Bagian Tiga Puluh Tiga

En başından başla
                                    

Nara yang syok dengan kabar itu terpaksa dilarikan ke rumah sakit, lantaran Nara juga mengeluh sakit pada perutnya. Tekanan darahnya juga melonjak tinggi, hingga membuat para medis sedikit kewalahan. Alhasil mereka terpaksa melakukan operasi caesar untuk menyelamatkan bayi Nara. Dan dalam kondisi ini pun pelaku masih meragukan bayi yang Nara lahiran, alhasil mereka memaksa pelaku untuk melakukan tes DNA.

Namun berhubung pelaku adalah anak dari seorang perwira TNI yang mempertimbangkan harga diri keluarganya, jadi Arlo meminta untuk mengambil jalan tengah. Arlo meminta secuil rambut pelaku yang nantinya akan dicocokkan dengan bayi Nara. Kala mengajukan permohonan tes DNA, identitas pelaku diganti dengan nama Arlo. Hingga beberapa hari kemudian hasil akhirnya menyatakan jika DNA pelaku dan Elysa sangatlah cocok.

Sayangnya bukti itu sekaligus menjadi penutup, lantaran pelaku kembali menghilang, bahkan menghapus segala rekam jejaknya. Alhasil Nara harus putus kuliah dan fokus pada Elysa. Dan atas permintaan Kanaya, Arlo bersedia membantu finansial Nara dengan syarat perempuan itu bersedia menghapus hasil tes DNA yang mencantumkan namanya.

Elysa menggeleng kuat. "Nggak mungkin, Ayah pasti Ayahnya Elysa!" Bentaknya tak terima.

"Lo segitu penginnya jadi anggota keluarga ini ya?" Ejek Keana, menyeringai tajam.

"TUTUP MULUT LO!"

"Jangan berani bentak Adek gue!" Ucap Raven dan Sebastian bebarengan.

"Omong kosong!"

Elysa tak peduli. Ia berlari cepat mengambil pisau di atas meja, dan mengayunkannya ke arah dada Keana. Namun refleks Keana jauh lebih bagus. Ia berhasil mencengkeram tangan Elysa hingga genggaman pada pisaunya terlepas. Tak berhenti sampai di sana saja. Ditengah teriakan panik yang melanda kedua gadis itu, Keana memutar tangan Elysa dan menguncinya di belakang punggung.

"LEPASIN GUE JALANG!"

Keana terkekeh tajam. "Astaga, dari dulu mulut lo tuh emang sampah ya. Persis kaya tingkah laku lo!"

"GUE BILANG LEPAS!"

Elysa berontak, bahkan tak segan menarik rambut Keana dengan tangannya yang bebas. Alhasil Keana sampai harus memekik kesakitan.

"Keana!"

Anggota keluarga yang hendak menolong segera dihentikan, kala Keana berhasil memutar keadaan dengan memukul tengkuk Elysa menggunakan sikunya. Pekik kesakitan langsung menggema, namun Keana tak memiliki cukup inisiatif untuk berhenti. Keana kembali bergerak, bahkan ia tak ragu untuk membanting wajah Elysa ke atas meja dengan cukup keras.

"ELYSA!"

Nara hendak membantu putrinya, namun gerakannya berhasil dicegat oleh Kanaya. Bahkan Kanaya memaksanya untuk memutar pandangan, hingga wajah mereka kembali dipertemukan.

"Kalian semua harus menerima hukuman yang setimpal, karena sudah menyakiti anak-anak saya!"







***


Lavina beringsut takut, saat menyaksikan bagaimana brutalnya keluarga Maximilian. Terlebih ketika Kanaya mengatakan ingin membalas semua orang yang sudah menyakiti Keana, dan artinya Lavina juga termasuk dalam bagian itu. Saat hendak pergi, punggung Lavina tak sengaja menabrak dada seseorang. Ketika menoleh, kelopak matanya kembali melebar.

"E ... Evron?!" Pekiknya dengan nafas tercekat.

"Bukannya calon mertua gue udah bilang ya, semua orang yang nyakitin Keana harus menerima hukuman setimpal!"

"Tapi aku nggak sengaja ... ,"

Evron tertawa renyah. "Lo kan kesayangan Erector, dan karena lo, Keana harus keluar bahkan jadi korban bullying para bajingan itu. Walaupun lo nggak turun langsung, tapi lo seneng kan bisa dapet perhatian para bajingan itu?"

Evron sedikit merendahkan tubuhnya, agar wajahnya sejajar dengan telinga Lavina.

"Lo menikmati kursi yang Keana tinggalkan, iya kan?"

"A ... apa maksud kamu, Evron? Aku nggak paham," cicit Lavina takut.

Senyum lebar Evron makin ketara, kala punggungnya kembali di tegakkan. Dengan salah satu tangan yang dimasukkan pada saku celana, Evron menelisik penampilan Lavina dari ujung kepala hingga kaki. Setelahnya ia sempat berdecih kasar seraya membuang wajah ke sisi lain, sebelum akhirnya dipaksa untuk kembali bersitatap dengan gadis itu.

"Oh iya, dari dulu gue penasaran sama satu hal. Lo kan jago berenang tuh, tapi kenapa waktu itu lo bisa tenggelam ya?"

Bola mata Lavina membulat lebar. Pertanyaan Evron tak hanya membuatnya membeku, namun turut mendatangkan sesak lantaran laki-laki itu berhasil mengubah atmosfer di sekeliling mereka. Seolah tak cukup dengan tekanan yang diterimanya, Evron kian menyudutkan Lavina dengan senyum misterius dan tatapan tajamnya.

"Sebelum berenang, gue liat lo pemanasan dulu kok. Eh tapi kalo nggak salah, waktu itu lo juga sempet ngobrol sama Elysa. Iya kan?"

Evron mengusap bibir bawahnya dengan lembut. Ditengah keheningan yang ia ciptakan, Evron menyempatkan diri untuk mengukir seringai begitu mendapati wajah pucat Lavina.

"Jadi ... lo beneran tenggelam, atau ini salah satu rencana kalian biar Keana lepas kendali?"

Evron mengangkat bahunya acuh. "Yah, lo tau sendiri kan kalo dulu Keana tuh tempramen banget. Jadi gue sempet mikir kalo lo tuh pura-pura tenggelam supaya bisa dapet nafas buatan dari Morgan, karena Morganjing kan orang yang paling peduli sama lo."

"Dengan mendapat nafas buatan dari Morgan, secara nggak langsung lo memancing amarah Keana. Karena itu Keana yang cemburu sampe berani nyakitin lo pake silet,"

"Eh tapi, kalo dipikir-pikir lagi agak janggal sih. Keana kan punya riwayat jantung tuh. Walaupun dia punya sabuk hitam, tapi kalo waktu itu lo ngelawan dia, pasti tangan lo nggak bakal jadi korban."

"Nah, jadi pertanyaan terakhir gue. Lo pasti sengaja nggak ngelawan kan, karena lo tau Keana nggak bakal berani ngelakuin itu."

Mulut Lavina kian terkunci. Penuturan beruntun Evron tak hanya mengguncang mentalnya, tapi turut membuatnya kehilangan fokus. Bahkan Lavina tak menyadari jika Evron mulai mengayunkan kakinya pergi. Seolah laki-laki itu sengaja bermain dengan kata-kata untuk melihat seberapa jauh Lavina bisa merespon. Namun baru beberapa langkah Evron pergi, ia dipaksa untuk memutar kembali wajahnya.

"Oh iya, gue lupa satu hal. Hubungan lo sama Morgan nggak bakal pernah berubah. Dia cuma menganggap lo sebagai tanggung jawab yang harus dilindungi, jadi mustahil lo mampu menyingkirkan Keana dari kepala bajingan itu!"

***

Double up soalnya bentar lagi tamat donggg

Jadi kalian mau happy end atau sad end aja nih?

Kalo happy end maunya gimana?
Kalo sad end maunya gimana?

Vomen ya

SECOND CHANCE (END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin