"Assalamu'alaikum." ucap humaira saat dirinya masuk kedalam ruangan tersebut, yang di sambut baik oleh dokter itu, ia mempersilahkan humaira duduk di kursi begitu juga dengan mahen

"Wa'alaikumussalam." Jawab dokter tersebut, dengan tersenyum kearahnya, namun menatap sinis ke arah mahen.

"Dok cepetan Bunuh bayi yang ada di perutnya." ucap mahen sedikit membentak pada dokter tersebut, dokter itu berdecak sebal dengan kelakuan sepupunya yang tak tahu sopan santun itu.

Dokter itu menoyor kepala mahen, membuat sang empu meringis kesakitan. "Lo kalo ngomong yang sopan, gue bibi lo dasar anak kurang sopan! Ngapain lo hamilin anak orang kalo mau di bunuh!" ucap dokter tersebut, yang bernama dokter Annisa sekaligus sepupu jauh mahen, hubungan mereka sedikit dekat.

Humaira meremas bajunya ia takut dan Ia tak ingin menggugurkan bayinya, Ia ingin melahirkan bayinya tersebut humaira hanya bisa berdoa pada allah semoga kak mahen berubah pikiran dan tidak membunuh bayinya itu.

Ia hanya duduk di kursi, sambil menangis di dalam diamnya itu, sementara dokter Annisa menatap lekat humaira dari atas hingga bawah, lalu menghela nafas panjang.

"Baiklah, Ayo naik ke sini Biar kita USG memastikan kamu hamil atau tidak." ucap dokter itu dengan lembut pada humaira. Ia pun menurut dan berbaring di atas brankar sesuai ucapan dokter.

Hatinya berdegup kencang di kala alat itu akan menyentuh tubuhnya ia sangat gugup dan takut.

Dokter pun sedikit membuka pakaian yang dipakai oleh humaira Lalu mengoleskan jel ke perut ratanya, dan mulai memeriksa perut humaira dengan alatnya membuat humaira malu karena ada mahen di sana.

"Kak mahen jangan lihat! Ini aurat humaira." Bentanya pada mahen, mahen berdecak sebal lalu memalingkan wajahnya dan beralih menatap layar USG.

"Nah lihat ke layar, Itu titik yang kecil itu adalah bayi kalian Usia nya baru satu minggu." ucap dokter tersebut dengan lembut.

Deg!

Humaira menatap layar tersebut, ada perasaan haru dan takut yang berkecamuk dalam dirinya, Ia tak menyangka akan menjadi seorang ibu dengan secepat ini, humaira tersenyum dan menangisharu saat melihat bayinya itu.

Begitupun mahen Ada perasaan yang tak dapat di utarakan dengan kata kata, saat dirinya melihat layar itu. Bayi itu darah dagingnya perasaan senang sekaligus takut, apakah secepat ini ia akan menjadi seorang ayah? Apakah ia tega membunuh makhluk tak berdosa itu?

Tak, terasa cairan bening berhasil lolos mengenai pipi mahen dan humaira. Serta senyuman yang terukir indah di wajah mereka.

Apakah ia tega membunuh bayi tak berdosa ini? Ini kesalahan mahen ia tak ingin menjadi seorang pengecut karena tidak bertanggung jawab. Baiklah mahen akan menikah dengan humaira!

"Gue bakalan tanggung jawab, dan nikahin lo secepatnya. " ucap mahen.

💋

Mahen membelah jalanan kota dengan motornya itu. Tak henti henti dirinya tersenyum, mengingat sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah, sementara humaira pulang sendiri karena ia bersikukuh tidak ingin diantarkan oleh mahen.

Mahen sedikit khawatir, Namun ia yakin humaira akan baik- baik saja. Yang harus ia pikiran adalah bagaimana caranya ia menyampaikan berita ini pada keluarga nya?Apalagi keluarga humaira pasti sangat terpukul dengan berita ini mungkin Ia akan menunggu waktu yang tepat untuk itu.

Humaira melangkahkan kakinya masuk kedalam rumahnya tersebut, terlihat disana sudah ada ummanya yang sedang memasak, dan abi yang sedang bersantai duduk di kursi makan dengan secangkir teh dan koran yang di bacanya.

"Assalamu'alaikum umma abi. Humaira pulang." ucap humaira berjalan menuju mereka, seketika keduanya tersenyum menatap kearah humaira.

Ia pun duduk di kursi dekat dengan abi, dan mencium punggung tangan abinya itu, sembari menaruh tasnya di meja.

"Gimana sekolah nya Lancar?" ucap umma Humaira hanya mengangguk lalu memakan roti yang berada di hadapan
nya itu. Roti buatan umma memang
sangat enak, humaira sangat menyukai
nya karena di buat dengan kasih sayang
dan yang terpenting adalah 'gratis'.

"Alhamdulillah lancar umma." ucap humaira masih  menyantap roti tersebut dengan damai.

"Alhamdulillah bagus kalo gitu kamu ganti baju gih, Lalu makan. " ucap umma.

Humaira pun mengangguk lalu beranjak dari duduknya. "Baik umma, Huekk huek. " humaira kembali memuntahkan isi perutnya, membuat umma dan abi panik lalu mendudukkan kembali humaira di kursinya itu, dan memberi minum.

"Nak ya allah kamu kenapa?" ucap umma.

Humaira terdiam apa dia harus jujur dengan umma nya ini? Tapi ia belum siap untuk memberitahu kan berita tentang kehamilannya itu. Tidak mungkin, umma dan abinya akan sangat marah sekali kepada dirinya baiklah tunggu waktu yang tepat saja.

"Euh.. Euh.. nggak kok umma aku cuman masuk angin. Ya masuk angin." ucap humaira dengan tersenyum, dan memukul-mukul kepala nya.

"Yaudah sekarang kamu ganti baju ya sayang, nanti umma buatin bajigur. " ucap umma, humaira hanya mengangguk lalu pergi berlalu meninggalkan mereka menuju kamarnya.









Tong hilap vote, komen, sareng sharenya

"Bayi Sang Ketua Geng Motor" (Tahap Revisi) Where stories live. Discover now