T U J U H

3.6K 364 19
                                    

15.30 WIB

Langkah kaki terdengar frustasi, Becky tidak bisa tenang saat satu nama memenuhi indera pendengarannya, melihat Becca disorot mata keputusasaan Jennie kala itu, entah kenapa Ia ingin sekali menyembuhkan gadis 17 tahun itu, entah apapun caranya.

"Rin. "

"Bec, ah terima kasih Tuhan, Kau datang tepat waktu. "

"Jennie?"

"Jantung koroner Bec, dan ternyata sudah sangat parah. "

"Huh? Dia datang waktu itu masih segar. "

"Kondisi tubuh seseorang akan cepat berubah kan?, tunggu apa lagi Bec. "

Dengan sepenuh tenaga, Becky melakukan apa yang harusnya Ia lakukan, tidak mempedulikan bagaimana tatapan Freen tertuju padanya, bagaimana riuhnya sekitar, bagaimana tangis dari seorang pria paruh baya yang masih lengkap dengan seragam kerjanya.

Becky hanya ingin harapan itu menjadi kenyataan, Ia percaya Tuhan bersama setiap umatnya, apa yang menjadi do'a, itulah yang akan menjadi mukjizat untuk siapapun itu.

Dari kejauhan Freen tidak melepaskan pandangannya, perkataannya beberapa jam yang lalu masih menjadi hal buruk dalam ingatannya, bagaimana mata sayu itu mengatakan jika dirinya bukan seorang pembunuh.

Freen percaya takdir, jika harus pergi saat itu juga, nyawa siapapun akan berpulang, tapi yang sulit hanya ikhlas, walaupun Ia tidak lagi meletakan tahta cinta tertingginya untuk Becca, tapi rasa kecewanya, sakit hatinya atau mungkin hancurnya, masih Ia titik beratkan kepada Becky, atas semua kelalaiannya.

"Jen, Kau berhasil. "

Semua berteriak, gadis itu terhuyung ke lantai, keringatnya bercucuran, nafasnya tak lagi beraturan, namun melalui senyumnya, Freen tau jika Becky bangga akan dirinya, bisa mengembalikan harapan semua orang terhadap satu nyawa.

Langkah kakinya mendekat, dengan sebotol air minum yang memang sedari tadi Ia genggam, Becky cukup terkejut, namun setelahnya Ia tersenyum.

"Kau menyelamatkannya Bec. "

"Hmm, syukurlah. "

"Keluarganya pasti sangat berterima kasih padamu. "

"Hmm. "

Seorang laki-laki dengan seragam kepolisian mendekat kepadanya, wajah panik dan air mata yang masih saja mengalir di pipinya seakan memecah keheningan yang terjadi di antara keduanya.

"Dokter, terimakasih banyak, Saya adalah Ayahnya Jennie, Saya tidak tau selama ini Jennie sakit, astaga Ayah macam apa Saya ini. "

Bahu itu Ia angkat sejajar dengan bahunya, Becky tidak menyukai jika Ia diagung-agungkan dan seseorang berlutut di hadapannya karena sesuatu hal, karena menurutnya derajat manusia itu sama, tidak ada yang terlalu di atas ataupun sebaliknya.

"Maaf Saya terlambat Pak. "

"Tidak, dokter datang tepat waktu, terima kasih, "

"Tetap saja Pak, bapak harus menunggu Saya, kalau terjadi apapun terhadap Jennie, Saya yang harusnya bertanggung jawab. "

"Tidak dokter, ajal itu hanya rahasia Tuhan, Kita hambanya hanya bisa berharap, andaikan Jennie meninggal di tangan dokter, Saya tidak akan pernah menyalahkan dokter, karena Saya yakin dokter telah melakukan berbagai cara untuk mengembalikan putri Saya, terima kasih dokter, "

Freen terdiam, kata-kata yang baru saja Ia dengar sangat menampar dirinya, seharusnya Ia memiliki pemikiran sama seperti yang seorang laki-laki tua ini pikirkan, namun kenapa yang tersisa hanyalah kebencian?.

After Met You (FREENBECKY)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin