28• Mengobati

119 14 0
                                    

Banyak hal sederhana di dunia ini yang dapat kita lakukan untuk membuat orang lain tersenyum. Tapi kita terlalu sering meremehkan hal apapun dengan sesederhana itu.

°°°

Hanin dengan cemas, menelusuri jalanan area pemakaman yang telah diguyuri hujan deras sore itu.

Hujan mengguyur deras tubuh Bara yang tengah menangis di bawah hujan itu. Ia menunduk menatap gundukan tanah yang semakin meremas erat dadanya. Ini menyakitkan!

Pria yang dikenal acuh, tidak peka, tempramen, tidak perduli dan tegaan itu ternyata begitu lemah jika sudah di hadapkan pada kenyataan hidupnya.

Gundukan tanah yang sudah ada sejak sepuluh tahun lalu itu, adalah saksi bisu keterpurukannya selama ini.

Ia tak menyadari, suara langkah kaki datang ke arahnya.

Tubuhnya yang semula terguyur hujan tiba-tiba terlindungi.

Perlahan Bara menoleh.

"Nanti Kak Bara sakit, Bunda nya Kak Bara pasti bakal marah," ujar gadis yang berusaha melindungi tubuh tinggi pria bernama Bara itu, agar tak terguyur hujan.

Walau harus berjinjit terlebih dahulu, gadis itu tetap berusaha melindungi tubuh kekasihnya.

Sosok ceria yang beberapa bulan ini menemani keheningan hidupnya.

Hanin menatap sedih pada nisan yang bertuliskan nama Ibu Bara, Relia Amalia,"Bunda nya Kak Bara bilang ke Kak Bara ya biar sekali ini aja nurut ke Hanin?" ujar Hanin berusaha melawan derasnya suara hujan.

Bara terdiam, ia tak tahu kenapa gadis ini sangat perduli padanya.

"Lo bisa diem gak sih!" Balas Bara tak sinkron dengan hatinya.

Hanin lantas tersentak kaget. Bara memang menakutkan jika marah, dan Hanin lupa ia adalah pelampiasan dari semua hal tentang Bara.

Hanin mengabaikan bentakan Bara, ia hanya fokus pada area mata Bara yang ternyata sedari tadi tengah menangis ditemani hujan.

Bara itu tipe pemendam dan tidak ingin dianggap lemah.

Hanin berjinjit lagi sambil terus mendekat ke arah Bara, payung tetap setia ia pakai untuk melindungi tubuh Bara.

"Kak.., lain kali kalo mau nangis cari Hanin dulu ya? Biar Hanin temenin, dan biar Kak Bara tahu kalo Kakak gak sendiri. Hanin bakal temenin Kak Bara--sampe sembuh," ucap Hanin sambil perlahan mengelus pelan pipi pria itu.

Hanin tahu Bara sedang tidak baik-baik saja. Dan karena itu, setelah menerima panggilan telepon dari Asisten Rumah Tangga di kediaman Bara tentang keributan yang lagi-lagi terjadi antara Bara dan sang Papa.

Hanin bergegas menyusul Bara ke tempat ini, tempat beristirahatnya Lia, Ibu Bara.

Karena memang itu yang tengah ia butuhkan.

Tak tahan akhirnya Bara menarik cepat tubuh Hanin untuk ia peluk sebagai tempatnya bersandar saat ini.

Bahkan payung yang semula Hanin genggam pun terlepas begitu saja.

Jantung Hanin berdetak tak tahu malu, ia tak menyangka Bara-nya akan memeluknya dengan disaksikan hujan sore itu.

"S--sakit Nin," keluh Bara sambil terisak.

"Ada Hanin buat Bara."

°°°

Hanin menatap ke arah jalan raya hanya sedikit pengendara yang masih berlalu lalang. Mereka tengah berteduh di teras sebuah toko bunga masih disekitar area pemakaman.

Hening Untuk Bara [TERBIT] Where stories live. Discover now