"Dih?"

"Lihat noh Arvan, nggak pernah kepo!" ujar Edo.

"Gimana mau kepo? Dia aja nggak pernah ngomong." sambung Dio.

"Apa?" tanya datar Arvan yang sedang fokus menatap layar ponselnya.

"Wih akhirnya ngomong." ujar Dio antusias.

"Stres." cicit Derga, "kelen ikut nggak ntar malam reuni temen smp di cafe?" tawar Derga.

"Kita aja beda smp cok." sahut Edo.

"Iya tuh." balas Dio setuju.

"Tapi gue sama Delard satu smp. Kalian ikutlah, banyak temen cewek gue yang bening-bening katanya ntar malam,"

"Aeera nggak bakal izinin."

"Elah Dio. Cuma sekali-kali juga. Ayolah!" paksa Derga, "Van, Do, ikut kan?"

"Pasti mama gue izinin sih!" ujar Edo semangat.

"Nggak izin sama cewek lo?" tanya Arvan tiba-tiba.

"Tai lo, Pan!"

"Oke pokoknya semua harus ikut! tanpa terkecuali." tegas Derga, "Lard ikut kan?"

"Hm?"

"Ayolah!"

"Oke."

***

Adelard, Derga dan Arvan masih berada di lapangan. Sedangkan Dio dan Edo sudah pulang beberapa menit lalu karena matahari sudah hampir terbenam.

Mereka bertiga sedang duduk untuk istirahat setalah bermain sekitar tiga pertandingan. Menatap dari jauh sunset yang cantik sembari meminum sebotol air dingin yang habis di beli oleh Derga di minimarket.

"Cakep bat sunsetnya kaya dia. Haha," ujar Derga setelah menelan beberapa teguk air, "apa gue bisa nikahin dia ya di masa depan?" sambung Derga.

"Nggak." balas Arvan membuat kedua bola mata Derga mengembang.

"Anjing lo," ketusnya, "ya gue tahu sih. Kenapa sih dia harus cantik? Kenapa nggak orang lain aja?"

Tak ada jawaban dari Arvan. Bahkan Adelard juga tak menanggapinya, cowok itu sedari tadi hanya diam dengan tatapan datar menatap senja.

"Jawab dong. Gini amat ngobrol sama dua orang bisu!" kesal Derga namun tak dapat memecahkan keheningan Adelard dan Arvan.

"Nginap di kulkas noh. Bareng ikan asin! Heran gue sama lo bedua, ada ape sih?" cerocos Derga kesal.

"Hmm, cantik ... ya?" ujar Adelard tiba-tiba sambil tersenyum miring lalu tertawa pelan dengan mata yang masih tertuju pada matahari yang sudah hampir sepenuhnya tenggelam.

Sontak Derga dan Arvan langsung menatap ke arah Adelard.

"Yoi, dia cantik, baik dan satu yang gue suka, dia–"

"Bukan sepupu lo yang gue bilang!" tekan tajam Adelard.

Membuat Derga kesal, "siapa? Sonya?"

DADELARD (END)Where stories live. Discover now