25

1.3K 161 19
                                    

▪▪▪▪

"Aku takut.." ujar Shani berkaca-kaca. Kepalanya menunduk lemah dengan tangan terkepal kuat.

"Kenapa takut? Itu kan hanya mimpi." ujar Zee sembari duduk di tepi ranjang Shani. Mengelus punggung kakaknya itu pelan.

Shani mengangkat kepalanya. Air matanya sudah menetes membasahi pipinya. "Aku takut mimpi itu menjadi kenyataan." Matanya memandang ketiga orang yang berada di kamarnya satu per satu.

Gracia berjalan ke arah jendela, "Kau pasti bisa keluar dari mimpi buruk itu." ujarnya tersenyum. Berbalik menatap Shani yang juga menatapnya. "Benar kata Zee. Itu hanya mimpi, kak."

Shani menggeleng. Mimpinya itu bahkan terasa sangat nyata. Bagaimana dia mengelak bahwa itu hanya mimpi biasa. Dan juga mimpinya itu selalu menghantuinya setiap dia tidur.

"Kalian tidak mengerti.."

"Kami mengerti. Karena itu kami mengatakan bahwa itu hanyalah mimpi, kak." terang Christy yang sudah duduk di kursi.

"Bagaimana kalau mimpi itu benar terjadi?"

"Kau harus menerimanya."

Shani mengernyit dengan ucapan Gracia. Bagaimana dia bisa menerima jika mimpinya itu terjadi begitu saja? Dia bisa gila.

"Kau sudah gila." balas Shani tidak suka dengan ucapan Gracia. Matanya menajam menatap adiknya itu.

Gracia mengedikkan bahunya. Kekehan keluar begitu saja dari bibirnya.

"Kak Shan-"

Ceklek

"Paman..?"

"Ada apa? Kenapa kau bingung begitu?" tanya Boby yang sudah masuk ke dalam kamar Shani.

"Tidak ada. Kenapa paman ada disini?" tanya Shani.

Boby menatap Shani. Seutas senyuman terpaut diwajahnya setelah dia berada disamping keponakannya itu. "Paman hanya ingin menjenguk keponakan paman," ujar Boby lembut.

"Aku? Aku baik-baik saja. Paman tidak perlu repot menjengukku karena aku tidak sakit." jelas Shani dengan keheranan. Walaupun dia tidak baik karena bermimpi buruk.

Tangan Boby mengelus lembut kepala Shani, "Mereka ada disini?" tanyanya mengalihkan topik pembicaraan.

"Mereka siapa?" tanya Shani bingung. Ada apa dengan pamannya ini? Pikir Shani. Sejak datang mengatakan hal-hal yang membingungkan.

"Siapa lagi kalau bukan adik-adikmu."

"Mereka.."

Shani memandang ke sekeliling kamarnya. Adik-adiknya sekarang tidak ada disana. Bahkan Zee yang tadi berada di tepi ranjangnya juga tiba-tiba menghilang.

"Kemana mereka pergi? Tadi mereka ada disini," ucap Shani. Matanya terus menelisik ke setiap sudut kamarnya. Shani keheranan. Kemana ketiga adiknya itu pergi?

"Kenapa mereka tidak ada paman?"

"Mereka memang tidak ada Shani.."

"Bunda? Ayah? Mereka juga tidak ada begitu? Berhenti bercanda, paman." ujar Shani. Tidak percaya dengan ucapan sang paman bahwa semua keluarganya menghilang.

Boby mengangguk. "Paman tidak bercanda."

"Ini bukan hari ulang tahun ku. Paman tidak perlu berbohong sampai membawa kematian. Aku tidak menyukai candaan seperti itu." ucap Shani yang merubah nada suaranya. Dirinya merasa kesal. Tidak adakah candaan lain sampai membawa kematian?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

We have 90° [Selesai]Where stories live. Discover now