Bagian Kedelapanbelas

Start from the beginning
                                    

Selesai. Sekarang dia sudah berdiri lagi di depan Bima sambil terengah-engah. Maklum menaiki tangga rumah sambil memakai wedges.
Kini mereka sudah berada di dalam mobil.

"Ini makanlah.." kata Bima memberikan paper bag berisi menu sarapan khas MCD. Berhubung perutnya meronta-ronta minta diisi, dengan cepat dia menerimanya.

"Kamu mau ngapain ke Permata Hijau? Lagian kamu tau darimana aku kerja disana sekarang?" tanya Gingga dengan mulut penuh.

"Mau nganter kamu aja kesana. Nggak ada urusan apa-apa kok. Lagian malas aja ketemu Alina disana" kepala Gingga langsung menoleh cepat ke arah Bima.

Bima memandang sekilas ke arah Gingga yang memasang wajah bloonnya. Dia pun tersenyum simpul. "Nggak perlu gitu banget ekspresinya. Alina kan mantan calon istrinya Dave, sepupuku. Jadi aku tau kalo dia anak dari CEO Permata Hijau. Aku kaget saat Dave bilang kamu kerja disana. Kenapa kamu mau kerja disana? Mending kerja jadi sekretarisku aja. Gaji dua kali lipat dari Maharaja Group" kata Bima sambil tertawa terbahak-bahak.

♥♥♥♥♥

"Udah kamu nganter aku sampe disini aja. Nggak usah turun. Makasih ya buat sarapannya dan udah mau nganter aku" tangan Bima mencekal tangan Gingga yang akan membuka pintu mobil.

Cup..

Bima mencium bibir Gingga sekilas. Meski sekilas namun efeknya membuat Gingga beku seperti es balok.
Bukannya merasa bersalah, cowok PHP anak gadis itu tersenyum lebar. "Bibirmu manis banget. Aku nggak ada maksud apa-apa mencium kamu selain aku sayang sama kamu. Sekarang turunlah"

Sial bener si Bima. Tadi aja cegah aku buat turun giliran udah nyium, malah membuang aku gitu aja

"Kamu mau aku cium lagi, huh?" tanya Bima dengan evil smirk miliknya.

"Nggak makasih. Bye" Gingga buru-buru turun sebelum dia dapat serangan dadakan lagi dari Bima.
Gingga nggak habis pikir. Mimpi apa dia semalam. Pagi-pagi sudah dapat morning kiss dari Bima. Bukan dari Dave. Loh?

Gingga mengatur detak jantungnya yang terasa habis lari marathon bolak balik Jakarta-Bekasi. Seseorang menepuk pundaknya. "Pagi Gingga" saat dia menoleh, dia melihat Ayu

"Pagi juga, Yu. Baru dateng juga?"

"Iya. Kamu udah sarapan? Ke kantin yuk" Gingga menimang-nimang apakah dia akan ikut Ayu ke kantin. Mengingat masih cukup pagi untuknya masuk ke ruangannya.

"Hmm..nggak usah deh, Yu. Aku langsung ke lantai tiga aja ya" Ayu pun mengangguk lalu Gingga menuju lift untuk sampai di lantai tiga.
Di lift tersebut, Gingga bersandar di pojokan sambil memeluk tasnya.

Dia masih butuh waktu untuk nggak bertemu Dave dulu. Dia belum bisa berdamai dengan perasaannya. Setelah pintu lift terbuka dia pun keluar. Berjalan dengan santai menuju mejanya.

Sepertinya ruangan bu Tia masih tertutup rapat. Gingga pun segera menuju pantry dan membuatkan teh hijau untuk Alina sesuai pesanannya kemarin. Selama cewek itu menggantikan posisi maminya sementara, dia ingin Gingga menyiapkan teh hijau di mejanya sebelum dia tiba.

Kira-kira pake gula nggak ya? Ah pakein aja daripada dia mati karena kepaitan. Tapi kalo kurang manis kan bisa lihat aku.

Setelah selesai, Gingga beranjak menuju ruang Alina. Benar saja, Alina belum tiba. Diletakkan cangkir keramik tersebut di meja kerja bu Tia berdampingan dengan sebuah foto. Foto bu Tia bersama suami dan tentu saja Alina.

Gingga buru-buru beranjak setelah mendengar derap kaki menuju ke ruangan tersebut. Saat akan hendak menggapai handle pintu, mereka berpapasan.
Alina terkejut begitupun dengan pria di sebelahnya. Dave.

"Kamu ngapain di ruangan saya?" tanya Alina ketus. Mata Dave nggak sedikitpun berpindah dari Gingga.

"Saya habis membuatkan teh hijau sesuai pesanan mbak kemarin. Permisi"
Langkah Gingga terhenti saat sebuah tangan besar mengapit lengannya. Dia menoleh dan mendapati Dave lah yang menahan langkahnya.

Alina terkejut. "Dave.." panggi Alina pelan.

"Kamu nyuruh dia buatin teh setiap pagi? Emangnya dia office girl? Dia sekretaris kamu, Lin" suara Dave bergetar menahan emosi. Gingga langsung menepis tangan Dave yang mencekalnya.

"Nggak apa-apa pak Dave. Lagipula ini bukan permintaan khusus dari mbak Alina. Saya sendiri yang pengen kok. Permisi" kali ini Gingga berhasil pergi dan Dave nggak mencegah lagi.

Bagaimana aku mau melupakannya kalo dia saja masih berkeliaran disini.

-----

Vomment plis.. makasih buat yang setia nunggu. Maaf kalo chap ini jelek..

Cek mulmed..ada Bima loh!! *elap iler*

Lophe,
221092♥

Segitiga Sama SisiWhere stories live. Discover now