Keana terperanjat kaget. "Lo serius?!"

Sebastian bergumam sambil mengangguk pelan. "Alasan gue bunuh diri juga karena Agnes. Jadi gue nggak suka liat tuh cewek ada di rumah kita. Bahkan awalnya gue heran kenapa lo bisa kenal Agnes, bahkan bawa dia balik ke rumah ini." Balasnya, menerawang jauh.

Benar. Dimasa lalu hidup Sebastian sangat sengsara karena Keana, juga pengkhianat yang Agnes lakukan. Padahal dulu Sebastian sudah percaya bahkan memberikan seluruh hatinya bagi Agnes. Namun nyatanya Agnes lebih memilih untuk menikam jantung Sebastian, lantaran posisi Sebastian tak lebih dari brankas informasi untuk kelangsungan misi Agnes. Saat hari kematian Sebastian tiba pun, Agnes menjadi satu-satunya orang yang menyaksikan proses menyakitkan itu dengan sebuah senyum.

Agnes mengkhianati dirinya. Karena itu Sebastian tak bisa menunjukkan senyumnya saat melihat Agnes di kehidupan keduanya, terlebih saat Keana dekat dengan Agnes. Awalnya Sebastian berpikir Agnes berupaya memanipulasi kepala Keana, karena itu Sebastian berusaha membayar Agnes dengan sangat tinggi agar perempuan itu mau meninggalkan adiknya. Nyatanya Agnes menolak. Hingga Sebastian tak memiliki cara lain. Tepat setelah Keana pergi ke Amerika, saat itulah Sebastian membongkar pengkhianatan Agnes.

Sialnya Agnes berhasil kabur, jejaknya juga lenyap ditelan bumi. Meski begitu Sebastian yakin Agnes masih mengawasinya, lantaran hingga detik ini Sebastian belum bisa membongkar siapa orang yang mempekerjakan Agnes. Orang yang memiliki kepentingan dengan keluarga Maximilian.

"Agnes pernah bilang dia bakal bawa lo pergi jauh dari gue, dulu juga dia satu-satunya saksi mata pas gue bunuh diri. Gue inget banget kalo waktu itu Agnes bilang gue nggak bisa digunakan lagi, karena lo udah nggak ada."

"Jadi gue yakin Agnes dibayar karena ada kaitannya sama lo. Pasti orang yang membayar Agnes punya dendam tersendiri sama lo!" Sebastian menambahkan.

Keana menunjuk dirinya sendiri. "Sama gue?" Beonya.

Keana tercengang. Rupanya ia salah menilai orang lain, dan secara tak langsung di kehidupan kali ini pun ia menuntun Sebastian pada maut.

"Kalo gitu, lo curiga sama seseorang atau nggak?"

"Evron!"





***


"Gue udah berhasil menjalankan perintah, tapi kenapa lo ... ,"

"Emang gue ngasih perintah apa?"

Laki-laki berwajah dingin itu menatap malas Agnes yang saat ini dipaksa untuk bersimpuh diatas lantai, dengan kedua tangan terikat kebelakang. Sedangkan dirinya sibuk menghisap ujung rokoknya dengan damai, sebelum membuang asapnya tepat di hadapan Agnes dan sukses membuatnya terbatuk kecil.

"Kalo gue, uhuk,"

Agnes kembali terbatuk, saat dirinya kembali menerima sumbangan asap rokok secara cuma-cuma.

"Kalo gue membunuh Bastian. Hubungan lo sama, uhuk,"

Agnes dibuat kesulitan bernafas, lantaran asap rokok yang menyapa wajahnya enggan untuk berhenti. Bahkan semakin banyak kata yang dia keluarkan, semakin banyak pula asap yang Agnes dapat.

"Kalo gue membunuh Bastian, hubungan lo sama Keana pasti bakal baik-baik aja!" Agnes berucap cepat.

"Percaya diri banget lo?" Ejeknya dengan smirk yang tercetak nyata.

Agnes menggelengkan kepalanya. Wajahnya kian bertambah pucat saat laki-laki yang begitu ia segani menatapnya dengan tajam, seolah Agnes adalah perempuan paling hina yang pernah ditemuinya. Padahal momen semacam ini sering Agnes dapatkan, namun ia tetap merasa marah dan terhina. Apa lagi usahanya tak pernah diapresiasi, hanya karena gadis ingusan bernama Keana Madeline.

"Gue nggak bohong, Bastian udah curiga sama gue. Dan gue yakin dia bakal ngasih tau Keana soal semuanya!"

"Jadi maksudnya lo mau membunuh Bastian, demi gue?"

Agnes mengangguk cepat, bahkan ia tak sungkan untuk mengembangkan garis bibirnya. "Kalo gue berhasil membunuh Bastian, pasti hubungan lo sama Keana akan berjalan lancar. Itu yang selalu jadi impian lo, iya kan Evron?"

Tatapan mata Evron kian menajam, bahkan rokok yang selalu digunakan sebagai penenang tak lagi mampu menekan kegelisahan pada dadanya. Memang benar jika Evron yang memerintahkan Agnes untuk mencuri informasi perihal Keana. Meski Evron merasa dongkol akan perlakuan Sebastian terhadap Keana, namun dia tak pernah memerintahkan Agnes untuk melenyapkan Sebastian.

Evron sadar hubungan Sebastian dan Keana tak akan hancur begitu saja, pasti akan ada salah satu pihak yang rela merendahkan kepala lantaran ikatan darah diantara mereka. Jika Evron bersikap impulsif dan tak segan untuk menghancurkan Sebastian, maka dirinyalah yang akan hancur.

Padahal alasan kenapa hubungan gue sama Keana nggak pernah maju, karena lo. Tapi bisa-bisanya lo pake nama gue sebagai alibi?!.

Rahang Evron mengatup rapat. Menurut pernyataan Kanaya beberapa menit lalu, Keana sudah memaafkan Sebastian dan Virgo, bahkan meminta keduanya untuk kembali. Jadi bisa dipastikan jika Sebastian akan membongkar tabiat Agnes, termasuk kecurigaan yang Sebastian miliki antara dirinya dan Agnes. Dan jika Keana menerima kabar itu, bisa jadi alasan Evron berjalan sejauh ini akan kandas.

Evron sedikit memutar wajahnya ke samping, hingga maniknya mampu menangkap siluet pria yang berdiri tepat dibalik punggungnya.

"Keana udah balik ke Indo kan?"

"Benar, bos. Bahkan kabarnya Mbak Kea sendiri yang menjemput Sebastian dan Virgo,"

Mendesah lirih. Evron menghempaskan puntung rokoknya diatas lantai, sebelum menginjaknya hingga padam. Jika Evron tetap berdiam diri, bisa dipastikan Keana akan membencinya. Padahal dari dulu Evron tak pernah memerintahkan anak buahnya menyakiti Sebastian, dan hanya Agnes saja yang mengambil keputusan berdasarkan hasrat pribadinya.

Gue nggak bisa nunggu lebih lama lagi, Keana nggak boleh jatuh ke tangan Virgo!.

Evron beranjak dari duduknya dan berniat untuk pergi, namun langkahnya terhenti saat Agnes bersimpuh di awal kakinya hingga memaksa ayunan kaki Evron untuk terhenti.

"Tunggu Evron!"

"Apa yang ... ,"

Evron mengangkat tangan kirinya, dan sukses menghentikan anak buahnya. Sayangnya di mata Agnes tindakan Evron adalah bentuk aksi heroik untuk menyelamatkannya, karenanya Agnes tak tahan untuk tidak mengembangkan kurva bibirnya.

"Evron ... ,"

"Akhirnya lo sadar, kalo tempat lo nggak lebih dari ini!" Evron berucap tajam, diikuti senyum pongah yang membuat Agnes tertegun.

Menggeleng kecil. Tidak, Agnes tidak bisa gegabah sekarang. Jika dia membuat Evron murka, maka bukan tidak mungkin jika dirinya akan dibuang. Evron juga pasti akan melenyapkan dirinya, termasuk bagian dimana Evron bahagia dengan Keana.

"Tolong dengerin gue, Evron. Gue melakukan semua ini demi lo, gue nggak mau hubungan lo sama Keana ... ,"

"Sejak awal kan lo memanfaatkan gue untuk menghancurkan Sebastian sama Keana, supaya lo bisa menggantikan posisi Keana. Tapi kenapa kesannya kaya gue yang jahat dan membutuhkan bantuan lo ya?!" Sinis Evron, tersenyum mengejek.

Buru-buru Agnes menggelengkan kepalanya. "Nggak Evron, bukan gitu ... ,"

"Urus dia!"

"Baik!"

Agnes menggeleng cepat. Susah payah ia memberontak dari cekalan anak buah Evron. Ia juga berteriak histeris kala Evron mengayunkan kakinya dengan santai, tanpa mempedulikan kondisi Agnes yang saat ini sudah dikerumuni oleh banyak pria.

"Bos,"

"Terserah mau lo apain tuh cewek, asal jangan pernah meninggalkan jejak yang bakal mempersulit kita!"

"Baik!"

***

Tbc

SECOND CHANCE (END)Where stories live. Discover now