|MSH 31| Nomor Misterius

Beginne am Anfang
                                    

Suasana rapat terlihat begitu nikmat. Semua mata tertuju pada Andre yang saat ini menjelaskan hal-hal yang menjadi bahan pembicaraan dari rapat sore ini. Dion juga sedang menantikan langkah apa yang akan ditempuh oleh tim marketing dalam mengatasi hal ini.

"Baik, sekian. Saya kembalikan pada pak Dion," ucap Andre membuat Dion menganggukkan kepalanya.

"Terimakasih. Seperti yang sudah dijelaskan, saya ingin bertanya pada tim marketing hotel untuk menangani hal ini. Langkah apa yang akan diambil agar pendapatan hotel kembali stabil?" tanya Dion sebagai direktur utama saat ini.

"Kita bisa meningkatkan pendapatan dengan metode iklan, baik di televisi atau pun media sosial pak. Dengan adanya iklan mungkin akan menjadi daya tarik mereka untuk menginap di sini," balas Jesi yang merupakan ketua tim marketing hotel Rain.

"Selain itu?" tanya Dion lebih lanjut.

Jesi sebagai ketua tim terdiam. Selain promosi menggunakan metode iklan ia belum mendiskusikannya lagi dengan rekan satu tim tentang hal ini.

"Maaf, pak. Untuk saat ini saya ------"

"Saya tidak terima alasan. Pasang iklan dan gait artis yang sedang booming saat ini untuk membantu hotel kita. Ajak artis yang berkualitas untuk mempromosikan hotel Rain. Selain itu saya minta tingkatkan fasilitas yang ada di hotel Rain. Berikan pelayanan yang baik pada setiap pengunjung dan tanamkan sikap ramah pada setiap pengunjung. Koordinasi staff untuk melakukan kinerja yang terbaik untuk hotel ini. Saya minta dua hari setelah ini iklan sudah mulai di produksi. Ada sanggahan?" tanya Dion membuat tim marketing menundukkan kepalanya saat ini.

"Apakah tidak ada perpanjangan waktu pak? Pasalnya kami membutuhkan banyak waktu untuk mengait seorang artis dalam bekerja sama," tanya Jesi kembali.

"Saya rasa para artis akan langsung setuju jika diberikan reward tambahan menginap di hotel kelas 1 dan diberikan fasilitas terbaik diluar daripada fee yang mereka dapatkan. Kalau andaikata kalian tidak sanggup, biar saya -----"

"Tidak pak! Kami sanggup," jawab anggota tim marketing secara serentak. Jujur saja mereka takut sekali dengan pembawaan Dion yang dikenal pintar, tegas, dan tentu saja tampan dibalik wajahnya yang dingin itu.

"Untuk masalah promosi saya percayakan pada tim marketing untuk melakukannya. Next ke pembahasan selanjutnya Andre," pinta Dion membuat Andre kembali mengambil alih ruang rapat saat ini.

Kali ini semua pandangan tertuju pada presentasi Andre mengenai hasil pendapatan dan evaluasi dari setiap pegawai hotel di bidang masing-masing. Dion yang awalnya fokus harus teralihkan.

+62956789*********
Kali ini kamu mengabaikan saya
Kamu tidak ingin tahu ada apa di apartemen dan lokasi yang saya berikan?

Read.

Hanya ancaman dari sebuah pesan tak membuat Dion gentar dan takut saat ini. Ia yakin akun tersebut dibuat untuk mengancam dirinya. Jika ia membalas, maka orang yang mengirim pesan tersebut akan senang karena ia menanggapi seluruh pesan ancamannya. Ia rasa pesan itu sudah selesai, namun ketika ia ingin mematikan ponselnya, nomor yang sama kembali mengisi beranda pesannya. Awalnya ia ingin mengabaikan pesan tersebut, namun ketika pesan tersebut menyebut nama anaknya, ini sebuah ancaman yang benar-benar serius bagi dirinya.

+62956789*******
Ini bukan akun iseng, Dion. Saya kenal kamu siapa
Kalau anak kamu, Mentari tidak ingin menjadi seperti Raina, maka datanglah sebelum pria itu merusaknya.

Jangan macam-macam

Saya hanya memberi tahu. Datang saja kalau tidak percaya. Mentari hanya berdua dengan kakak kelasnya. Kamu sudah tahu bukan? Hal apa yang bisa terjadi? Sama seperti dulu kamu merusaknya.

Bangsat.

Kamu lebih monster dari pada dia.

Read.

Brak!

Semua anggota yang sibuk mendengarkan penjelasan secara spontan dan ekspresi terkejut yang terpancar melihat Dion yang sudah memerah saat ini. Mereka bingung apa yang sedang terjadi?

"Saya tutup rapat kali ini," ucap Dion membuat Andre kebingungan saat ini.

"Pak, ada -----"

"Akhiri. Anak saya jauh lebih penting dari rapat kali ini. Sekian. Permisi," balas Dion yang kemudian pergi tergesa-gesa meninggalkan ruang rapat dengan penuh emosi.

"Anak?" tanya Jesi pada teman sebelahnya. "Gak salah denger gue? Bukannya pak Dion lajang?"

"Hust. Jangan ikut campur. Cukup," sahut temannya yang takut.

Dion keluar dari hotel dan menaiki mobilnya yang berada di bassement hotel. Ia menancapkan gas dengan kecepatan tinggi untuk melihat apa yang terjadi. Dalam perjalanan ia berharap agar pria yang dekat dengan Mentari tak seperti dirinya di masa lalu. Cukup hanya Raina yang ia rusak dan batal untuk ia jaga. Ia harap takdir tak memberikan luka lama pada Mentari anaknya.

Siapa nomor misterius yang memberikan informasi sepenting itu pada dirinya? Apakah nomor itu begitu dekat dengan Mentari? Entah lah. Yang jelas ia berharap anaknya baik-baik saja saat ini.

#TBC

GIVE ME VOTMENT PLEASE 💜

JANGAN LUPA UNTUK TINGGALKAN JEJAK KALIAN GUYS🥰💜

KOMEN YUK

FOLLOW AKUN INI

FOLLOW ME:
INSTAGRAM SHTYSETYONGRM
TIK TOK SEBLAKKERUPUK56

SAMPAI BERTEMU DI PART SELANJUTNYA 🌼

SEHAT-SEHAT SELALU GUYS

NEXT?


Mentari Sebelum Hujan (SQUEL RAINA HUJAN TELAH DATANG) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt