05• Jaket

245 105 46
                                    

Kamu tidak harus memaksa seseorang untuk terbuka padamu, karena banyak rahasia yang harus tetap jadi rahasia

°°°

"Lo emang biang masalah," seruan itu membuat Hanin yang tengah menendang-nendang botol di kakinya seketika berhenti.

"Ini bekas minum--kakak?" tanyanya ragu segera menaruh kembali bekas botol--No! Botol minum milik Bara ke atas bangku minimarket. Ia kira botol bekas.

Pria di hadapannya ini lantas mendengus kasar. Memang salahnya meninggalkan botol tersebut di atas bangku, sedangkan pemiliknya tengah pergi ke toilet.

Tapi apakah bola mata gadis itu tidak menyadari jika yang tengah ia tendang botol minum yang jelas saja masih berisi air yang belum habis setengah itu.

"M--maaf kak, kirain tadi bukan punya Kakak."

"Kalo bukan punya gue, Lo bakal tetep setolol ini?!" seruan Bara seraya melirik pada ujung kaki gadis ceroboh yang begitu menyebalkan ini. Bahkan belum sampai 24 jam sejak ia pertama kali bertemu gadis ini. Yang ia dapati selalu tentang keburukannya.

Hanin ikut melirik pada apa yang Bara lihat. Matanya membola kaget. Oh memalukan Haninda!

Hanin lantas meringis malu, saat melamun ia malah tak menyadari jika botol berisi air tadi berhasil membuat sepatu sekolahnya basah.

"Duh kok gue malu-maluin banget sih!" gerutunya. Ia menoleh pada Bara yang masih berdiri tak jauh dari tempat duduknya.

"K--kok masih di sini kak?"

"Mata Lo rabun?"

Hah?!

Hanin mengusap pelan matanya lalu kembali menoleh pada Bara.

"Nggak."

Bara berdecak.

"Lo selain tolol emang buta kayaknya. Sebelum duduk minimal liat-liat apa yang ada di deket Lo."

Kening Hanin mengernyit tak mengerti.

"Jaket gue, Lo dudukin! Berdiri!"

Blush!

Hanin cepat-cepat berdiri, meraih jaket Bara yang sempat ia duduki. Lalu memberinya langsung ke tangan Bara.

Sial!

Ia kembali bertemu pria ini dengan kisah memalukan lagi.

Tapi lebih malu dia kan ya? Kan dia ketahuan nangis? Syut!

"M--maaf Kak, permisi!"

Bara menahan lengan gadis dengan nametag tak jelas. Tapi yang ia lihat tulisannya Hani--nara, karena terhalang sedikit oleh tas sebahunya.

"Lo pikir gue sudi make jaket bekas Lo dudukin?!"

Auranya menyeramkan, tapi Hanin kesal.

"Lo emang suka nyari masalah sama gue?!"

Hanin panik.

"E--engak kak, maaf gak s-sengaja tadi. Soal kemaren juga--maaf Kak, itu kedesak aja. T--terus yang masalah rooftop, Saya gak bakal bilang ke s--siapa siapa," Hanin sudah mengangguki perintah Devon untuk tak berurusan pada kakak kelas mereka yang satu ini.

Bara semakin tertarik, lalu tersenyum miring.

"Lo pikir gue perduli? Kata maaf Lo gak berguna!"

Hanin menggigit bibir dalamnya. Rasanya ingin menangis kencang. Ia cemas. Seumur hidup ia tak pernah bermasalah dengan teman sekolahnya. Ia cukup introvert jika melawan para manusia trouble maker macam Bara.

Hening Untuk Bara [TERBIT] Where stories live. Discover now