|MSH 27| Kerikil dan Bulan

Mulai dari awal
                                    

Mentari yang mendengar hal tersebut mengajak Dinda dan Leo duduk untuk menjelaskan salah satu novel yang bahkan suka sekali ia baca, walau sudah tahu jalan ceritanya seperti apa. Dinda dan Leo yang sama-sama penasaran mengikuti Mentari dan duduk saling berhadapan.

"Novel ini temanya psikologi. Dimana tokoh utamanya Raina yang namanya sama seperti Tante harus menjadi korban kekerasan seksual dari tiga kakak kelasnya om. Yang paling Mentari suka dari cerita ini adalah memberikan edukasi pada Mentari khususnya sebagai remaja perempuan untuk lebih proteksi diri sendiri. Karena apa? Karena kita gak tahu pelaku kekerasan seksual itu siapa? Bisa jadi orang terdekat kita juga. Intinya ini cerita kesukaan Mentari banget," jelas Mentari seraya memeluk novel yang paling ia sukai di antara novel-novel yang lainnya.

Leo yang mendengar hal tersebut langsung memberikan pertanyaan setelah penjelasannya. "Lalu gimana nasib dari korban kekerasan seksual itu? Apakah dia hamil juga?"

"Bener. Dinda jadi penasaran juga, kak," tanya Dinda yang sama-sama ingin tahu kisah selanjutnya.

"Oke-oke aku jelasin, ya. Yang jelas Raina sebagai korban kekerasan seksual jelas banyak mendapatkan hinaan dan dianggap sebagai sampah masyarakat. Jujur Mentari sedih baca cerita ini karena endingnya tokoh utamanya meninggal dunia," tutur Mentari dengan mata yang berkaca-kaca.

"Om harap kamu bijak memilih pria ya. Atau anggap aja jangan pernah mau didekati oleh pria yang nakal dan urakan," ucap Leo setelah mendengar cerita dari Mentari.

"Kok kak Leo berkaca-kaca matanya?" tanya Dinda yang menyadari satu hal. Raut wajah om Leo berubah ketika kak Mentari menjelaskan kisah lengkapnya mengenai novel tersebut.

Leo yang mendengar itu tersenyum. Ia memalingkan wajahnya. Jujur saya mendengar cerita seperti itu membuat ia ingat betul bagaimana Raina harus tersiksa dengan keadaan yang membuat dirinya serba salah. Baik Raina di versi novel atau kisah nyata sama-sama tidak pernah bahagia pada ending yang sebenarnya.

"Mentari pernah lihat kak Saskia juga meneteskan air mata bahkan peluk Mentari. Kak Saskia bilang cerita ini mirip Mentari. Emang beneran mirip dari mananya, ya, om?" tanya Mentari mencoba untuk mengorek informasi lebih dalam lagi.

"Dinda juga selalu penasaran soal hal itu om. Menurut om kenapa?" tanya Dinda yang sama-sama penasaran tentang hal itu.

"Apa kamu sudah pernah tanyakan hal itu pada Saskia secara langsung? Atau tanya dengan orang tua kalian?" tanya Leo membuat Dinda dan Mentari menggelengkan kepalanya.

Leo menatap Mentari secara seksama. Dari ujung kepala dan kakinya semuanya persis sekali dengan Raina. Apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya? Jujur walaupun ia tak tahu alasannya apa menyembunyikan ini semua, apa pun alasannya tetap salah baginya. Bagaimana pun seorang anak harus tahu siapa ibu kandungnya dan asal mula dirinya yang sebenarnya.

"Wajah kamu mirip sekali dengan Ta ------"

"Boleh aku masuk?" Pintu kamar yang terbuka dan pertanyaan yang muncul bersamaan dengan seorang wanita membuat Leo menggantungkan ucapannya. Dengan senyuman yang manis Leo menganggukkan kepalanya, sementara Mentari masih menunggu kelanjutan dari perkataannya.

"Lagi bahas apa, nih? Kok diam-diam aja kalian semuanya," tanya Saskia yang memasuki kamar ponakannya.

"Mentari mirip siapa om?" tanya Mentari yang masih penasaran di tempatnya.

Mentari Sebelum Hujan (SQUEL RAINA HUJAN TELAH DATANG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang