D U A P U L U H

3.7K 367 27
                                    

Hari ke 56, Sunrise terakhir di Rinjani.

Mie instan, dan sunset menakjubkan, Freen kecanduan, ini bukan perihal bagaimana Tuhan menciptakan keindahan dari biasan cahaya yang tercipta, tapi perihal Becky dan senyumannya.

Wanita itu sibuk dengan beberapa masakan dan kompor kecilnya, entah berapa kali dirinya Mendengar Becky memarahi kompor itu, sifat anehnya benar-benar di luar nalar.

"Babe, udah mateng. "

Freen tersenyum, beranjak dari duduknya, wajah penuh dengan keringat itu dirinya lap dengan tisu, mencuri ciuman di bibir Becky untuk yang pertama kali.

"Freen. "

"Kenapa?"

"Kamu cium Aku. "

"Kamu istriku kenapa gak?"

Berpindah tempat, gadis jangkung itu beralih untuk memeluk Becky dari belakang, menempelkan dagunya ke bahu wanita itu, memejamkan mata saat wangi vanilla coklat itu tercium oleh indera penciumannya.

"Sunset nya bentar lagi, siang Kita turun. "

"Hmm, Aku menunggunya, kemarin mata hari terbenamnya cantik banget, Aku penasaran gimana saat pertama kali dunia hidup kembali. "

"Cantik. "

"Iya kan? Tuhan emang terbaik menciptakan semua hal. "

"Kamu. "

"Gimana, Freen?"

"Bukan sunrise nya yang cantik, tapi Kamu. "

Pipinya memerah, Becky menyembunyikan wajahnya di ketiak Freen, dengan senang hati wanita itu memeluknya, mencium pucuk kepalanya dengan sayang, Freen kecanduan.

"Aku mencintaimu, Aku harap Kau tetap di sini, tetap seperti ini, dan tidak berpikir untuk meninggalkanku, "

Becky tersenyum, Ia tidak mengangguk ataupun menggeleng, bahkan Ia tidak tau apa yang harus Ia katakan, menjawab semua pertanyaan.

"Seandainya, jika perpisahan itu ada, Kau ingin berpisah yang seperti apa?"

"Tsk, Bec serius. "

"Aku juga, Kau ingin yang seperti apa?"

"Tidak ada, jika ingin berpisah, mungkin kematian, "

"Kau memikirkannya?"

"Aku benci pembicaraan ini. "

"Aku mencintaimu Freen, "

"Aku juga, Aku harus berterima kasih kepada 100 hari yang Kau ciptakan. "

"Sunrise nya. "

Kehilangan? awal dari sebuah keputusasaan, pertemuan adalah yang paling jahat dari sebuah luka, setiap orang senang untuk hari pertama lalu sakit untuk hari-hari berikutnya, dan memilih untuk balas dendam dengan sebuah kepergian, lalu apa kehilangan bisa Mereka salahkan?, jawabannya tidak.

Tangan itu tidak berhenti menggenggam, perasaan yang campur aduk mulai membuatnya bimbang, Becky hidup dengan rasa bersalah, karena mencintai Freen membuatnya tidak mampu untuk menjanjikan apapun.

"Bec. "

"Apa rasanya saat kehilangan Becca?"

Freen mengerutkan keningnya, Ia mulai tidak menyukai arah pembicaraan Becky, karena menurutnya, jika dirinya mampu untuk menghadirkan Becky sebagai dirinya sendiri di hidup Freen, kenapa gadis itu selalu saja membawa masa lalu dalam pembicaraan Mereka.

"Kau ingin pembanding? Kau tau Bec, Aku tidak ingin membicarakannya. "

"Aku tau, Aku hanya penasaran. "

After Met You (FREENBECKY)Where stories live. Discover now