Dan untuk alasan itu lah, Fikri memutuskan untuk menyapa gadis itu duluan saat melihatnya di perpustakaan. Dia bilang namanya Aleen Alnaira, Fikri juga sempat memberikan ucapan selamat datang pada gadis itu sebelum akhirnya memilih keluar dari perpustakaan.

Kejadian pertama, ke-2, dan ke-3 mungkin memang tidak disengaja. Tapi untuk kejadian yang ke-4—melihat Aleen di meja makan—yang satu ini Fikri akui memang disengaja. Karena tau kalau Aleen pasti akan hadir makan malam, Fikri jadi memutuskan untuk ikut hadir ke sana. Padahal kalau jujur, sebenarnya Fikri sangat malas bergabung di meja makan super besar milik keluarga ADHINATHA. Awalnya Fikri juga bingung kenapa dirinya tiba-tiba ingin hadir makan malam hanya karena keberadaan Aleen, tapi akhirnya Fikri menyadarinya.

Menyadari bahwa ada sesuatu yang mengusiknya setelah bertatapan dengan netra hitam pekat milik gadis itu.

-

Bab 4 “Tetangga sebelah

•••

Keluar dari pintu utama magna domus, Razel berjalan menyusuri koridor sayap kanan sambil mengekor di belakang Mama. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam dan hendak kembali ke parva domus 1, meninggalkan Papa yang sepertinya punya urusan lain di dalam sana. Begitu sampai di depan pintu parva domus 1, Razel tersentak saat Mama tiba-tiba berhenti lalu berbalik ke arahnya.

“Apa yang terjadi?”

Gadis itu mengernyit, jelas kebingungan Mama sedang menanyakan tentang apa, “Maksudnya?”

“Fikri. Kenapa dia tiba-tiba ikut makan malam? Apa karena anaknya Wismana?”

Oooh~ yang itu. Razel menggeleng, “Aku mana tau, Ma.”

Mama menatapnya serius. Tatapan yang seperti ini, Razel tau apa artinya. “Yakin kamu benar-benar nggak tau?” Yap! Mama sedang meragukannya.

“Iya, Razel nggak tau.” Bahunya mengendik, “Mungkin dugaan Mama benar, bisa aja Fikri sengaja ikut makan malam karena pengen ngeliat Aleen.”

“Terus kalau Leo, dia juga udah tau keberadaan gadis itu?”

Aaa~! Sekarang Razel tau ke mana arah pembicaraan Mama. Rupanya bukan hanya ia yang terusik dengan kehadiran Aleen, ternyata Mama juga sama gelisahnya. “Kalau Leo kayaknya belum tau, dia kan nggak pernah pulang.”

“Razel, kamu tau kan maksud Mama? Leo nggak boleh tertarik sama—”

Ssstt!

Razel tiba-tiba mengangkat tangannya, mengisyaratkan pada Mama bahwa seseorang sedang mendekat ke arah mereka. Keduanya sama-sama menoleh, mendapati seorang remaja perempuan yang mengenakan hoodie lilac dipadukan dengan celana jins hitam sepaha sedang berjalan mendekat.

Sekitar 3 meter dari posisi Razel dan Mama, gadis itu tiba-tiba berhenti melangkah, menatap lurus ke depan, sebelum akhirnya dia memperbaiki posisi topinya, memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong hoodie-nya, lalu kembali melangkah dengan wajah yang dibuat secuek mungkin. Tanpa suara dia berjalan melewati Razel dan Mama dengan begitu santai, seolah-olah menganggap bahwa tidak ada orang di sana.

“Razel, kamu beruntung punya Mama yang selalu mengawasi pergaulanmu. Seperti kata Mama, gadis yang pergaulannya terlalu bebas itu nggak baik, sayang.” Mama tiba-tiba bersuara.

Sabrina yang hampir sampai di depan pintu parva domus 2, sontak kembali menghentikan langkahnya.

Vibes luar seseorang itu penting bagi penilaian orang lain. Kalau seorang gadis pergaulannya terlalu bebas, orang-orang pasti akan merasa ragu, gadis itu barang yang masih bagus ... atau justru udah rusak.

RABIDUS FAMILIAWhere stories live. Discover now