukan sengaja tak makan. Tapi memang orang tuanya yang tak memperbolehkannya makan.

Jika ia sedang lapar, biasanya ayah ataupun ibunya menyuruhnya untuk minum banyak segelas air putih hingga rasa lapar itu menghilang dengan sendirinya.

Halilintar yang tak ingin perutnya buncit seperti orang hamil. Ia memutuskan untuk nekat. Sabodo jika ayah dan ibunya menghukumnya, biar itu menjadi urusan belakangan.

"Oke, tarik nafas buang," gumam Halilintar berusaha tenang sembari berkaca di cermin.

Setelah dirasa yakin. Halilintar dengan percaya dirinya, berjalan ke arah pintu. Sebelum membuka pintu, Halilintar menyembulkan kepala, melihat keluar kamar. Ia menoleh kanan kiri. Ruangan yang begitu besar membuat dirinya sedikit meremang. Semua orang sudah tidur, hanya ia yang terjaga.

Setelah pintu itu ia tutup, Halilintar melangkahkan kakinya menuju dapur. Seperti biasa, ia mencari makanan yang disembunyikan oleh kedua orang tuanya.

Halilintar mulai membuka satu per satu lemari yang berada di sana. Ia melakukannya dengan sangat hati-hati dan juga perlahan agar tidak menimbulkan suara.

Halilintar A̶r̶g̶a̶n̶t̶a̶r̶a̶ [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now