10. | Terungkit kembali |

1.5K 134 13
                                    

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...




Happy reading🦋


"Maafin gue belum bisa jadi kakak yang baik buat lo."


⎯ Halilintar Argantara ⎯

Ketukan pintu samar-samar terdengar, Halilintar yang tengah belajar sambil mendengar musik klasik, melepaskan earphones yang menutupi pendengarannya.

Pintu tidak diketuk lagi, Halilintar pikir mungkin salah dengar. Tepat saat ia ingin memakai kembali earphones suara Mara terdengar.

"Kak? Lo tidur?"

Ia tak langsung membukakan pintu. Gempa menunggu sampai suara Halilintar terdengar lagi.

"Kak? Kak Hali? Lo udah tidur ya?"

Tidak ada sahutan dari sang empu.

"Yaudah deh kalau lo udah tidur. Padahal gue udah buatin makanan kesukaan lo. Selamat tidur kak--"

"Kenapa, Gem?" Halilintar bersender pada kusen pintu. Sebelum membukakan untuk Gempa, ia sengaja mengacak rambutnya agar terkesan baru bangun tidur.

Gempa mengulas senyum yang membuat lubang pemanis di pipinya muncul. "Anu, itu, gue udah masak makan malam buat kita. Lo mau coba ndak?"

"Makan aja. Masakan lo bukan selera gue."

"Tapi gue udah tanya ke mama masakan kesukaan lo. Kata mama, lo juga belum makan bang, jadi sekarang lo turun makan dulu."

"Gue udah bilang kan, Gem. Gue sama sekali nggak selera makan. Dan gue sama sekali nggak sudi makan masakan lo!" balas Halilintar ketus kemudian beranjak dan berjalan lebih jauh ke lantai bawah.

Gempa yang geram segera menyusul. "Lo tuh gatau diri ya, bang. Udah diperhatiin bukannya bersyukur malah kayak gitu!" sungutnya setengah berteriak karna Halilintar berada sudah cukup jauh. "Cepat amat tuh anak turunnya. Nggak takut kepeleset apa, lantai licin gini! Kak, Tunggu Kak?"

Tak menghiraukan panggilan Gempa, Halilintar terus menuruni anak tangga. Tak tahu juga dari mana asalnya, dari arah yang tidak ia duga, seorang maid menabraknya, membuatnya berhenti melangkah. "Aduh, kalo pake mata dong, jangan cuma pake kaki."

Halilintar A̶r̶g̶a̶n̶t̶a̶r̶a̶ [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now