16 ~ Berubah?

4.1K 319 6
                                    

Hello everyone gimana kabar kalian?

Sorry guys karna baru up. Kmrn tu sebenernya gue lagi banyak tugas plus lagi buntu halunya, jadi maklum lah ya karna ini adalah cerita pertama gue makanya masih ngang ngong ngang ngong ceritanya dan baru bisa up sekarang.

And makasih banyak buat yang masih setia baca dan vote. jangan bosen-bosen ya buat baca dan ngasih vote nya~ supaya autor amatir ini semangat halunya.

Jikalau ada typo tolong maklumi ya guys~ karna gue hanyalah manusia biasa.

So, Thanks you atas waktunya,

Selamat membaca enjoy~





•••





Brak.

"Eh anjing matok ayam" celetuk Rafa yang sedang asik rebahan di atas sofa kaget mendengar pintu markas yang semula tertutup kini terbuka lebar karna dobrakan dari luar.

"Yooo whatsapp men" seru Vino watadosnya berjalan santai menghampiri yang lain. Dibelakangnya terdapat Ravel yang menatap jengah kelakuan Vino.

"Vinoanjing! Kalo masuk tu salam dulu bangsat! Bukannya dobrak pintu gak jelas!" omel Ken yang ikut kaget karna ulah teman biadap nya itu.

"Dih si babi, lo lupa apa gue ini Kristen bego!" sinis Vino.

"Oh ya gue lupa"

"Ya tapi kan tetep aja njingan! kalo masuk tuh biasa aja kali, jangan kayak orang ngajak ribut! Nanti kalau pintunya rusak gimana hah! Mau ganti rugi lo?!" sewot Rafael menatap Vino kesal.

"Ya udah sih wir santai~" balas Vino acuh.

"Santai pala lo peang!" sinis Ken.

Sementara yang lain yang menyaksikan perdebatan itu hanya memutar bola matanya malas menatap mereka bertiga.

"Liat apa sih Van? Serius amat gue liatin dari tadi" celetuk Ravel yang entah sejak kapan sudah duduk di sebelah Vano yang sedang memainkan ponsel nya dengan raut wajah yang terlihat serius.

"Eh Vel, kapan datengnya?" tanya Vano mengalihkan pembicaraan setelah mematikan ponsel nya.

Ravel itu adalah orang yang sangat peka terhadap sekitarnya, jadi ia tau bahwa Vano sedang mengalihkan pembicaraan saat ini.

Sebenarnya ia tak mempersalahkan hal kecil seperti ini, Lagipula semua orang punya privasinya sendiri kan? Hanya saja ia merasa janggal akan satu hal.

'Walaupun gue gak mau dan gak suka ikut campur sama urusan orang lain but, dengan cara lo yang ngalihin pembicaraan kayak gini dan juga foto yang ada di ponsel lo itu malah bikin jiwa detektif konan gue meronta-ronta buat bongkar semua rahasia lo itu Van.' batinnya menatap Vano.

"Baru aja kok" balas Ravel seadanya.

'Sorry ya Van, kalau gue harus ikut campur sama urusan lo itu. Karna bagaimanapun juga lo itu hanyalah orang asing di kehidupan kedua gue ini. So, walaupun lo udah gue anggep temen gue sendiri But, bukankah lebih baik buat menyeleksi ulang? Buat mastiin aja sih, lo itu ada dikubu mana? kawan? atau.... Lawan nantinya' pikirnya dengan smirk yang sangat tipis disudut bibirnya, saking tipisnya bahkan tak ada yang menyadarinya.

"Owh ya Vel, nih gue tadi beli martabak mau gak?" tawar Alvin yang baru saja datang dengan sekantung plastik yang ia bawa.

Ravel yang melihat itupun langsung tergiur, dengan cepat ia menganggukan kepalanya menatap Alvin. "Ya mau lah masa engga, rezeki gak boleh ditolak" jawabnya mengambil martabak itu dan memasukan satu potong kedalam mulutnya hingga pipinya menggembung seperti tupai. Dan melupakan sejenak kecurigaannya terhadap Vano.

 𝙻𝚒𝚏𝚎 𝙾𝚛 𝙳𝚎𝚊𝚝𝚑Where stories live. Discover now