16. Kunjungan Pertama

832 62 2
                                    

Selina harus mengurus si kecil sendirian karena orangtuanya bekerja. Sedangkan Vanessa sudah ikut dengan Damian. Dia sudah menikah dan sekarang tidak lagi di rumah ini. Selina hanya bisa menuruti perkataan orangtuanya agar dia diam saja di rumah. Sementara itu kepalanya pusing sedari pagi.

Dia menjaga anaknya sendirian di rumah, orangtuanya bekerja. Dion juga sedang bekerja. Hanya dia dengan Fiona hari ini. Si kecil juga tidak bisa dijaga, anak itu bermain apa pun yang ada di kamar. Kadang menangis atau kadang meminta diajak keluar. Bagaimanapun juga, Selina merasa tidak enak badan dan rasanya ingin jatuh ketika menggendong si kecil.

"Fiona, diam di sini dulu dong. Mama lagi nggak enak badan."

Anaknya menoleh, mengambil ponselnya Selina dan menyerahkan padanya. "Papa."

Selina memang tidak membawa si kecil pada Rendi sudah beberapa hari ini karena merasa kurang sehat. Tapi dipaksakan untuk membiarkan orangtuanya bekerja. Mamanya bisa saja pulang kapan pun. Karena mamanya punya usaha sendiri satu bulan terakhir.

Dia tidak tahan lagi. Selina menghubungi mamanya karena tidak bisa mengurus Fiona sendirian di rumah.

Dia juga dengan Rendi masih baik-baik saja. Akan tetapi kabar buruknya adalah Rendi ditolak untuk mengajukan permohonan ketika membeli rumah. Jadi mau tidak mau Rendi harus mencari tempat lain lagi agar bisa mengajak Fiona pindah. Ini sudah beberapa kali terjadi. Tapi Fiona masih bisa bersabar dijemput oleh suaminya.

Rendi juga tahu mengenai Vanessa yang sudah menikah, sama sekali suaminya tidak terlihat bahwa dia sedang cemburu. Tapi dia mengatakan bahwa dia sudah tidak peduli lagi. Mungkin akan lebih baik jika fokus mengurus si kecil ke depannya.

Waktu itu, Selina tersenyum mendengar ucapan suaminya.

Lalu, tidak lama mamanya pulang dan melihatnya terkapar di ruang tengah. "Bentar Mama telepon taksi dulu. Kita ke rumah sakit."

Selina mengangguk dan hanya bisa tidur di sana setelah dia mengajak si kecil turun dan akhirnya bisa diajak bermain di ruang tengah.

Mamanya siap-siap untuk mengajaknya ke rumah sakit. Fiona berdiri di depannya, bayi sebelas bulan ini mendongakkan kepalanya. "Papa."

"Papa nanti ke sini."

Walaupun Rendi tidak pernah menjenguknya ke rumah ini. Tapi dia tahu bagaimana perhatian sang suami

Sampai di rumah sakit, dia tidak menunggu. Akan tetapi disarankan melakukan USG. Tatapan mamanya langsung sinis, sembari menggendong yang diajak juga ke rumah sakit. Selina menghela napasnya ketika melihat ekspresi sang mama. Sudah jelas kalau dia memang hamil, ini adalah darah dagingnya Rendi. Mereka rutin melakukannya kalau ada waktu senggang. Kadang Fiona ke sana hari Minggu, dan sudah pasti melakukannya lagi dengan suaminya.

Selina dijelaskan bahwa dia memang mengandung, usia kandungannya sudah tujuh minggu. Tatapan mamanya terlihat tidak suka.

Sampai di rumah, Fiona diturunkan dan anak itu disusui oleh Selina. "Papa kamu tahu ini udah pasti marah."

"Kenapa, Ma?"

"Ya itu, kamu tiba-tiba hamil lagi."

"Anaknya Mas Rendi, Ma. Emang siapa lagi?"

Waktu Fiona tertidur, Selina dijitak oleh mamanya. "Bisa-bisanya kamu hamil lagi sama dia. Nggak ada kapok-kapoknya."

"Mama tahu sendiri dia itu udah banyak berubah."

"Mama pikir kamu sama yang lain. Kalau dia kan masih suami kamu."

Selina melepaskan ASI untuk Fiona. Lalu dia menyengir. "Nggak mungkin, Ma. Aku gini-gini juga nama baik dia yang merupakan suami aku juga."

The DEVIL HUSBAND (21+)Where stories live. Discover now