For 22 [ the end ]

selepas usai : 02

"Aku rindu" sederhana namun sulit untuk ku utarakan padamu.
-As

....

Selepas upacara Ashila bersama ketiga sahabatnya pun berjalan beriringan menuju kelasnya. Kelas mereka berada di lantai tiga, mengharuskan mereka melewati banyak undakan tangga.

"Banyak banget sih tangganya," keluh Rea, nafasnya tersengal karena telah melalui dua tangga. Dan ini adalah tangga ketiga yang mereka lalui.

"Lama lama gue buat lift juga nih," Cava pun ikut menimpali ucapan Rea.

"Boleh tuhh, kalau gak buat eskalator." ucap Rea, menyetujui ucapan Cava. Gadis mageran seperti dia, pasti sangat setuju jika sekolah ini dibuatkan lift karena tak perlu capek capek untuk menaiki undakan tangga.

"Itu lift khusus buat gue, lo gak boleh ikut naik." sahut Cava.

Rea mendelik sebal, "Dih pelit lo."

Ashila dan Amara, hanya menjadi pendengar keluh kesah mereka. Padahal biasanya mereka pun ikut menimpali, bahkan sesekali ikut mengeluh. Karena banyaknya undakan tangga yang harus dilewati untuk sampai kelas mereka. Hanya saja saat ini mereka terlalu malas untuk mengeluarkan suara.

"Akhirnyaa sampai jugaaa," seru Rea, berbarengan dengan Cava. Mereka pun bernafas lega, setelah sampai di undakan terakhir.

Meraka berjalan beriringan memasuki kelas, disana semua teman sekelasnya sudah kumpul. Duduk di bangku yang telah mereka pilih. Sejenak Ashila tergugu, menatap sosok yang duduk tepat di belakangnya.

Giovan Alrozi.

Lelaki itu pun menatap Ashila, sejenak mereka bertatapan. Sampai akhirnya Ashila memutuskan pandangan terlebih dahulu, lalu berjalan menuju kursinya untuk duduk.

Sesak itu yang Ashila rasakan saat mata mereka tak sengaja bertemu.

....