T U J U H B E L A S

3.7K 381 25
                                    

Hari ke 50, 08.00 WIB.

Tuhan hanya menciptakan dua tangan, satu mulut dan dua telinga, namun bagaimana jadinya jika satu mulut itu dari banyak orang?, berisikpun tak sama sekali mampu Becky hentikan.

Semenjak hari di mana Jennie berpulang, setiap perasaan itu tergantikan dengan rasa sakit karena perkataan setiap orang, sibuk mencari kesalahan, sibuk menjadi biang dari sebuah kebohongan.

Terdengar jelas bagaimana bisik berisik itu menjadikannya sebagai objek kebencian, apa lagi setelah Ayah mertuanya mengumumkan jika tidak ada sangsi apapun untuk menantunya.

Ya, kata menantu ini yang menjadi momok untuk dirinya, semua kehebohan yang seakan tidak akan pernah selesai, menganggap dirinya adalah sendok emas yang mendapatkan segalanya dengan mudah.

"Kalian bisa diem gak sih? Oh terang-terangan banget sekarang?, trus mau Kalian apa kalau Becky itu menantunya prof Marco?, iri?"

"Rin, udah, biarin aja. "

"Ngelunjak Bec, Kamu tu gak salah. "

"Di mata siapapun Aku juga salah, udahlah. "

"Tsk, keluarga Jennie aja gak nyalahin Kamu, kenapa Mereka repot banget sih?"

Tapi tak ada yang bisa menghentikan Mereka, bahkan Becky harus meremas kuat dadanya saat perkataan Oey menusuk indera pendengarannya.

"Kabarnya Kamu juga ngebunuh saudara kembar Kamu sendiri ya?, wah pantes, udah ada bakat pembunuh, mending jadi dokter tu yang berhati nurani, jangan kejam, berkat Kamu, keluarga pasien kehilangan anggota keluarga Mereka, lalu sekarang gimana lagi?, Kamu malah santai banget di sini, oh karena menantu direktur? mantap ya, ada orang dalam, dan dengar baik-baik, Kau adalah pembawa sial untuk orang sekitarmu dokter Becky. "

Sedari dulu, Oey adalah orang yang tidak pernah baik kepadanya, seakan mendapatkan celah untuk menjatuhkannya, Oey membuat hancur lebur mentalnya seketika dengan satu kenyataan, bahwa kejadian itu adalah salahnya.

"Kamu kira Kamu siapa?"

Semua perhatian tertuju pada asal suara, Freen berdiri dengan wajah datarnya, gerahamnya menggeretak marah, tatap matanya tajam penuh emosi, selama ini tidak ada yang tau bagaimana kutup selatan itu mengekspresikan dirinya tapi lihat hari ini, bagaimana amarahnya bercerita.

"Oh, Kau membelanya dokter Freen?, Kau kehilangan kekasihmu dan bahkan calon istrimu karena pembunuh ini?"

"Kalau iya kenapa?, ada masalahnya denganmu?"

"Kau dulu terlihat membencinya, kenapa sekarang berbalik?"

"Aku?, karena Aku punya hati nurani, Aku sadar kebencian akan menjerumuskanku nantinya, lalu kenapa Aku harus menyimpannya lama?"

"Tidak usah munafik dokter, Kau kehilangan semuanya karena Becky, dan sekarang malah membelanya, Kau terlalu naif. "

Freen tersenyum sinis, mendekat lalu membisikan entah apapun itu, hingga membuat wanita yang seumuran dengannya itu terdiam memucat.

"Aku bisa melakukan apapun dengan Mereka, jika Kau tidak berhenti mengganggu istriku. "

Keadaan yang awalnya ramai, perlahan mulai kondusif, meninggalkan dirinya, Irin dan Freen.

Tangis itu tidak terdengar, namun isaknya pilu terlihat, Freen menarik Becky ke dalam peluknya, membiarkan waktu berputar seperti apa mestinya, tidak peduli dengan bagaimana sekitar memandang Mereka.

Memejamkan matanya, mendengar bagaimana isak itu tertinggal, rasa sakitnya hebat sekali meremas dadanya, untuk kali ini Freen akui jika luka Becky mampu mempengaruhi bagaimana harinya berjalan, entah bagaimana ceritanya, atau karena dirinya sudah jatuh terlalu dalam terhadap wanitanya ini.

After Met You (FREENBECKY)Where stories live. Discover now