09

79.4K 6.5K 95
                                    

Kaiden menggendong si bayi kemanapun ia pergi, seperti saat mencuci wajahnya ia menggendong Ash, saat ia membuka gorden kamar nya ia menggendong Ash, saat ia turun ingin menyuruh koki untuk membuatkannya sarapan ia juga menggendong Ash, padahal ia bisa meletakkan ? Ash di ruang makan terlebih dahulu.

Dengan sebotol susu di hadapannya, Ash pasti sudah tenang dan tidak rewel.

Tak lupa Arun yang sudah stay di depan kamar Kaiden juga mengikuti Kaiden kemanapun pria berumur 22 tahun itu melangkah, karena Ash di gendongan nya jadi Arun mengikuti pria tampan berdarah dingin itu kemanapun.

Niatnya Kaiden akan memandikan Ash setelah sarapan, terlebih ia juga belum menyuruh para maid untuk membongkar kotak-kotak yang isinya perlengkapan Ash. Mulai dari baju, mainan, peralatan mandi dan tetek bengek nya.

"Abang" panggil Ash di sela-sela sarapannya.

Kaiden menyuapi Ash bubur promina yang kotak nya warna pink, dan di terima baik oleh Ash karena dia memang menyukai rasanya yang manis tapi juga ada sedikit rasa gurih nya.

"Daddy ?" Tanya Ash saat ia tak melihat keberadaan pria yang harus ia panggil Daddy itu.

"Daddy kerja" balas Kaiden sambil menyeka sekitar mulut kecil Ash yang belepotan.

"Kerja apa ? Kenapa harus kerja ?" Tanya nya polos tak lupa dengan wajah seriusnya yang membuat Kaiden terkekeh pelan.

"Entahlah.. kamu merindukan Daddy ?" Ash mengangguk saja dan kembali menerima suapan demi suapan dari Kaiden.

"Mandi ?" Ash menggeleng, ia turun dan berlari ke ruang keluarga di ikuti Arun yang juga ikut menyusul si bayi, sementara Kaiden menghela nafasnya lelah, ia memilih untuk membersihkan dirinya lebih dulu baru nanti mengurus Ash.

Ash mengedarkan pandangannya mencari sesuatu untuk di mainkan. Hingga ia melihat bola kaki plastik yang di berikan oleh Abang kembar nya kemarin. Segera ia mengambil bola itu dan mencari seseorang untuk di ajak main, ia ingat anak-anak panti sering memainkan nya dan ia hanya melihat dari jendela kamarnya.

Ash manarik pakaian yang dipakai oleh Ben karena Ben akan merangkap menjadi asisten si bayi selain Arun.

"Ada apa tuan kecil" tanya Ben berjongkok menyamakan tinggi si kecil karena Ash yang tinggi nya dibawah lutut.

Ash mendekat lalu mengalungkan sebelah tangannya di leher Ben.

"Ash mau main bola boleh ?" Tanya Ash menatap Ben dengan binar mata yang berharap akan di izinkan.

"Tentu saja, mau saya temani ?"

"Ash tidak mau di temani, Ash mau ajak paman main bareng Ash, tapi ajarin Ash dulu" jelas Ash di angguki oleh Ben.

"Baiklah, kita main di halaman depan ?" Ash mengangguk antusias. Keduanya berjalan beriringan ke halaman depan dengan di ikuti Arun di belakang nya, sudah si bilang Arun adalah pengawal nya si bayi.

"Tuan kecil ayo tendang saja bola nya, saya akan berdiri disini" ucap Ben yang berdiri beberapa langkah di depan si bayi.

Ash menatap Ben dan bola di tangan nya bergantian lalu ia malah berlari menghampiri Ben dan memberikannya bola kaki itu pada Ben dengan wajah nya yang memerah karena malu.

Mungkin Ash malu karena beberapa pria berbaju hitam dengan perawakan tegap dan tegas melihat nya, Ash kan jadi gugup.

Ben menyamakan tingginya dengan si bayi, langsung saja Ash masuk kedalam rengkuhan Ben menyembunyikan wajahnya yang masih memerah karena malu.

"Bayi" Kaiden datang, Ash langsung berlari menghampiri Abang nya dan bersembunyi di belakang kaki jenjang Kaiden, tak lupa ia juga sesekali melihat orang-orang berbaju hitam itu, mengintip nya sambil bersembunyi seperti tikus kecil.

Asher ( COMPLETED ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang