22• Rencana

125 22 23
                                    

Kemungkinan apalagi yang pingin Lo mungkinkan?

°°°

Hanin menghentikan langkah kakinya saat merasa ada sebuah genggaman seseorang di pergelangan tangannya.

"Nin?"

Hanin menggeleng pelan, hendak melepas paksa.

"Ngapain kesini?" tanya nya dengan nada pelan.

"Le-lepas..," sahut Hanin memaksa.

Pria itu menggeleng pelan, "Jawab pertanyaan aku Nin!"

"A--ares minggir! Aku mau pulang!"

"Gak! Jawab dulu pertanyaan aku!"

"Apa?! "

" Ngapain kamu kesini?"

"Aku--"

"Sama gue. Lepas!" itu titah tak terbantakan dari Debara. Yang lantas menarik santai lengan Hanin yang semula digenggam oleh pria itu.

Hanin beringsut mundur mendekati tubuh belakang Bara untuk berlindung.

"L-lo?!" Pria itu naik pitam, lantas menggeram marah hendak memukul Bara kembali.

Bara menangkisnya cepat, "Sadar diri luka Lo bangsat! Lo beneran mau gue anter ke neraka sekarang?!" Ucap Bara marah. Pasalnya kekesalannya saat di atas ring tadi belum sepenuhnya terbalas. Karena mendadak pertandingan itu dihentikan karena pria di hadapannya ini adalah anak manja yang terlalu dijaga oleh sang Ayah.

Dalam hati Bara berdecih, kalau tak bisa menandinginya untuk apa menantang sekeras itu?

"Jangan libatin orang lain ke masalah ini Bara!" itu ucapan yang Hanin tangkap dari pria itu.

"Why? Untuk apa gue dengerin ucapan Lo anak manja?" Bara tersenyum sinis lalu mendekatkan diri ke arah telinga pria itu, "Kalau kehancuran Lo yang sebenarnya ada digenggaman gue, kenapa enggak? Kalau satu pukulan satu nyawa gak berarti buat si anak manja ini. Jadi, gue ganti.., satu dendam satu korban, right?" Sebelum mundur, Baju Bara telah ditahan oleh pria itu dengan kuat menatap penuh permusuhan.

"Bajingan!!"

"Lepas tangan menjijikkan Lo dari bahu gue! Sebelum gue bikin kesayangan Lo ini histeris liat mayat di hadapannya," ancam Bara dengan raut wajah dingin. Memang iblis!

Dengan kesal pria itu mendorong bahu Bara penuh amarah, "Gue gak bakal tinggal diam Debara! Gue bakal bikin Lo hancur!" Ucap pria itu penuh tekad membuat Bara tersenyum miring.

"In your dream," Ucap Bara lantas tersenyum miring.

Tatapan Respa beralih pada Hanin. Ya, dia Arespata, musuh Bara. Ia menatap senduh pada Hanin yang tak tahu apa-apa. Seharusnya Hanin hanya perlu fokus belajar dan menonton film kartun kesukaannya saja di rumah.

Takut jika ini malah membuat Hanin semakin membencinya, Respa beranjak pergi membiarkan kali ini Bara tersenyum kemenangan. Walau tetap saja gumaman kematiannya yang selalu Bara ucapkan belum terealisasikan.

°°°

Sepanjang jalan Hanin hanya mampu diam, ini terlalu mengejutkan, Bara dan Respa. Mereka tiba-tiba datang dalam kehidupan tenang milik Hanin. Hanin pun menggerutu dalam hati, apa salahnya sebelum ini?

"Kak Bara?" panggil Hanin tapi Bara tak mendengar. Mungkin terendam oleh suara angin jalanan yang berhembus.

"KAK BARAAA..." teriak Hanin.

Hening Untuk Bara [TERBIT] Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin